Almuhtada.org – Kaligrafi merupakan Suatu karya seni Islam yang sorotan banyak oleh masyarakat muslim. Pengertian dari kaligrafi sendiri adalah seni tulisan indah atau disebut khatt. Indah yang dimaksud ialah mengukir nama-nama Allah sebagai bentuk dan rasa untuk semakin mengingat Tuhan-Nya.
Kaligrafi memiliki beberapa perkembangan Sejarah. Perkembangan tersebut pertama kali terjadi pada masa Rasulullah SAW. Hingga masa Ali bin Abi Thalib, pada awalnya kaligrafi hanya berbentuk tulisan sederhana yang ditulis di atas lembaran pelepah kurma. Gaya tulisannya masih menggunakan nama tempat penulisan seperti Makki (Makkah), Madani (Madinah), Hejazi (hijaz), dan lain – lain. Pada abad ke-7 M, seni kaligrafi mulai berkembang dengan adanya Al-Qur’an sehingga umat islam semakin terdorong untuk menciptakan seni tulisan di berbagai media seperti batu prasasti dan bangunan.
Perkembangan tersebut dilanjutkan pada masa Bani Ummayah. Pada zaman Bani Umayyah terdapat rasa ketidakpuasan terhadap Khat Kufi yang dianggap terlalu kaku dan sulit diimajinasikan sehingga mulai menciptakan gaya kaligrafi baru yang tidak kaku. Terdapat tiga bentuk yang terkenal pada masa ini yaitu, Mudawwar (bundar), Mutsallats (segitiga), dan Ti’im (variasi bundar dan segitiga).
Perkembangan tersebut dilanjutkan pada masa Bani Abassiyah. Pada masa Bani Abbasiyah, muncul para seniman kaligrafi yang populer. Salah satunya adalah Ibnu Muqlah yang terkenal karena penemuannya tentang cara geomatrikal dengan kesatuan baku yaitu titik, alif, dan lingkaran. Kemudian muncul Yaqut Al Musta’simani yang menciptakan bentuk khat baru yang lebih lembut dan halus.
Lalu perkembangan kaligrafi setelah masa Bani Abassiyah terus berkembang pesat hingga saat ini. Kaligrafi terus berkembang hingga saat ini sehingga menghasilkan beberapa macam kaligrafi yang pertama yaitu Kaligrafi Kufi yang merupakan kaligrafi tertua yang muncul pada abad 7M dikota Kufa, Irak. Pada Kaligrafi Kufi memiliki bentuk huruf yang geometris, tegas dan jelas. setiap huruf memiliki struktur yang konsisten dan sempurna.
Huruf-huruf dalam Kaligrafi Kufi ditulis dengan garis-garis yang kuat, pendek, bersudut tajam sehingga memberikan kesan keras dan anggun. Pada Khat Kufi kuno tidak memiliki titik dan harakat serta dilengkapi dengan hiasan sederhana. Yang kedua yaitu Kaligrafi Tsulust, khat ini memiliki hiasan tambahan yang banyak dan mudah dibuat untuk memenuhi ruang yang kosong. Khat Tsuluts merupakan khas dengan bentuk yang luwes dan ujung yang lancip.
Khat Tsuluts sering digunakan untuk hiasan monumen, masjid, kitab, dan interior. Ketiga ialah Khat Naskhi, khat ini memiliki ciri-ciri bentuk yang sederhana, sedikit menggunakan hiasan tambahan dan cenderung mudah untuk ditiru serta dibaca bahkan oleh pemula. Yang ke empat Khat Riq’ah Gaya Riq’ah dikenal dengan kesederhanaan dan kejelasannya.Biasanya khat ini digunakan untuk penulisan sehari-hari.
Kelima, Khat Farisi, gaya farisi sangat memperhatikan bentuk garis dan tanpa menggunakan harakat. Setiap huruf memilki ketebalan yang berbeda-beda sehingga kemahiran kaligrafer sangat menentukan hasil kaligrafi. Khat ini bisa ditemukan dalam masjid-masjid di Iran.
Keenam, Khat Diwani, gaya ini memiliki bentuk yang cenderung bulat (melengkung) tanpa harakat dan sangat artistik. Khat ini bisa dilihat pada ornamen arsitektur masjid dan sampul kitab. Yang terakhir ialah Diwani Jali, yang membedakan Khat Diwani Jali dan Khat Diwani adalah bentuknya yang lebih banyak variasi tambahan yang padat dan bertumpuk-tumpuk serta tambahan harakat yang berlimpah. [] Luvena Aurellya Diskananda
Editor : Aulia Cassanova