Almuhtada.org – Sakaratul maut merupakan suatu istilah yang menggambarkan penderitaan yang dialmai oleh manusia ketika berada di ambang kematian. Sakaratul maut sendiri terbentuk dari dua kata dalam Bahasa Arab yaitu, “Sakarat” dan “Al-maut”. “Sakarat” sendiri terbentuk dari kata “Sakara” yang memiliki arti menutup.
Seseorang yang mabuk disebut dengan “Sakran” karena akalnya tertutup. Sementara itu, “Al-maut” sendiri bermakna kematian.
Oleh karena itu, sakaratul maut ditafsirkan oleh sebagian besar ulama sebagai suatu kesulitan dan rasa sakit yang dahsyat yang dialami oleh seseorang beberapa saat sebelum ruhnya meninggalkan tubuh. Lantas, bagaimana Al-Qur’an dan hadist menggambarkan Sakaratul maut ?
Gambaran mengenai sakaratul maut telah dijelaskan dalam beberapa hadist, salah satunya adalah hadist yang diriwayatkan oleh Ibnu Abi Ad-Dunya yang berbunyi :
اَلْمَوْتُ أَفْظعُ هَوْلٍ فِي الدُنيَا والآخِرَةِ عَلَى الْمُؤمِنِ ، وَهُوَ أَشَدُّ مِن نَشْرِ المَنَاشِيرِ وَقَرضٍ بِالمَقَارِيضِ وَغَليٍ فِي القُدُورِ ، وَلَو أَنَّ المَيِّتَ نُشِرَ فَأَخبَرَ أَهلَ الدُّنيَا بِالمَوتِ مَا انتَفَعُوا بِعَيشٍ وَلَا لَذُّوابِنَومٍ
Artinya : “Kematian adalah kengerian yang paling dahsyat di dunia dan akhirat bagi orang yang beriman. Kematian lebih menyakitkan dari goresan gergaji, sayatan gunting, panasnya air mendidih di bejana. Seandainya ada mayat yang dibangkitkan dan menceritakan kepada penduduk dunia tentang sakitnya kematian, niscaya penghuni dunia tidak akan nyaman dengan hidupnya dan tidak nyenyak dalam tidurnya.”
Seperti yang telah dijelaskan dan ditegaskan dalam hadist di atas, sakaratul maut merupakan suatu istilah yang menggambarkan betapa menyakitkan dan menderitanya seseorang di detik-detik terakhir hidupnya.
Di dalam hadist di atas juga telah disebutkan bahwasanya apabila seseorang yang telah meninggal dibangkitkan dan menceritakan tentang sakitnya kematian kepada seseorang yang masih hidup, niscaya orang tersebut tidak dapat hidup dengan tenang dan tidak dapat tidur dengan tenang di sepanjang hidupnya.
Namun, perlu diketahui bahwasanya terlepas dari segala penderitaan dan rasa sakit yang dialami oleh seseorang yang hendak meninggal dunia, terdapat kabar gembira bagi seorang muslim yang rajin beribadah serta beramal semasa hidupnya. Hal tersebut dijelaskan dalam suatu hadist yang berbunyi :
إِنَّ الْعَبْدَ الْمُؤْمِنَ إِذَا كَانَ فِي انْقِطَاعٍ مِنْ الدُّنْيَا وَإِقْبَالٍ مِنْ الْآخِرَةِ نَزَلَ إِلَيْهِ مَلَائِكَةٌ مِنْ السَّمَاءِ بِيضُ الْوُجُوهِ كَأَنَّ وُجُوهَهُمْ الشَّمْسُ مَعَهُمْ كَفَنٌ مِنْ أَكْفَانِ الْجَنَّةِ وَحَنُوطٌ مِنْ حَنُوطِ الْجَنَّةِ حَتَّ ىيَجْلِسُوا مِنْهُ مَدَّ الْبَصَرِ ثُمَّ يَجِيءُ مَلَكُ الْمَوْتِ عَلَيْهِ السَّلَام حَتَّى يَجْلِسَ عِنْدَ رَأْسِهِ فَيَقُولُ أَيَّتُهَا النَّفْسُ الطَّيِّبَةُ اخْرُجِي إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ اللَّهِ وَرِضْوَانٍ قَالَ فَتَخْرُجُ تَسِيلُ كَمَا تَسِيلُ الْقَطْرَةُ مِنْ فِي السِّقَاءِفَيَأْخُذُهَا فَإِذَا أَخَذَهَا لَمْ يَدَعُوهَا فِي يَدِهِ طَرْفَةَ عَيْنٍ حَتَّى يَأْخُذُوهَا فَيَجْعَلُوهَا فِي ذَلِكَ الْكَفَنِ وَفِي ذَلِكَ الْحَنُوطِ وَيَخْرُجُ مِنْهَا كَأَطْيَبِ نَفْحَةِ مِسْكٍ وُجِدَتْ عَلَى وَجْهِ الْأَرْضِ
Artinya : “Seorang hamba mukmin, jika telah berpisah dengan dunia, menyongsong akhirat, maka malaikat akan mendatanginya dari langit, dengan wajah yang putih. Rona muka mereka layaknya sinar matahari.
Mereka membawa kafan dari Surga, serta hanuth (wewangian) dari syurga. Mereka duduk di sampingnya sejauh mata memandang. Berikutnya, malaikat maut hadir dan duduk di dekat kepalanya sembari berkata: “Wahai jiwa yang baik keluarlah menuju ampunan Allah dan keridhaannya.” Ruhnya keluar bagaikan aliran cucuran air dari mulut kantong kulit.
Setelah keluar ruhnya, maka setiap malaikat maut mengambilnya. Jika telah diambil, para malaikat lainnya tidak membiarkannya di tangannya (malaikat maut) sejenak saja, untuk mereka ambil dan diletakkan di kafan dan hanuth tadi. Dari jenazah, semerbak aroma misk terwangi yang ada di bumi.” (HR. Ahmad (4/2876, 295, 296) dan Abu Dawud)
Berdasarkan hadist di atas, dapat diambil sebuah kesimpulan bahwasanya meskipun sakaratul maut terasa sangat pedih dan menyakitkan, namun terlepas dari semua kepedihan dan rasa sakit itu.
Apabila kita telah berusaha sebaik mungkin untuk beristiqomah dalam beribadah dan mengerjakan kebajikan selama kita hidup di dunia, niscaya kematian kita akan dipermudah oleh Allah Swt. serta ruh kita akan dimuliakan oleh malaikat-malaikat Allah Swt.
Oleh karena itu, marilah kita Bersama-sama saling mengingatkan kepada hal yang baik dan saling berlomba-lomba dalam beribadah dan berbuat amal sholeh ketika hidup di dunia. Semoga kelak kita akan dipermudah dalam menghadapi sakaratul maut serta tergolong dalam orang-orang yang beruntung[] Muhammad Khoirul Anwar
Editor: Mohammad Rizal Ardiansyahh