Almuhtada.org – Hati-hati! Ada satu “buah” yang sangat populer, digemari oleh hampir semua orang, tanpa memandang usia, status sosial, atau tingkat pendidikan. Buah ini tampak ringan, lezat untuk dinikmati, dan sering muncul saat obrolan santai, kumpul keluarga, bahkan di ruang kerja.
Dalam kehidupan sehari-hari, kita mengenal buah sebagai makanan penutup yang menyegarkan. Buah menjadi simbol kesehatan, kenikmatan, dan sering dianggap pelengkap sempurna setelah makan besar.
Namun, tahukah kamu bahwa ada satu jenis “buah” yang justru diharamkan oleh Allah SWT? Bukan karena kandungan gizinya, tetapi karena racun yang terkandung dalam maknanya.
Buah ini adalah Buah Bibir yakni sebuah perumpamaan dari perbuatan yang bernama ghibah, menggunjing, membicarakan aib atau keburukan saudara kita di belakangnya, walaupun yang dikatakan itu benar. Aktivitas ini sangat umum, bahkan sering dianggap biasa. Tak perlu bertemu secara langsung, cukup membuka ponsel, mengakses media sosial atau grup chat, lalu obrolan negatif mulai mengalir dengan membahas kesalahan orang, membuka aibnya, menyebarkan cerita tanpa klarifikasi.
Padahal, Allah SWT telah memberikan peringatan yang sangat keras dalam Al-Qur’an:
“Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa. Dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain, dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” — (QS. Al-Hujurat: 12)
Perhatikan bagaimana ghibah disamakan dengan perbuatan menjijikkan yakni daging mayat saudara sendiri. Sebuah gambaran yang mengerikan, tetapi itulah realitas spiritual dari ghibah di sisi Allah SWT.
Tak hanya itu, Rasulullah ﷺ juga memberikan peringatan dalam hadis yang sangat jelas:
“Tahukah kalian apa itu ghibah?”
Para sahabat menjawab, “Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu.”
Lalu Rasulullah ﷺ bersabda:
“Engkau menyebutkan tentang saudaramu sesuatu yang ia tidak suka.”
Seseorang bertanya, “Bagaimana jika apa yang aku katakan itu benar?”
Beliau menjawab, “Jika yang engkau katakan itu benar, berarti engkau telah mengghibahnya. Dan jika tidak benar, maka engkau telah memfitnahnya.”— (HR. Muslim, no. 2589)
Bayangkan, bahkan kalau yang kita katakan itu benar, tetap dihitung sebagai ghibah. Apalagi jika tidak benar, maka statusnya berubah menjadi fitnah, yang dosanya jauh lebih berat.
Di era digital saat ini, ghibah tak hanya terjadi di ruang makan atau tongkrongan. Ia telah bermetamorfosis dalam bentuk konten viral, komentar pedas, bahkan review selebriti atau tokoh publik yang dibungkus hiburan. Kita merasa aman, karena tidak bicara langsung. Tapi Allah Maha Mendengar dan Maha Melihat.
Inilah buah terkutuk yang disebut oleh para ulama sebagai “buah bibir”. Ia ringan di lidah, tetapi berat di timbangan dosa. Ia terlihat manis, tapi sesungguhnya membusuk dalam jiwa.
Oleh karena itu, mari kita berbenah. Jangan biarkan mulut kita menjadi penyebab kehancuran pahala yang telah kita kumpulkan. Rasulullah ﷺ bersabda:
“Seorang hamba bisa saja mengucapkan satu kalimat yang ia anggap remeh, namun kalimat itu bisa menjatuhkannya ke dalam neraka selama 70 tahun.”— (HR. Tirmidzi, no. 2314, hasan shahih). [] Juliana Stefani
Editor: Isna Wahyu