Almuhtada.org – Haji Malik Karim Amrullah atau sering disapa dengan Buya Hamka merupakan seorang ulama yang dikenal luas oleh masyarakat Indonesia.
Selain sebagai ulama beliau juga dikenal sebagai sastrawan yang gemar sekali menulis hingga tak terhitung sudah berapa banyak karya yang beliau publikasikan. B
uya Hamka adalah sosok ulama yang penuh keteladanan, beliau sudah merasakan hidup di zaman ketika Indonesia belum merdeka, lika liku perjalanan dakwah beliau juga sudah melalui berbagai tantangan dan rintangan. Dari perjalanan yang rumit tersebut lah sosok beliau terbentuk dan terus menjadi teladan hingga hari ini.
Pada tulisan kali ini, penulis akan menceritakan sosok Buya Hamka dari sisi yang berbeda. Kita tidak akan melihat sosok Buya dari sisi politik dan dakwah saja tetapi akan melihatnya dari sisi perilaku beliau terhadap makhluk hidup.
Kisah antara Buya Hamka dan kucing kesayangannya si Kuning. Sebenarnya kisah ini diceritakan oleh putra beliau yakni Irfan Hamka dalam bukunya yang berjudul ”Ayah”. Penulis mencoba untuk meringkasnya dalam artikel ini agar bisa kita ambil ibrah serta teladannya bersama-sama.
Suara Kucing
Pertemuan pertama Buya Hamka dan Si Kuning berawal dari suara kucing yang terdengar dari rumah beliau, kala itu Buya dan anak-anaknya sedang sholat subuh berjamaah kemudian selepas sholat Buya membuka pintu depan rumahnya karena dirasa suara anak kucing tersebut semakin dekat seperti berada di teras depan.
Dan betul saja kucing yang sedari malam mengeong itupun ternyata ada di depan rumah beliau. Buya Hamka pun mengambil si kucing kecil yang berwarna oranye tersebut, terlihat si kucing kecil kotor dan kurus. Mungkin karena sudah berpisah dari induknya jadi tidak ada yang merawat dan memberi makan kucing kecil ini.
Dibawa masuknya si kucing ke dalam rumah, Buya Hamka pun memberinya susu dan membersihkan kotoran di tubuh si kucing. Lalu beliau meletakkannya pada kain bekas yang bersih agar si kucing merasa hangat dan bisa tertidur.
Setelah memastikan si kucing tenang Buya pun terlihat puas dan memerintahkan anak-anaknya untuk membeli susu jika kucing ini kelaparan lagi. Sampai tak terasa waktu berlalu si kuning mulai tumbuh menjadi kucing yang besar dan tangkas.
Kesetiaan si Kuning
Kasih sayang Buya Hamka pada si Kuning membuat kucing ini selalu menempel dan manja pada beliau. Sering kali aktivitas Buya di rumah selalu diwarnai dengan keberadaan si kuning.
Kebiasaan pertama yang dimiliki si kuning adalah setiap kali Buya akan pulang dari rutinitas kerjanya dia pasti akan menunggu di depan rumah dengan setia dan ketika buya sampai si kuning akan menggosokkan badannya di kaki Buya, sebagai tanda sambutan hangat yang diberikan si Kuning.
Lalu kebiasaan kedua adalah setiap kali Buya Hamka dan anak-anaknya pergi ke Masjid baik itu ketika waktu maghrib, isya, dan subuh si Kuning pasti akan mengikuti Buya dan menunggu beliau sampai selesai beribadah, terkadang para jamaah pun keheranaan dengan kesetiaan si Kuning saat menunggu Buya.
Kebiasaan ketiga yakni ketika Buya Hamka sedang bekerja di rumah si Kuning pasti akan duduk di pangkuan beliau. Namun, Buya tidak pernah terganggu dengan kebiasaan si Kuning beliau selalu membiarkan kucingnnya ini.
Kebaikan Buya terhadap si Kuning mendatangkan pengaruh besar terhadap perilaku kucing tersebut, karena setiap perbuatan baik akan selalu mendatangkan kebaikan, seperti firman Allah dalam QS. Ar-Rahman ayat 60 yang artinya ”Tidak ada balasan untuk kebaikan selain kebaikan (pula)”.
Kestiaan si Kuning terhadap Buya Hamka tidak hanya sampai disitu saja, pernah kala itu Buya melakukan perjalanan ke Amerika hingga berbulan-bulan lamanya.
Tidak adanya kehadiran Buya Hamka di rumah membuat si Kuning gelisah bahkan ia sempat tidak pulang berhari-hari dan setelah dicari tahu ternyata kucing ini pergi ke rumah lama Buya Hamka yang jaraknya lumayan jauh dari rumah baru yang ditempati saat itu.
Mungkin dalam pikiran si Kuning Buya ada di rumah lama tersebut sehingga dia selalu berkeliaran di sekitarnya, bahkan para tetangga lama Buya pun sering melihat si Kuning sering berkeliaran di dekat rumah lama mereka.
Kemudian ketika Buya Hamka difitnah dan ditahan pada masa rezim Soekarno, si Kuning selalu mencari-cari keberadaan buya.
Ia selalu mengeong dengan gelisah dan menunggunya di atas atap sambil melihat ke arah jalan menuju masjid yang sering di lalui oleh Buya. Berharap tuannya akan segera pulang. Kasih sayang dan kesetiaan si kuning pada Buya Hamka jelas sekali terlihat dari perilaku dan kebiasaan-kebiasaannya tersebut.
Dari kisah ini Allah memberikan kita pelajaran bahwa kucing sebagai hewan yang tidak berakal pun bisa merasakan emosi dan kasih sayang dari tuannya, bahkan ia menunjukkan rasa terimakasihnya dengan kesetiaan. Perilaku yang Buya Hamka tunjukkan terhadap si Kuning juga merupakan teladan yang harus kita contoh.
Sebagai manusia kita diberikan kelebihan dari makhluk hidup lainnya dan dengan kelebihan itu seharusnya menjadikan kita makhluk yang penuh dengan kasih sayang dan ketulusan.
Ingatlah dalam sebuah Hadis Rasulullah pernah mengaktakan:
”Allah melaknat orang yang menyiksa hewan dan memperlakukannya dengan sadis.” (HR. Bukhari)
Dan ingat juga bahwa setiap makhluk hidup bertasbih pada Allah, ketika kita berbuat baik kepada mereka. Bisa saja dalam tasbih yang mereka langitkan ada nama serta kebaikan bagi kita.
“Tidakkah engkau (Muhammad) tahu bahwa kepada Allah-lah bertasbih apa yang di langit dan di bumi, dan juga burung yang mengembangkan sayapnya. Masing-masing sungguh, telah mengetahui (cara) berdoa dan bertasbih. Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan.” (QS. An-Nur: 41). [] Andhika Putri Maulani
Editor: Mohammad Rizal Ardiansyah