Almuhtada.org- Dakwah adalah suatu perjuangan tentang siapa diri kita, hidup kita, dan seberapa tulus kita mengajak ke jalan Allah.
Dakwah berasal dari kata (دعوة) “dakwah” yang berarti seruan, ajakan, dan panggilan untuk mengikuti ajaran Islam.
Seorang pendakwah disebut dai (untuk laki-laki) dan da’iah (untuk perempuan) yang memiliki sifat tertentu.
Inilah 10 sifat yang harus dimiliki oleh pendakwah:
- Yakin Allah Sebaik-baik Penolong
Kita sebagai manusia terkadang masih bergantung kepada manusia. Padahal sejatinya, segala urusan kembali kepada Allah.
Seorang dai harus menanamkan dalam hatinya bahwa ia tidak sendiri. Ketika langkah dakwah terasa berat, ketika yang lain pergi, Allah tetap bersama.
Keyakinan ini menjadi kekuatan yang membuatnya tetap bergerak, karena ia percaya bahwa pertolongan Allah itu nyata bagi siapa pun yang berjuang di jalan-Nya.
- Rutin dalam Ibadah Sunnah dan Dzikir
Seorang pendakwah tak hanya berdakwah di hadapan manusia, tapi juga bermunajat dalam sepi kepada Tuhannya.
Ibadah sunnah seperti tahajud, dhuha, puasa Senin-Kamis, serta dzikir harian adalah penguat ruhiyah yang menjaga ketulusan niat dan kejernihan hati.
Tanpa ibadah tambahan, pendakwah bisa kehilangan arah. Dengan ibadah sunnah, langkahnya tetap terjaga dalam bingkai keikhlasan.
- Menguasai Syariat dan Ilmu Fikih Dasar
Seorang dai tidak cukup hanya bermodal semangat.
Ia juga harus paham apa yang ia sampaikan. Ilmu syariat dan fikih dasar menjadi bekal agar dakwah yang disampaikan tidak melenceng dari ajaran Islam.
Dengan memahami ilmu, seorang dai tidak gegabah dalam menyampaikan, dan ia bisa menjawab pertanyaan umat dengan bijak dan benar.
- Lebih Cinta Akhirat daripada Dunia
Dunia adalah ladang amal, bukan tempat tinggal abadi.
Seorang dai harus menanamkan cinta pada akhirat melebihi segala kenikmatan duniawi. Ia tidak tergiur oleh popularitas, harta, atau sanjungan.
Hidupnya berorientasi pada ridha Allah dan kehidupan setelah mati.
Dengan cinta akhirat, dakwahnya akan lebih lurus dan tidak mudah tergelincir oleh kepentingan pribadi.
- Memiliki Hati yang Lembut dan Tidak Tega Menyakiti
Lidah seorang dai harus lebih tajam dalam kelembutan daripada dalam kecaman.
Ia menyampaikan kebenaran dengan kasih sayang. Ia tahu, tugasnya bukan menghakimi, tapi membimbing.
Hatinya peka terhadap kondisi orang lain. Ia tak tega menyakiti perasaan meski dalam menyampaikan kebenaran. Sikapnya menyejukkan dan akhlaknya mendamaikan.
- Tegas dan Tidak Menjadi ‘People Pleaser’
Meski lembut, seorang dai tetap harus tegas. Ia tidak mudah goyah hanya karena ingin disukai.
Dakwah bukan untuk menyenangkan manusia, tapi untuk mengajak manusia kepada Allah. Ketegasan dalam prinsip membuat dakwahnya punya arah.
Ia tetap menyampaikan kebenaran walau tak disukai, selama itu sesuai dengan tuntunan syariat.
- Mendahulukan Orang Lain dengan Keikhlasan
Seorang pendakwah harus memiliki sifat itsar, yaitu mendahulukan orang lain meski dirinya sendiri membutuhkan.
Ia ringan tangan, murah hati, dan tak hitung-hitungan dalam berbuat baik. Semua ia lakukan karena yakin, bahwa ketika ia memberi, Allah akan mengganti.
Ia tidak menuntut balasan, karena ia sadar, amalnya semata karena Allah.
- Menghormati Guru dan Orang yang Lebih Berilmu
Ilmu adalah warisan para nabi, dan para guru adalah penjaga warisan itu.
Seorang dai harus memiliki rasa hormat yang tinggi kepada guru dan ulama.
Ia tidak membantah dengan sombong, tidak merasa lebih tahu.
Ia menundukkan hati dan merendahkan diri di hadapan orang yang mengajarkannya kebenaran. Dari adab inilah berkah ilmu akan tumbuh.
- Memiliki Skill dan Kompetensi (Kafa’ah)
Dakwah di era ini menuntut kecakapan yang memadai. Tidak hanya soal isi, tapi juga cara penyampaian.
Seorang dai harus mampu menyesuaikan diri dengan zaman: bisa berbicara dengan baik, menulis dengan bijak, atau menggunakan media digital secara efektif.
Kafa’ah atau kompetensi ini menunjukkan kesungguhan seorang dai untuk menjadikan dakwahnya efektif dan relevan.
- Kuat secara Mental dan Fisik, serta Siap Menolong Tanpa Diminta
Dakwah bukan jalan yang mudah. Dibutuhkan kekuatan jiwa dan raga. Seorang dai harus tangguh, tidak mudah menyerah, dan punya semangat melayani.
Ia tidak menunggu disuruh untuk membantu, karena ia tahu tugasnya adalah memberi, bukan menunggu diberi.
Ketika orang lain lelah, ia tetap berdiri. Ketika yang lain diam, ia tetap bersuara. Ia hadir karena cinta dan pedui.
[] Najwa Khofifahtul Azizah