Almuhtada.org – KH. Bisri Mustofa lahir pada tahun 1915 M di kampung Sawahan gang Pelen Rembang, Jawa Tengah. Ayahnya bernama H. Zainal Mustofa dan ibunya Chadijah. Sebelum menunaikan ibadah haji KH. Bisri Mustafa mempunyai nama kecil yaitu Mashadi, namun setelah kepulangannya namanya diganti menjadi Bisri Mustofa.
Ketika berumur 7 tahun, KH. Bisri Mustofa bersekolah di “Angka Loro” Rembang, namun disini beliau hanya bertahan selama 1 tahun dikarenakan beliau ikut orang tuanya pergi manunaikan ibadah haji. Sesuatu yang menyedihkan terjadi saat perjalanan pulang masih berada di pelabuahan Jeddah, H. Zainal Mustofa wafat setelah sebelumnya sakit-sakitan di sepanjang ibadah hajinya.
Karena ayahnya telah wafat maka keperluan dan tanggung jawab beralih kepada kakak angkatnya yang bernama H. Zuhdi, beliaulah yang kemudian menyekolahkan KH. Bisri Mustofa di HIS (Hollands Inlands School). Tak lama kemudian KH. Bisri Mustofa dipaksa keluar dari HIS (Holland Inlands School) oleh KH. Cholil karena sekolah tersebut adalah sekolah milik Belanda, akhirnya KH. Bisri Mustofa kembali ke sekolahnya yang pertama yaitu di Angka Loro hingga mendapatkan sertifikat dengan masa pendidikan selama 4 tahun.
Setelah usai sekolah di Angka Loro KH. Bisri Mustofa diperintahkan oleh H. Zuhdi untuk mondok di Kasingan yang di pimpin oleh K. Cholil. Namun KH. Bisri Mustofa tidak berniat belajar di pondok pesantren tersebut yang mengakibatkan hasil selama beliau mondok tidak memuaskan dan akhirnya beliau pun keluar dari pondok pesantren tersebut. Pada tahun 1930 KH. Bisri Mustofa disarankan untuk kembali ngaji di Kasingan, kemudian beliau diserahkan kepada ipar K. Cholil yang bernama Suja’i dan mengaji bersamanya. Setelah mengaji dengan Suja’i, KH. Bisri Mustofa lanjut mengaji dengan K. Cholil.
Saat usia KH. Bisri Mustofa sudah menginjak 20 tahun, beliau dinikahkan oleh gurunya yakni K. Cholil dengan putrinya yang bernama Marfu’ah. Setahun setelah menikah beliau menunaikan ibadah haji bersama dengan anggota keluarganya dari Rembang, namun setelah usai menunaikan ibadah haji beliau tidak langsung pulang ke tanah air melainkan bermukim di Makkah dengan tujuan untuk menuntut ilmu.
Di sana beliau berguru kepda sejmlah ulama ternama, seperti Syeikh Baqil, Syeikh Umar Hamdan al-Maghriby, Syeikh Ali Malik, Sayid Amid, Syeikh Hasan Massath, Sayid Alwi, dan KH. Abdullah Muhaimin. Dua tahun berlalu, beliau pun kembali ke tanah air atas perintah mertuanya dan setahun kemudian mertuanya wafat. Lalu KH. Bisri Mustofa mengantikan posisi mertuanya yakni K. Cholil sebagai guru dan pemimpin pesantren. KH. Bisri Mustofa wafat pada tahun 1997 yang disebabkan oleh tekanan darah tinggi.
Bisri Mustofa telah menulis banyak kitab, salah satunya yaitu Tafsir al-Ibriz. Penulisan tafsir al-Ibriz oleh KH. Bisri Mustofa dikarenakan kondisi sosial umat muslim pada saat itu khususnya di Jawa masih kesulitan dalam memahami arti ayat-ayat Al- Qur’an. Jadi penafsiran beliau ini dikatakan sebagai sebuah penafsiran dan juga terjemahan, karena beliau menafsirkan ayat-ayat yang dianggap penting dan perlu dijelaskan. Hal ini bertujuan untuk memudahkan pembaca dalam memahami ayat-ayat al-Qur’an. Dalam penulisan tafsir al-Ibriz ini, beliau menulis menggunakan huruf Arab pegon dengan bahasa jawa ngoko. [Vika Rizky Lestari]