Produktif Tapi Tidak Bernout, Seni Mengatur Waktu Untuk Mahasantri (Mahasiswa Sekaligus Santri)

Freepik.com

almuhtada.org – Manjadi mahasiswa bukan suatu hal yang mudah. Tugas yang kian menumpuk, deadline silih berganti, belum lagi jika aktif pula di organisasi. Namun bagaimana jika di saat yang sama, seseorang juga harus menunaikan peran sebagai seorang santri? Pagi hari harus bangun lebih awal untuk salat berjamaah, siang harinya kuliah, lalu malam dilanjutkan dengan halaqah.

Mereka adalah mahasantri, mahasiswa merangkap menjadi santri. Sosok yang menjalani dua dunia sekaligus, antara tuntutan akademik di kampus dan aktivitas keagamaan di pesantren. Peran ganda ini tentunya menuntut para mahasantri untuk memiliki kemampuan luar bisa dalam mengatur waktu, menjaga stamina, dan mempertahankan semangat agar keduanya berjalan seimbang dan terus terjaga. Berikut seni mengatur waktu untuk mahasantri di tengah-tengah padatnya kegiatan:

1. Menentukan Skala Prioritas

Kunci utama dalam menjaga produktivitas ialah dengan menentukan skala prioritas. Tidak semua hal harus dikerjakan sekarang dan tidak semua tugas harus benar-benar sempurna. Mahasantri yang bijak tahu kapan ia harus fokus kuliah, kapan waktunya fokus mengaji, dan kapan waktunya mengambil waktu jeda atau istirahat. Tips praktis, gunakan matriks prioritas (urgent vs important), buat daftar tugas harian dengan estimasi waktu yang jelas, dan hindari perfeksionisme yang berlebihan.

Baca Juga:  Kesulitan yang Besar Menciptakan Kesuksesan Luar Biasa

2. Disiplin Waktu

Di pesantren waktu adalah amanah. Jadwal salat berjamaah, mengaji, dan kegiatan lainnya sangat terstruktur. Sementara di kampus, jadwal seringkali lebih fleksibel. Untuk dapat mengelola dua dunia ini dibutuhkan kedisiplinan waktu. Langkah yang bisa dilakukan, gunakan aplikais pengingat atau planner manual, tetapkan time block untuk ibadah, kuliah, dan belajar, serta hindari multitasking berlebihan, fokuskan pada satu hal dalam satu waktu.

3. Jangan Lupa Merawat Diri

Produktif bukan berarti sibuk terus-menereus. Justru, orang yang tidak mengambil jeda untuk istirahat akan lebih mudah kelelahan dan akan rentan burnout. Mahasantri yang sehat tahu bahwa tidur cukup, makan teratur, dan refleksi diri menjadi sebuah kebutuhan. Cara merawat diri, tidur yang cukup (tidak kurang dan tidak berlebihan), luangkan waktu untuk dzikir, journaling harian, dan olah raga, terakhir jangan abaikan waktu makan.

4. Belajar Menolak Tanpa Merasa Berasalah

Salah satu penyebab kelelahan tersembunyi adalah terlalu sering mengatakan “iya” untuk hal-hal yang sebenarnya bisa ditunda bahkan ditolak. Mahasantri harus bijak dalam memilih. Contoh konkret, menolak undangan nongkrong jika tubuh butuh istirahat atau menolak kegitan yang berada di luar plan harianmu.

5. Temukan Ritme

Setiap orang memiliki pola terbaik dalam mengatur waktu hariannya. Ada beberapa orang yang fokus di pagi hari, ada pula dimalam hari, dan sebagainya. Mahasantri produktif bukan yang memaksakan diri meniru orang lain, tetapi yang mampu menemuka ritem pribadi dalam menentukan waktu-waktu paling produktif. Langkah menemukan ritme harian, catat waktu-waktu paling fokus, sesuaikan jadwal mengaji dan belajar dengan energi terbaik, dan jangan takut mengatur ulang jadwal jika dirasa tidak efektif.

Menjadi mahasantri memang penuh dengan tantangan, namun dengan seni mengatur waktu yang baik, produktivitas dan kualitas harian akan tetap terjaga. Ingat, bukan tentang seberapa banyak yang bisa kamu kerjakan, tetapi tentang bagaimana mampu menjaga kualitas setiap aktivitas yang kamu lakukan. [Dela Kurniawati]

 

Related Posts

Latest Post