Belajar Mensucikan Hati dengan Kisah Abu Yazid Al-Busthami dengan Seekor Anjing

Ilustrasi Abu Yazid Al-Busthami (freepik.com - almuhtada.org)

almuhtada.org – Anjing merupakan hewan yang dianggap najis bagi umat islam dan dagingnya pun haram untuk dimakan. Akan tetapi, anjing juga terkenal di dunia sebagai hewan yang pintar dan dapat dimanfaatkan untuk menjaga rumah, ikut berjuang dalam kemiliteran, ataupun sebagai hewan hiasan, tergantung pada jenis anjingnya.

Siapa yang tidak kenal dengan Abu Yazid Al-Busthami? Beliau adalah seorang syekh yang memimpin kaum Sufi. Namun, siapa juga yang dapat menyangka jika beliau pernah mendapat hikmah atau pembelajaran dari seekor anjing yang ada di tepi jalan.

Abu Yazid Al-Busthami ini memiliki kesukaan berjalan saat malam hari. Pada malam itu, terdapat seekor anjing yang berjalan ke arah beliau.

Baca Juga:  Seni Hidup Minimalis Menurut Islam: Mengenal Lebih Dalam Zuhud Dan Qanaah

Anjing tersebut terus berjalan seperti tanpa rasa takut kepada sang syekh. Ketika anjing sudah sangat dekat dengan syekh Al-Busthami, beliau mengangkat jubahnya, takut terkena sang anjing dengan najisnya yang diajarkan dalam syariat islam.

Setelah kejadian tersebut sang anjing berhenti dan memandang syekh terus menerus. Dikarenakan Abu Yazid AL-Busthami merupakan seorang syekh yang alim, dia menyadari seperti mendengar suara anjing tersebut yang ingin mengatakan sesuatu kepadanya.

”Hai syekh, tubuhku kotor dan tidak akan membuatmu merasa kotor. Jika Anda merasa kotor, Anda hanya perlu membasuhnya tujuh kali dengan air dan tanah, dan kotorannya akan hilang. Namun jika Anda mengangkat jubah Anda karena Anda percaya bahwa memakai baju dan berbadan manusia membuat Anda lebih mulia, dan bahwa saya, yang berbadan anjing, adalah kotor dan hina, maka kotoran yang ada di hati Anda tidak akan bisa dibersihkan meskipun Anda membasuhnya dengan tujuh samudera laut.”

Syekh Abu Yazid pun tertampar dengan perkataan yang diucapkan oleh sang anjing, lalu beliau meminta maaf kepada anjing tersebut, sebagai bentuk permohonan maafannya syekh dengan ikhlas mengajak sang anjing tersebut bersahabat dan berjalan bersamanya, tetapi sang anjing menolak, dan seraya berkata.

Baca Juga:  Batas-Batas dalam Wudhu Menurut Islam

“Anda tidak seharusnya berjalan bersama saya, karena mereka yang menghormati Anda akan mencemoohmu dan melempari saya dengan batu. Aku tidak tahu mengapa mereka menganggapku begitu hina, meskipun aku berserah diri kepada Tuhan atas wujudku yang seperti ini.”

Anjing itu kembali berkata kepada Abu Yazid, “Lihatlah…..!! aku juga tidak membawa tulang, sedangkan engkau masih menyimpan sekarung gandum.” Dia kemudian berjalan meninggalkan Abu Yazid yang masih terheran-heran.

Setelah anjing itu meninggalkan sang Syekh, beliau masih terdiam tanpa sepatah kata pun keluar dari mulutnya. Di dalam hatinya beliau berseru, “Duhai Allah, aku saja merasa tidak layak untuk berjalan dengan seekor anjing yang diciptakan-Mu, bagaimana aku merasa layak untuk berjalan bersama-Mu. Ampunilah aku dan sucikan hatiku dari kekotoran ini.”

Sejak peristiwa itu Syekh Abu Yazid Al-Busthami sangat memuliakan dan mengasihi semua mahkluk ciptaan Tuhan tanpa memandang apapun.

Baca Juga:  Tahan Amarah, Raih Surga: Kunci Kebahagiaan Abadi

Maka dari itu sobat Al-Muhtada harus bisa mengambil hikmah dari peristiwa tersebut bahwasanya kita jangan sampai merasa dan menganggap diri ini lebih suci dari mahkluk lain. Sesungguhnya Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang paling mulia dan suci di antara hamba-hambanya. [Muhammad Ikhsanudin]

Editor: Syukron Ma’mun

Related Posts

Latest Post