almuhtada.org – Shafiyah adalah anak dari huyay bin akhtab dan barah bitin syamuel, jika dilihat dari silsilah nashab keluarga shafiyah adalah keturunan dari nabi Harun as. Dan pamannya nabi Musa as.
Huyay ayah shafiyah sebenarnya tau bahwa ajaran yang dibawa Rasulullah itu benar, tapi ia tidak mau menerimanya karena kedengkian dan iri hatinya. Kemudian datanglah peperangan Khaibar dan kaum muslimin berhasil menaklukkan benteng pertahanan terakhir suku Yahudi. Ayah shafiyah huyay bin akhtab dan suaminya kinanah mati terbunuh dalam peperangan. Sedangkan shafiyah tertawan menjadi tawanan perang.
Dia masuk dalam bagian pendapatan perang seorang sahabat Bani mustaliq yaitu dihyah bin khalifah. Kemudian ada seorang sahabat yang datang kepada Rasulullah dan berkata “ ya rasulallah, engkau memberikan pendapatan perang Shafiyah putri pemimpin bani quraizhah kepada dihyah, sedangkan shafiyah hanya layak untukmu”.
Jawab rasulullah “panggil dihyah dan Shafiyah”.
Setelah mereka datang, rasulullah berkata “ wahai dihyah, ambilah budak yang lain dari tahanan yang ada”.
Dihyah pun pergi meninggalkan Shafiyah dan mencari budak yang lain.
Sedangkan Rasulullah memiliki bagian harta perang, yang dikenal dengan istilah ‘shafi’ (jarahan perang yang dipilih pemimpin untuk dirinya). Rasulullah bebas dalam memilih, apakah ingin memilih budak laki-laki atau perempuan ataupun kuda, selama belum melebihi satu per lima.
Kemudian rasulullah memberi pilihan kepada Shafiyah, apakah ingin dimerdekakan, selanjutnya akan dikembalikan kepada kaumnya yang masih hidup di Khaibar. Atau ingin masuk Islam kemudian dinikahi oleh Rasulullah. Shafiyah memilih untuk masuk Islam dan menikah dengan rasulullah, dengan maskawin kemerdekaannya.
Shafiyah berkata kepada Rasulullah, “Ya Rasulullah, saya memeluk Islam dan saya telah percaya kepadamu sebelum engkau mengajakku. Saya sudah sampai pada perjalananmu. Saya tidak punya keperluan kepada orang-orang Yahudi. Saya juga sudah tidak mempunyai bapak, dan tidak mempunyai saudara yang merdeka. Lantas untuk apa saya kembali kepada kaumku?”
Shafiyah dinikahin rasulullah di sebuah kemah di shahba’, lokasi yang tidak jauh dari Madinah. Sebenarnya para sahabat khawatir bahwa shafiyah akan balas dendam kepada Rasulullah karena mengingat banyak keluarganya yang tewas saat peperangan, tetapi itu hanyalah kekhawatiran yang tidak terbukti. Shafiyah memang sebelumnya sangat membenci rasulullah tapi mungkin ia mendengarkan cerita ayah dan pamannya yang membahas bahwa ajaran Rasulullah itu benar.
Ketika hendak kembali ke madinah, shafiyah berada dalam satu tunggangan dengan rasulullah, rasulullah menceritakan sebab adanya peperangan ini adalah karena ayahnya huyay telah memprovokasi bangsa arab untuk memerangi nabi. Kemudian rasulullah terfokuskan pada bekas memar hijau di wajah shafiyah dan meminta penjelasan. Shafiyah pun menceritakan, bahwa suatu malam ia pernah bermimpi melihat bulan jatuh dipangkuannya sehingga membuat seluruh isi rumahnya terang benderang. Kemudian shafiyah bercerita kepada kinanah suaminya, dan kinanah menjawab “ itu tidak lain karena engkau menginginkan penguasa Hijaz itu, Muhammad!”. Jawab kinanah kemudian memukul wajah shafiyah.
Ketika shafiyah datang, ia banyak tidak diterima masyarakat karena besarnya dosa ayah shafiyah kepada nabi. Sehingga Hafsah dan Aisyah mengejek shafiyah bahwa ia adalah anak perempuan yahudi, mendengar itu shafiyah sakit hati dan menangis tersedu sedu. Rasulallah melihat shafiyah menangis dan bertanya apa sebabnya. Diceritakanlah bahwa ia mendapat perlakuan kurang baik dari istri istri beliau. Kemudian rasulullah menjawab
“Memang benar, kamu adalah anak Yahudi. Tetapi, kamu adalah keturunan Harun, pamanmu adalah Nabi Musa, dan engkau saat ini adalah istri seorang Nabi, maka apa yang membuat mereka merasa bangga dan seolah lebih utama darimu?”
Dan meski sering dicurigai akan berkhianat karena statusnya sebagai seorang Yahudi, akan tetapi kenyataannya Sayyidah Shafiyyah sangat setia kepada Nabi Muhammad dan Islam. Bahkan saat Rasulullah sakit menjelang wafat, Sayyidah Shafiyyah menyatakan seandainya Allah menghendaki maka aku siap memikul sakit yang diderita rasulullah tersebut.
Sayyidah Shafiyyah wafat pada tahun ke-50 H, yakni di masa pemerintahan Muawiyah bin abu Sofyan. Beliau dimakamkan di pemakaman Baqi’, Madinah. Sayyidah Shafiyyah juga seorang hadits. Selama hidupnya, beliau menyampaikan 10 hadits Nabi, satu di antaranya diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim. [Nabila Putri]
Editor: Syukron Ma’mun