Mandiri : Berdiri dengan kaki sendiri tanpa bantuan orang lain

Gambar ilustrasi dikendalikan orang lain (tebuirengonline-almuhtada.org)

Manusia merupakan mahuk sosial yang memang dirinya tidak bisa hidup secara individu. Mausia diciptakan oleh Allah Swt denga bentuk yang paling sempurna diantara mahluk-mahluk lainnya, di antara aspek kesempurnaan itu  mncakup aspek sosialisasi yang di mana manusia mampu bersosialisasi baik secara individu maupun kelompok.

Seperti yang kita tahu, Indonesia merupakan negara yang sangat luas mulai dari sabang sampai Merauke. Hal ini memungkinkan bahwa manusia di dalamnya butuh orang lain untuk terus hidup, akan tetapi menggantungkan diri kepada orang lain merupakan suatu hal yang sangat buruk. Karena hal tersebut dinilai tidak mampu untuk hidup secara mandiri.

Fakta lain juga terjadi di kalangan masyarakat, tidak hanya di politik saja, akan tetapi di kehidupan sehari-hari pun kita masih kerap menjumpai orang-orang yang dia tidak bisa mandiri, dengan kata lain dia tidak bisa berdiri dengan kaki sendiri.

Contohya adalah orang-orang yang dititpkanke suatu instansi yang memiliki impact yang besar, dia dititipkan oleh saudaranya yang kebetulan seorang yang besar di instansi tersebut, sehingga orang-orang yang mendaftar tanpa ordal dan melewati prosedur yang ada, akan tersingkirkan. Hal ini membuktikan bahwa ketidak adilan timbul karena seseorang tidak bisa mandiri dan justru enggantungkan hidupnya kepada orang lain.

Sikap mandiri memang tidak bisa dibentuk secara instan, sikap mandiri harus melewati berbagai proses dan pengalaman yang banyak. Orang yang memiliki sifat mandiri identik dengan selalu berusaha lebih keras, bekerja secara cerdas, dan memiliki prinsip bahwa ia mampu bersinar dengan kaki sendiri tanpa bantuan orang lain.

Baca Juga:  Ilmu Wajib Dipelajari, Tapi Ketahuilah Mana yang Harus Dipelajari dan Haram Dipelajari!

Orang yang mandiri akan selalu mencari celah untuk tidak menggantungkan hidupnya kepada orang lain. Orang yang mandiri tak pernah rela menjadikan dirinya berada dalam posisi “tangan di bawah”. Ia selalu ingin bisa memberi, bukan meminta; membantu, bukan dibantu; menolong, bukan ditolong; menjadi subyek, bukan objek; menjadi orang berdaya, bukan yang tak berdaya; menjadi orang yang mampu, bukan lemah; dan menjadi orang yang mulia, bukan hina.[]Ahkmad Maulana Marzuki

Related Posts

Latest Post