Pelita di Tengah Gelap: Hakikat Sabar Dalam Rumah Tangga

Gambar Ilustrasi Orang yang sedang Berpegangan Tangan Pinterest.com

Almuhtada.comSudahkah kamu menjadi orang yang sabar dalam menghadapi berbagai keadaan yang ada di depanmu? Bersabar bukanlah hal yang mudah, tetapi bukan berarti hal yang sulit juga.

Sabar adalah meletakan segala sesuatu di tempat dan waktu yang seharusnya, sesuatu yang dilakukan tanpa dorongan yang bertentangan dengan kemauan-Nya.

Tidak ada manusia hidup dengan kesenangan yang sempurna ataupun penderitaan yang sempurna. Semua orang pasti mendapatkan porsi kebahagiaan dan kesusahannya masing-masing, sesuai apa yang dikehendaki oleh Allah SWT.

Baca Juga:  Pentingnya Menjaga Kesehatan Mental di Tengah Kesibukan

Katakanlah, “Hai hamba-hamba-Ku yang beriman, bertakwalah kepada Tuhanmu.’’ Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini memperoleh kebaikan. Dan bumi Allah itu luas. Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas. (QS. Az-Zummar; 10)

Sabar ibarat sebuah pelita di tengah gelap. Seperti halnya sebuah kompas bagi pengembara. Di saat kita terpukul karena ditimpa musibah, kesabaran menerangi hati dan pikiran kita untuk tetap melihat kebaikan di balik musibah tersebut. Kesabaran akan menuntut kita untuk menemukan hikmah di balik ujian atau musibah yang sedang kita hadapi itu. Sehingga kita akan tetap berjalan pada lajur yang semestinya, tanpa perlu khawatir akan melakukan hal-hal yang menyimpang.

Kesabaran adalah modal besar untuk sampai pada titik kebijaksanaan. Dalam hal apa pun, sabar selalu dibutuhkan, seperti halnya dalam beribadah, bekerja, bahkan dalam rumah tangga sekalipun.

Seorang kepala rumah tangga tidak akan bisa menahkodai rumah tangganya dengan baik tanpa menguasai hakikat kesabaran. Setiap anggota keluarga juga perlu menanam ilmu akan kesabaran, karena semua yang ada dalam rumah tangga tidak luput dari hal sabar. Sabar menjadi penyeimbang sekaligus penguat dalam melakukan sesuatu, karena kesabaran menentukan kualitas perilaku seseorang juga menentukan ketahanan keimanan seseorang.

Sifat sabar membutuhkan kesadaran agar bisa berpikir pada jangka panjang. Orang yang tidak hanya berfikir dalam satu arah, tetapi orang yang memikirkan semua yang berkaitan dengan keadaan yang menimpanya. Contohnya, seorang suami yang sedang dalam keadaan kurang beruntung, ia hanya memiliki penghasilan sedikit. Kita sebagai istri seharusnya tidak menuntut suami kita dan marah-marah kepadanya, bersedih diperbolehkan tetapi tidak sampai berlarut-larut. Mulailah menanam benih sabar dalam hati kita, dengan memulai niat bahwa keadaan yang kita hadapi saat ini, apapun jenisnya, semua sudah kehendak dari Allah SWT. Setelah mencoba menyakinkan diri, kita bisa memulai dengan menata rencana kedepannya. Bagaimana cara mengatur keuangan tersebut agar bisa lebih bermanfaat.

Sifat sabar harus dilakukan dengan pikiran yang jernih juga hati yang tenang. Pikiran yang sempit juga hati yang tidak tenang dalam menghadapi suatu permasalahan tidak akan memberikan kita manfaat apa-apa. Sebab, nantinya kita akan digerakan oleh hal-hal yang bersifat tergesa-gesa tanpa memikirkannya lebih dalam.

Karena pikiran yang tergesa-gesa biasanya didasari oleh emosional yang tidak bisa kita kendalikan, dan semua hal yang dilakukan atas dasar emosi yang menggebu-gebu hanya akan menggiring kita dalam keadaan yang tidak baik. Sehingga kita akan menyalahkan suami yang kurang berusaha keras dalam bekerja, menyalahkan suami karena tidak tahu kebutuhan istri, hanya karena suami tidak punya uang.

Di sinilah kesabaran menjadi alarm yang senantiasa mengingatkan kita, untuk berpikir lebih panjang ke depannya.[] Shkokifatus Salamah

Editor : Ahkmad Maulana Marzuki

Baca Juga:  Why Me? Hamba Pilihan yang Allah Pilih untuk Bertumbuh Menjadi Lebih Baik

Related Posts

Latest Post