Hati yang Tenang Berawal dari Syukur yang Tulus

Ilustrasi kedua tangan diangkat ketika mengucap syukurfreepik.com

Almuhtada.org – Kehidupan sehari-hari yang terkadang menjemukan atau bahkan menyesakkan terkadang mendorong kita untuk lebih sering mengeluh dan tak berpuas diri dengan apa yang ada. Kita terjebak dalam lingkaran keluh kesah yang sebenarnya justru merugikan diri kita sendiri. Ya, hal itu menjadikan hati kita tidak tenang, padahal kunci ketenangan hati terletak pada satu kata sederhana namun mendalam yakni kata syukur. Syukur bukan sekadar ucapan “alhamdulillah”, melainkan sikap batin yang menerima, menghargai, dan mengakui bahwa segala yang kita miliki adalah karunia Allah SWT yang tak ternilai.

Ketika semua yang menghampiri hidupmu terasa begitu memberatkan hingga kamu merasa penat, ingin kabur, dan mengeluh saja. Kamu perlu memberi jeda sejenak, sekedar menarik napas dan melihat lebih dalam. Melihat bahwa sesungguhnya nikmat Allah tidak pernah berhenti mengalir. Bahkan dalam kondisi sulit, selalu ada hal kecil yang masih bisa kita syukuri misalnya saja udara yang kita hirup, tubuh yang masih sehat, atau kesempatan untuk memperbaiki diri.

Syukur bukan hanya perihal banyak atau sedikit yang kita miliki, bukan pula menyenangkan atau tidak yang menghampiri tapi tentang bagaimana kita menyadari dan menghargai tiap detik kehidupan yang Allah SWT berikan merupakan suatu anugrah. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an:

وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ

Artinya: ”Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan: Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu; dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (QS. Ibrahim: 7)

Baca Juga:  Kisah Abdurrahman bin Auf yang Menolak Mengandalkan Harta Warisan

Ayat tersebut menunjukkan bahwa syukur adalah jalan menuju bertambahnya nikmat, baik secara lahir maupun batin. Orang yang bersyukur tidak hanya diberi ketenangan hati, tapi juga dibukakan jalan-jalan kemudahan dalam hidupnya. Syukur menjauhkan hati dari dengki, iri, dan keluh kesah yang berlebihan.

Nabi Muhammad SAB bersabda:

انْظُرُوا إِلَى مَنْ أَسْفَلَ مِنْكُمْ وَلَا تَنْظُرُوا إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقَكُمْ، فَهُوَ أَجْدَرُ أَنْ لَا تَزْدَرُوا نِعْمَةَ اللهِ عَلَيْكُمْ

Artinya: ”Lihatlah orang yang berada di bawah kalian dan jangan melihat kepada orang yang berada di atas kalian, karena itu lebih patut agar kalian tidak meremehkan nikmat Allah yang telah diberikan kepadamu.” (HR. Muslim)

Dalam hadits ini, Rasulullah SAW mengajarkan bahwa kebiasaan membandingkan diri secara tidak sehat adalah penyebab hilangnya rasa syukur. Sebaliknya, dengan memandang ke bawah, kita belajar menghargai apa yang kita miliki.

Di tengah dunia digital dan media sosial saat ini, banyak orang merasa kurang karena melihat pencapaian orang lain. Di sinilah pentingnya kembali kepada nilai-nilai Islam yang menekankan rasa cukup (qana’ah) dan syukur. Dengan bersyukur, kita tidak hanya mendekat kepada Allah, tapi juga menyelamatkan diri dari penyakit hati.

Syukur juga bukan hanya soal ucapan, tetapi dibuktikan dengan perilaku nyata yakni menjaga nikmat agar tidak disalahgunakan, membantu sesama dengan rezeki yang dimiliki, serta tetap taat dalam kondisi sempit maupun lapang.

Maka, mulailah hari ini dengan syukur yang tulus, bukan karena hidup selalu mudah, tapi karena Allah selalu memberi cukup. Syukur adalah jalan keimanan yang membebaskan hati dari resah, dan membuka pintu-pintu keberkahan yang tak terduga. [] Rezza Salsabella Putri

 

Related Posts

Latest Post