Asal disyariatkan sholat ghaib dan tata cara sholat ghaib

Foto orang-orang yang sedang melakukan sholat (pinterest.com - almuhtada.org)

almuhtada.org- Islam mensyariatkan untuk memuliakan mayit sesama Islam ketika baru meninggal. Dan salah satu cara kita memuliakan mayit adalah dengan mensholatkannya.  Jika kita ingin mensholatkan jenazah tetapi jenazah tersebut tidak berada satu tempat/daerah dengan kita, maka rasulullah mensyariatkan dengan melakukan sholat ghaib.

Seperti yang dilakukan Rasulullah terhadap raja najasyi/negus, seorang raja dari daerah habasyah yang sekarang kita kenal dengan Ethiopia. Beliau adalah raja yang sangat baik dan adil terhadap rakyatnya dan daerah habasyah pun termasuk wilayah yang subur sehingga habasyah menjadi opsi rasulullah untuk berhijrah dari tekanan kaum Quraisy. Raja najasyi sebelum itu beragama Yahudi tetapi karena hidayah dari Allah SWT, Sehingga raja najasyi memeluk Islam. Tetapi masyarakat/rakyatnya tidak ada yang mengetahui bahwa raja najasyi telah masuk Islam. Kemudian tiba waktu malaikat Izrail mencabut nyawa raja najasyi pada bulan Rajab tahun 9 Hijriyah. Dan kala itu rasulullah berada di Madinah. Sehingga malaikat jibril memerintahkan rasulullah untuk mensholatkannya, dan Rasulullah mengajak para sahabat untuk melakukan sholat ghaib untuk raja najasyi.

Hadis riwayat Imam Bukhari dari Abu Hurairah. “Nabi memberitakan kepada para sahabatnya tentang kematian Al-Najasyi, kemudian beliau maju (untuk mengimami), maka kami membuat shaf di belakang beliau, dan beliau bertakbir empat kali.”

Dan peristiwa ini melahirkan syariat baru untuk memuliakan jenazah disaat jenazah tidak berada ditempat.

Baca Juga:  Ini Dia 4 Keutamaan Puasa Sunnah Arafah!

Rasulullah Saw juga pernah melakukan sholat ghaib terhadap sahabat sahabat yang lain seperti Muawiyah bin Muawiyah Al muzanni di madinah, Zaid bin haritsah dan ja’far bin abu Thalib yang keduanya syahid pada pertempuran melawan kekaisaran romawi.

Tata cara sholat ghaib sama dengan melaksanakan sholat jenazah. Dengan 3 kali takbir, ada riwayat lain yang mengatakan 4 rakaat;

  • Rakaat pertama membaca surah Al Fatihah.
  • Rakaat kedua membaca sholawat atas nabi Muhammad Saw.

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ، وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ، وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ، فِي الْعَالَمِينَ إِنَّكَ

Artinya: “Ya Allah, limpahkanlah rahmat kepada Nabi Muhammad dan kepada keluarga Nabi Muhammad, sebagaimana telah Engkau limpahkan rahmat kepada Nabi Ibrahim dan keluarga Nabi Ibrahim. Limpahkan pula keberkahan bagi Nabi Muhammad dan bagi keluarga Nabi Muhammad, sebagaimana telah Engkau limpahkan keberkahan bagi Nabi Ibrahim dan bagi keluarga Nabi Ibrahim. Sesungguhnya di alam semesta Engkau Maha Terpuji dan Maha Agung.”

  • Rakaat ketiga dan keempat membaca doa untuk si mayit
  1. Rakaat ketiga

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لَهُ وَارْحَمْهُ وَعَافِهِ وَاعْفُ عَنْهُ

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لَهاَ وَارْحَمْهاَ وَعَافِهَا وَاعْفُ عَنْهاَ

Artinya: “Ya Allah, ampunilah dan rahmatilah dia”

2.Rakaat keempat

اللهُمّ لاتَحرِمْنا أَجْرَهُ ولاتَفْتِنَّا بَعدَهُ وَاغْفِرْ لَنَا وَلَهُ/

Baca Juga:  Hati-hati! Apa yang Kamu Cari, Itulah yang Akan Menentukan Hidupmu

اللَّهُمَّ لاَ تَحْرِمْنَا أَجْرَهَا وَلاَ تَفْتِنَّا بَعْدَهَا وَاغْفِرْ لَنَا وَلَهَا

Artinya: “Ya Allah, jangan haramkan kami dari pahalanya dan jangan beri fitnah (cobaan) bagi kami sepeninggalnya. Ampunilah kami dan ampunilah dia.

Hak seorang muslim terhadap muslim lainnya ada 6 perkara, berdasarkan sabda Rasullullah Saw.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ – رضي الله عنه – قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – – حَقُّ اَلْمُسْلِمِ عَلَى اَلْمُسْلِمِ سِتٌّ: إِذَا لَقِيتَهُ فَسَلِّمْ عَلَيْهِ, وَإِذَا دَعَاكَ فَأَجِبْهُ, وَإِذَا اِسْتَنْصَحَكَ فَانْصَحْهُ, وَإِذَا عَطَسَ فَحَمِدَ اَللَّهَ فَسَمِّتْهُ وَإِذَا مَرِضَ فَعُدْهُ, وَإِذَا مَاتَ فَاتْبَعْهُ – رَوَاهُ مُسْلِمٌ

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Hak muslim kepada muslim yang lain ada enam.” Beliau shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda, ”(1) Apabila engkau bertemu, ucapkanlah salam kepadanya; (2) apabila engkau diundang, penuhilah undangannya; (3) apabila engkau dimintai nasihat, berilah nasihat kepadanya; (4) apabila dia bersin lalu dia memuji Allah (mengucapkan ’alhamdulillah’), doakanlah dia (dengan mengucapkan ’yarhamukallah’); (5) apabila dia sakit, jenguklah dia; dan (6) apabila dia meninggal dunia, iringilah jenazahnya (sampai ke pemakaman).” (HR. Muslim) [HR. Muslim, no. 2162]

Dan mensholatkan jenazah termasuk dalam hak seorang muslim terhadap muslim lainnya, mensholatkan adalah bagian dari point ke 6 yaitu mengiringi jenazah sampai liang lahat. Hukum dari sholat jenazah sendiri adalah fardhu kifayah yang artinya jika ada sebagian atau bahkan hanya satu orang dari umat muslim yang mengerjakan maka bagi umat muslim yang tidak mengerjan telah gugur hak nya/ kewajibannya (tidak dihukumi berdosa). Dan sebaliknya, jika tidak ada yang mengerjakan walaupun satu saja umat muslim, maka seluruh umat muslim didaerah tersebut berdosa.

Baca Juga:  Wanita Berkarir Surga: Indahnya Syariat yang Telah ditetapkan oleh Allah untuk Kita Para Kaum Wanita

Balasan bagi orang yang mensholatkan jenazah adalah sebesar gunung Uhud. Bayangkan seandainya manusia bisa melihat secara langsung sebesar apa pahalanya. Pasti semua berbondong bondong untuk memuliakan jenazah.

[]Nabila Putri]

Related Posts

Latest Post