almuhtada.org – Iman merupakan ruh bagi seorang Muslim. Tanpa iman, amal ibadah akan terasa hampa. Namun, tak jarang kita sebagai manusia merasakan fluktuasi dalam keimanan kita. Ada kalanya semangat beribadah membara, hati terasa lapang dan penuh ketenangan. Di lain waktu, terasa berat untuk sekadar membaca Al-Qur’an, hati diliputi kegelisahan, dan ibadah terasa hampa. Apakah ini pertanda keimanan kita bermasalah?
Sama halnya dengan detak jantung yang berirama, keimanan pun memiliki ritmenya sendiri. Imam Syafi’i rahimahullah pernah mengatakan, “Iman itu bertambah dan berkurang.” Pendapat ini juga disepakati oleh mayoritas ulama Ahlusunnah wal Jama’ah.
Artinya, iman yang naik turun adalah suatu keniscayaan bagi manusia. Ini bukan berarti kita gagal dalam beragama, melainkan bagian dari fitrah manusia yang tidak luput dari godaan dan tantangan hidup.
Mengapa Iman Bisa Naik Turun?
Ada beberapa faktor yang bisa memengaruhi pasang surutnya iman seseorang. Salah satunya adalah lingkungan dan pergaulan. Bergaul dengan orang-orang saleh dan berada di lingkungan yang kondusif untuk beribadah tentu akan memupuk keimanan. Sebaliknya, lingkungan yang jauh dari nilai-nilai agama bisa menggerus iman secara perlahan.
Selain itu, nafsu dan godaan dunia juga berperan besar. Ketika kita terlalu larut dalam kesenangan duniawi, mengejar materi, atau terlena dengan kemewahan, hati bisa menjadi keras dan keimanan menurun. Begitu pula dengan godaan syahwat dan bisikan setan yang tak henti-hentinya berusaha menjauhkan kita dari jalan kebenaran.
Faktor lain yang tak kalah penting adalah pengetahuan agama. Semakin kita mendalami ilmu agama, mengenal Allah lebih dekat, dan memahami tujuan hidup, maka keimanan akan semakin kokoh. Sebaliknya, minimnya ilmu agama bisa membuat kita mudah ragu dan goyah dalam menghadapi ujian.
Bagaimana Menyikapi Iman yang Naik Turun?
Meskipun iman yang naik turun adalah hal yang wajar, bukan berarti kita bisa berpasrah diri. Justru, ini adalah pengingat untuk terus berjuang menjaga dan meningkatkan keimanan. Lalu, apa yang harus dilakukan?
Pertama, memperbanyak zikir dan doa. Mengingat Allah dalam setiap keadaan akan menenangkan hati dan menguatkan iman. Doa adalah senjata mukmin untuk memohon pertolongan dan petunjuk dari-Nya.
Kedua, membaca Al-Qur’an dan merenungkan maknanya. Al-Qur’an adalah kalamullah yang menjadi petunjuk dan penawar bagi hati yang gundah. Dengan memahami maknanya, kita akan semakin merasakan keagungan Allah dan keindahan Islam.
Ketiga, bergaul dengan orang-orang saleh. Lingkungan yang baik akan saling mengingatkan dan menguatkan dalam kebaikan. Carilah teman yang bisa mengajakmu pada ketaatan, bukan pada kemaksiatan.
Keempat, memperbanyak amal saleh. Melakukan ibadah-ibadah sunnah, bersedekah, menolong sesama, dan berbuat baik akan mengisi hati dengan ketenangan dan meningkatkan keimanan.
Fenomena iman yang naik turun adalah bagian dari perjalanan spiritual seorang Muslim. Yang terpenting bukanlah tidak pernah merasakan penurunan iman, melainkan bagaimana kita bangkit dan terus berusaha menjaga serta meningkatkannya. Dengan kesadaran ini, kita bisa lebih bijak menyikapi setiap fase dalam keimanan kita. []Ahmad Firman Syah