Berhati-Hatilah dengan Nafsu! Inilah Tingkatan Nafsu yang Harus Kamu Ketahui!

Menunjukkan perjalanan naik dari nafsu dasar hingga puncak yang menggambarkan perkembangan jiwa secara bertahap (freepik.com - almuhtada.org)

almuhtada.org – Secara bahasa, “nafsu” berasal dari bahasa Arab: نفس yang berarti jiwa, ruh, atau diri sendiri. Secara istilah, nafsu adalah dorongan alamiah yang mendorong manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, baik yang positif maupun negatif.

Dalam Islam, nafsu adalah bagian dari diri manusia yang mempengaruhi perilaku, pikiran, dan keinginan. Al-Qur’an dan para ulama tasawuf mengajarkan bahwa nafsu memiliki tingkatan-tingkatan yang dapat menunjukkan kondisi spiritual seseorang, dari yang paling rendah hingga yang paling tinggi. Berikut ini adalah tujuh tingkatan nafsu dalam Islam:

Baca Juga:  Keutamaan dan Ibadah di Bulan Dzulqadah
  1. Nafsu Amarah (النَّفْسُ الأَمَّارَةُ)

Nafsu amarah merupakan nafsu yang tingkatannya paling rendah dan jahat. Dengan adanya nafsu ini, seseorang akan berani melakukan kejahatan serta sukar mengambil ibtibar.

وَمَآ اُبَرِّئُ نَفْسِيْۚ اِنَّ النَّفْسَ لَاَمَّارَةٌ ۢ بِالسُّوْۤءِ اِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّيْۗ اِنَّ رَبِّيْ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ

Artinya: “ Aku tidak (menyatakan) diriku bebas (dari kesalahan) karena sesungguhnya nafsu itu selalu mendorong kepada kejahatan, kecuali (nafsu) yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

Dalam ayat ini dijelaskan bahwa Yusuf sebagai manusia mengakui bahwa setiap nafsu cenderung dan mudah disuruh untuk berbuat jahat kecuali jika diberi rahmat dan mendapat perlindungan dari Allah. Yusuf selamat dari godaan istri al-’Azīz karena limpahan rahmat Allah dan perlindungan-Nya.

  1. Nafsu Lawamah (النَّفْسُ اللَّوَّامَةُ)

Nafsu lawamah yaitu nafsu yang sudah sadar tapi masih lemah dan sering terpengaruh dengan dorongan nafsu. Pada tingkatan ini, seseorang mulai sadar akan kesalahan dan dosa yang diperbuat. Ia mulai menyesali perbuatan buruknya dan mencela dirinya sendiri karena tidak taat kepada Allah.

وَلَآ اُقْسِمُ بِالنَّفْسِ اللَّوَّامَةِ

“Dan aku bersumpah demi jiwa yang selalu menyesali (dirinya sendiri),” (QS. Al-Qiyamah: 2).

Baca Juga:  Memaafkan Orang Lain Itu Susah? Tapi Inilah Plot Twist Nya!!
  1. Nafsu Mulhamah (النَّفْسُ الْمُلْهَمَةُ)

Nafsu mulhamah yaitu nafsu yang kedudukannya tidak tetap. Nafsu ini terletak di antara nafsu mutmainah dan nafsu lawamah. Pada tahap ini, seseorang mulai bisa membedakan antara kebaikan dan keburukan, serta terdorong untuk melakukan amal baik.

فَاَلْهَمَهَا فُجُوْرَهَا وَتَقْوٰىهَاۖ

“Dia mengilhamkan kepadanya (jalan) kejahatan dan ketakwaannya,”

  1. Nafsu Mutmainah (النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ)

Nafsu muthmainah yaitu nafsu jimak dan tunduk dengan maksud nafsu yang tenang. Tingkatan ini menunjukkan jiwa yang tenang dan tentram karena telah tunduk kepada Allah. Nafsu ini tidak lagi gelisah karena dunia, melainkan yakin dan berserah diri kepada ketetapan-Nya.

يَا أَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ . ارْجِعِي إِلَىٰ رَبِّكِ رَاضِيَةً مَرْضِيَّةً . فَادْخُلِي فِي عِبَادِي . وَادْخُلِي جَنَّتِي

“Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang ridha lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jama´ah hamba-hamba-Ku. Masuklah ke dalam surga-Ku,” (QS. Al-Fajr 27 – 30).

Baca Juga:  Lepaskan yang Bukan Milikmu
  1. Nafsu Rodiah (النَّفْسُ الرَّاضِيَةُ)

Nafsu Rodhiah yaitu nafsu yang menerima dengan rela apa saja ketetapan bagi Allah semata, hukum dan syariat. Nafsu ini menggambarkan jiwa yang ridha terhadap semua ketentuan Allah. Apapun yang terjadi dalam hidup, baik atau buruk, diterima dengan penuh kerelaan dan tanpa keluh kesah.

  1. Nafsu Mardiah (النَّفْسُ الْمَرْضِيَّةُ)

Nafsu mardhiah yakni kondisi di mana kedudukan dari kedua belah pihak itu saling ridha dan meridhai. Allah ridha atas mereka dan mereka ridha atas Allah. Amalnya diterima, doanya diijabah, dan hidupnya membawa manfaat bagi sesama.

  1. Nafsu Kamilah (النَّفْسُ الْكَامِلَةُ)

Nafsu kamilah merupakan nafsu yang sempurna keinginan hanya kepada Allah semata-mata. Ini adalah tingkatan nafsu tertinggi yang hanya dicapai oleh para wali dan nabi. Nafsu kamilah adalah jiwa yang sempurna, telah bersatu sepenuhnya dengan kehendak Allah dan hidupnya sepenuhnya untuk kebenaran. Umumnya, nafsu ini dimiliki oleh para rasul dan nabi.

Baca Juga:  Kisah Pemuda yang Menolak Zina karena Takut kepada Allah

Perjalanan spiritual menuju Allah adalah perjuangan yang panjang dan memerlukan mujahadah (kesungguhan) untuk mengendalikan nafsu. Dari Amarah yang penuh dorongan negatif hingga Kamilah yang mencapai kesempurnaan jiwa, setiap Muslim diajak untuk terus menyucikan diri melalui ibadah, ilmu, dan amal. Allah menjanjikan kedamaian dan surga bagi mereka yang berhasil menyucikan jiwanya. [Alya Rosadiana]

Editor: Syukron Ma’mun

Related Posts

Latest Post