almuhtada.org – Pada zaman pra-Islam, masyarakat saat itu kental akan sistem patriaki yang menempatkan derajat kaum laki-laki jauh lebih tinggi dari perempuan. Hal tersebut menjadikan kaum perempuan ditindas dan diperlakukan sewenang-wenang. Bahkan perempuan juga hanya dianggap sebagai pemuas nafsu bagi kaum laki-laki yang harus siap kapanpun dan diperlakukan bagaimanapun tanpa dipandang sebagai manusia yang layak dihormati. Inilah mengapa pada saat itu ketika sebuah keluarga mendapati kelahiran bayi perempuan, mereka tak segan-segan untuk menguburnya hidup-hidup karena menganggap hal tersebut hanya akan menjadi aib bagi keluarga. Sungguh perbuatan yang sangat tidak manusiawi.
Diskriminasi terhadap kaum perempuan terus berlanjut, hingga saat Nabi Muhammad diperintahkan Allah untuk membawa rahmat bagi semesta alam yang salah satu misinya adalah memperbaiki akhlak manusia, hal ini sebagaimana dalam hadist yang diriwayatkan Imam bukhori yang berbunyi:
إِنَّمَا بُعِثْتُ لأُتَمِّمَ مَكَارِمَ الأَخْلاقِ
Artinya: sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan akhlaq.
Kehadiran Nabi Muhammad di zaman jahiliyyah membawa harapan baru bagi kaum perempuan untuk merdeka. Di dalam Islam, perempuan sangatlah dimuliakan dan memiliki hak yang setara dalam pendidikan, kesejahteraan, keadilan sosial, dan bebas mengekspresikan dirinya selama tidak melanggar syariat.
Kita tentu mengenal Sayyidah Khadijah, seorang perempuan pekerja keras dan mandiri yang sukses dalam berbisnis dan menjadi seorang istri yang selalu mensupport dakwah Rasulullah, baik secara materi maupun non materi. Tidak hanya itu, Sayyidah Aisyah yang merupakan salah seorang istri Nabi yang sangat cerdas pernah memimpin pasukan dalam perang Jamal dan merupakan ahli hadist yang sangat berkontribusi besar dalam dunia Islam.
Perempuan adalah pilar peradaban dan perubahan. Mendidik seorang perempuan sama dengan mendidik sebuah generasi. Sehingga, kapasitas dan keilmuan seorang perempuan akan berdampak pada generasi setelahnya, karena jika telah menjadi seorang Ibu, ia akan menjadi madrasah pertama bagi anak-anaknya, dari sanalah sebuah generasi akan dididik, dibina, dan dibimbing agar menjadi manusia yang bermanfaat serta mampu membawa perubahan bagi bangsa, negara, dan agamanya.
Dalah sebuah kalimat hikmah disampaikan, bahwa :
Artinya: Perempuan adalah tiang negara. Apabila perempuannya baik, maka baik pula negaranya. Apabila perempuannya rusak, maka akan rusak pula negara.
Sungguh luar biasa peran perempuan dalam membangun peradaban. Sehingga, sangat disayangkan jika tidak memaksimalkan peran tersebut dengan meningkatkan kapasitas keilmuan kita entah melalui pendidikan formal maupun non formal. Pendidikan merupakan media yang strategis untuk menjadikan manusia memiliki nilai yang dapat diberdayakan agar menjadikan manfaat bagi orang lain.
Sungguh luar biasa peran perempuan dalam membangun peradaban. Sehingga, sangat disayangkan jika tidak memaksimalkan peran tersebut dengan meningkatkan kapasitas keilmuan kita entah melalui pendidikan formal maupun non formal. Pendidikan merupakan media yang strategis untuk menjadikan manusia memiliki nilai yang dapat diberdayakan agar menjadikan manfaat bagi orang lain.
Jangan jadikan stigma bahwa perempuan akan berakhir mengurus anak dan rumah tangga lantas menjadikan kita enggan untuk memperjuangkan pendidikan. Dan jangan biarkan stigma tersebut menghalangi kita untuk berkiprah memberikan kontribusi bagi masyarakat luas. Makasimalkan segala potensi yang kita miliki agar menjadi seorang Muslimah yang “High Value” seperti Sayyidah Khadijah, Aisyah, dan tokoh perempuan hebat lainnya yang siap membangun peradaban umat demi mewujudkan “Baldatun Thayyibatun Wa Robbun Ghofur” melalui 3B “Smart, Behaviour, and Beautiful” yakni cerdas akalnya, mulia akhlaknya, dan cantik hatinya.
Jangan jadikan stigma bahwa perempuan akan berakhir mengurus anak dan rumah tangga lantas menjadikan kita enggan untuk memperjuangkan pendidikan. Dan jangan biarkan stigma tersebut menghalangi kita untuk berkiprah memberikan kontribusi bagi masyarakat luas. Makasimalkan segala potensi yang kita miliki agar menjadi seorang Muslimah yang “High Value” seperti Sayyidah Khadijah, Aisyah, dan tokoh perempuan hebat lainnya yang siap membangun peradaban umat demi mewujudkan “Baldatun Thayyibatun Wa Robbun Ghofur” melalui 3B “Smart, Behaviour, and Beautiful” yakni cerdas akalnya, mulia akhlaknya, dan cantik hatinya. [] Hanum Salsabila
Editor : Juliana Setefani Usaini