almuhtada.org – Siapa sih yang tidak kenal dengan khalid bin Walid, beliau adalah sahabat Rasulullah yang sangat kuat dan hebat dalam peperangan, beliau sangat banyak berjasa bagi umat muslim. Tapi mengapa disaat kepemimpinan Khalifah Umar bin Khatab Ra., Khalid bin Walid dicopot dari jabatannya sebagai panglima perang. Apakah kemampuan Khalid bin Walid menurun, atau beliau korupsi, atau Khalid melakukan kesalahan lain yang tidak bisa dimaafkan.
Tidak sama sekali, begitu bijaknya Khalifah Umar bin Khatab ra. sehingga bisa memikirkan permasalahan ini. Ini semua adalah Karena kepopuleran Khalid bin Walid yang semakin tinggi dan takut bahwa Khalid akan menjadi panutan dan idola yang berlebih dan untuk menghindari adanya kesyirikan, atau berkaitan dengan ketauhidan.
Umar bin khatab risau terhadap pemikiran kaum muslimin bahwa jika khalid bin Walid menjadi panglima perangnya maka umat muslim pasti akan menang, sehingga Khalid dijuluki (pembuat kemenangan), sehingga mereka tidak seperti dahulu ikhtiar dan berdoa dengan serius dan banyak.
mereka harus sadar bahwa yang memberikan kemenangan adalah Allah SWT. Sehingga ketika Khalid bin Walid diturunkan jabatannya dan digantikan dengan abu Ubaidah bin jarrah, umat muslim tetap menang. Karena kemenangan atau keberhasilan bukan ditentukan dari siapa panglimanya/bukan dari Khalid bin Walid. Tapi murni dari Allah SWT, dan jika kita ingin mendapatkan kemenangan maka kita harus ikhtiar dan berdoa dengan sebanyak banyaknya.
Dari Perkataan Umar bin Khattab Ra.
ﺇﻧﻲ ﻟﻢ ﺃﻋﺰﻝ ﺧﺎﻟﺪﺍً ﻋﻦ ﺳﺨﻄﺔ ﻭﻻ ﺧﻴﺎﻧﺔ ، ﻭﻟﻜﻦ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﻓُﺘﻨﻮﺍ ﺑﻪ ﻓﺄﺣﺒﺒﺖ ﺃﻥ ﻳﻌﻠﻤﻮﺍ ﺃﻥ ﺍﻟﻠﻪ ﻫﻮ ﺍﻟﺼﺎﻧﻊ
“Sesungguhnya aku tidak mencopot Khalid bin Walid karena marah ataupun dia berkhianat, tetapi manusia telah terfitnah dan aku ingin manusia tahu bahwa Allah-lah yang membuat kemenangan.” [Al-Bidayah Wan Nihayah 7/81]
Ibnu ‘Aun meriwayatkan tatkala Umar menjadi Khalifah, ia berkata,
ﻷﻧﺰﻋﻦَّ ﺧﺎﻟﺪﺍً ﺣﺘﻰ ﻳُﻌﻠﻢ ﺃﻥ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﺇﻧﻤﺎ ﻳﻨﺼﺮ ﺩﻳﻨﻪ . ﻳﻌﻨﻲ ﺑﻐﻴﺮ ﺧﺎﻟﺪ
“Sungguh aku akan mencopot Khalid (dari panglima) sehingga manusia tahu bahwa Allah mampu menolong agama-Nya tanpa Khalid.” [Siyaru A’lam An-Nubala 1/378]
Disisi lain mengapa Khalid bin Walid dicopot dari jabatannya adalah karena Khalid memiliki sifat keras dan Khalifah Umar bin Khattab pun memiliki sifat yang keras juga. Sedangkan abu Ubaidah bin jarrah memiliki sifat yang lembut seperti abu bakar Ash-Shiddiq sehingga abu Ubaidah bin jarrah bisa menyeimbangkan sifat Khalifah Umar bin Khattab.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah menjelaskan hal ini dan berkata,
ﻭﻛﺎﻥ ﻋﻤﺮ ﺑﻦ ﺍﻟﺨﻄﺎﺏ – ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﻪ – ﻳﺆﺛﺮ ﻋﺰﻝ ﺧﺎﻟﺪ ﻭﺍﺳﺘﻨﺎﺑﺔ ﺃﺑﻲ ﻋﺒﻴﺪﺓ ﺑﻦ ﺍﻟﺠﺮﺍﺡ – ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﻪ – ؛ ﻷﻥ ﺧﺎﻟﺪﺍً ﻛﺎﻥ ﺷﺪﻳﺪﺍً ﻛﻌﻤﺮ ﺑﻦ ﺍﻟﺨﻄﺎﺏ ، ﻭﺃﺑﺎ ﻋﺒﻴﺪﺓ ﻛﺎﻥ ﻟﻴﻨﺎً ﻛﺄﺑﻲ ﺑﻜﺮ ، ﻭﻛﺎﻥ ﺍﻷﺻﻠﺢ ﻟﻜﻞ ﻣﻨﻬﻤﺎ ﺃﻥ ﻳﺘﻮﻟﻰ ﻣﻦ ﻭﻻﻩ ﻟﻴﻜﻮﻥ ﺃﻣﺮﻩ ﻣﻌﺘﺪﻻً
“Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu memilih penggantian Khalid dengan Abu Ubaidah radhiyallahu ‘anhu karena Khalid bersifat tegas seperti Umar bin Khattab. Abu Ubaidah bersifat lembut seperti Abu Bakar. Yang paling baik adalah setiap keduanya (kombinasi tersebut) menjabat agar perkara menjadi seimbang.” [Majmu’ Fatawa 28/258]
Tapi apakah Khalid bin Walid marah dan tidak terima terhadap pergantian jabatannya yang lebih rendah dari ia dahulu? Khalid bin Walid terima dengan rendah hati dan ia sangat menghormati abu Ubaidah bin jarrah yang telah menjadi atasannya. Ini membuktikan pula bahwa Khalid bin Walid tidak mengagung agungkan jabatan, ia tulus mendapatkan amanah hanya ingin memperoleh ridho Allah SWT. Begitu mulia akhlaq Khalid bin Walid.
Abu Ubaidah bin jarrah walaupun jabatannya lebih tinggi dari khalid bin Walid, tapi beliau tetap menghormati Khalid bin Walid karena beliau sadar bahwa Khalid bin Walid lebih berpengalaman dan berilmu dalam strategi peperangan. Begitu tawadhu nya abu Ubaidah bin jarrah, beliau telah dipercaya menjadi panglima perang tapi beliau masih berpikir bahwa masih ada yang lebih baik darinya, beliau duduk disitu hanya Karena mendapatkan dan ingin melaksanakan amanah dari Umar bin Khattab dan amanah tersebut adalah amanah yang besar. [Nabila putri kholidah]