Almuhtada.org – Setiap orang memiliki pandangan hidup yang berbeda-beda. Pandangan hidup itulah yang akan menggambarkan bagaimana orang tersebut menjalani kehidupannya.
Sering kali orang merasa lelah akan hidup mereka yang membuat segala sesuatu yang berjalan di kehidupan ini terasa berat.
Jika seseorang merasakan hal yang demikian, maka orang tersebut perlu untuk mengevaluasi diri dan memikirkan kembali bagaimana dia memandang hidup itu.
Ada satu pandangan hidup yang akan mengantarkan kamu dalam sebuah ketenangan dan mengurai suara berisik yang ada di pikiran kamu, pandangan itu disebut stoicism.
Pandangan hidup penganut Stoikisme (Stoicism) berakar pada filsafat Yunani-Romawi kuno yang didirikan oleh Zeno dari Citium pada awal abad ke-3 SM.
Filsafat ini menekankan bahwa ketenangan batin (ataraxia) dan kebahagiaan sejati dapat dicapai dengan hidup selaras dengan alam, menggunakan akal sehat, dan menjaga kendali diri.
Stoikisme mengajarkan bahwa dunia terdiri dari dua hal, yakni hal-hal yang dapat dikendalikan, seperti pikiran, tindakan, dan sikap kita; serta hal-hal di luar kendali kita, seperti opini orang lain, peristiwa eksternal, atau keadaan alam.
Oleh karena itu, penganut Stoikisme hanya fokus pada hal-hal yang dapat mereka kendalikan tanpa membiarkan hal-hal di luar kendali memengaruhi keseimbangan emosi mereka.
Selain itu, Stoikisme juga mengajarkan pentingnya hidup selaras dengan alam, yang berarti memahami peran manusia sebagai bagian dari alam semesta yang lebih besar, menerima perubahan, dan bersikap kooperatif dalam masyarakat.
Kebahagiaan sejati bagi seorang Stoik hanya dapat dicapai melalui kebajikan moral, yang mencakup kebijaksanaan untuk berpikir dan bertindak rasional, keberanian untuk menghadapi kesulitan, keadilan dalam memperlakukan sesama, dan pengendalian diri untuk menjaga emosi dan nafsu tetap terkendali.
Filsafat ini memberikan panduan untuk menjalani hidup yang bermakna, harmonis, dan berorientasi pada kebajikan.
Pandangan hidup penganut Stoikisme menekankan pentingnya menerima takdir dengan lapang dada melalui konsep Amor Fati, yang berarti cinta kepada takdir.
Mereka percaya bahwa setiap peristiwa, baik atau buruk, adalah bagian dari desain alam semesta yang lebih besar dan harus diterima tanpa perlawanan.
Selain itu, Stoikisme mendorong seseorang untuk menjaga ketenangan batin dengan mengurangi emosi negatif seperti marah, takut, atau iri, serta meningkatkan pengendalian diri agar tetap tenang menghadapi kesulitan.
Penganut Stoik juga percaya bahwa emosi negatif muncul dari penilaian keliru terhadap situasi, sehingga penting untuk mempraktikkan refleksi dan meditasi harian.
Praktik seperti premeditatio malorum, yaitu membayangkan skenario terburuk, membantu mereka mempersiapkan diri menghadapi tantangan dengan tenang dan bijaksana.
Contoh penerapan Stoikisme dalam kehidupan sehari-hari adalah menerima hujan tanpa keluhan, karena cuaca adalah hal di luar kendali, dan lebih fokus pada tindakan yang bisa dilakukan, seperti membawa payung.
Tokoh-tokoh Stoikisme yang terkenal, seperti Marcus Aurelius, Seneca, dan Epictetus, telah memberikan kontribusi besar terhadap penyebaran filsafat ini.
Dengan prinsip-prinsip yang mendorong pengendalian diri, penerimaan terhadap kenyataan, dan kebajikan, Stoikisme menjadi panduan hidup untuk mencapai ketenangan, makna, dan kebahagiaan sejati. []Deya Sofia