Almuhtada.org – Kopi adalah salah satu minuman yang paling universal di dunia, disukai dan dikonsumsi oleh berbagai kalangan dalam berbagai kondisi. Selain menjadi penyemangat di pagi hari atau saat lelah, kopi juga memiliki nilai budaya dan sejarah yang kaya, bahkan terkait dengan aspek keagamaan dalam beberapa tradisi.
Kopi memiliki ciri khas yang sulit dilupakan dengan aroma harum dan rasa pahit yang unik, menjadikannya favorit banyak orang. Selain kenikmatan rasa dan aroma, kopi juga mengandung kafein yang bertindak sebagai stimulan untuk meningkatkan kewaspadaan dan menolak rasa kantuk. Hal ini menjadikannya minuman andalan bagi mereka yang perlu tetap terjaga dan fokus, terutama pada malam hari atau saat bergadang.
Menariknya, kopi juga memiliki hubungan yang dalam dengan sejarah dan kebudayaan agama tertentu. Dalam beberapa tradisi sufi dan dalam pemikiran ulama, kopi telah menjadi bahan diskusi dan kajian.
Dikutip oleh Al Allamah Abdul Qodir Bin Muhammad Al Jaziry Dalam kitabnya “Umdatus Shofwah fi Hukmil Qohwah”, Banyak ulama terkenal, seperti Syidi Syeh Zakariya Al Anshori, Syidi Syeh Abdurrohman Bin Ziyad, dan Syidi Syeh Zarruq Al Maliki Al Maghribi, telah mengeluarkan fatwa mengenai hukum meminum kopi. Dalam pandangan mereka, kopi tidak hanya diterima sebagai minuman sehari-hari, tetapi juga dapat memiliki nilai-nilai spiritual dan kesehatan yang signifikan.
Kopi dapat memberikan manfaat kesehatan yang nyata. Beberapa ahli mengatakan bahwa konsumsi kopi dalam jumlah moderat dapat membantu menjaga kesehatan jantung seseorang. Selain itu, kopi juga dapat dimanfaatkan sebagai bagian dari program diet, karena kafein dalam kopi dapat meningkatkan metabolisme tubuh dan membantu dalam penurunan berat badan.
Namun, manfaat kopi tidak berhenti pada aspek fisik dan kesehatan semata. Baru-baru ini, seorang ulama terkemuka dalam dunia Islam, KH Ahmad Bahauddin Nursalinm yang lebih dikenal sebagai Gus Baha, mengusulkan ide yang menarik tentang memadukan minum kopi dengan ibadah.
Gus Baha melihat bahwa minum kopi tidak hanya sekadar kebiasaan untuk menikmati rasa atau sebagai pendorong energi, tetapi juga dapat menjadi sarana untuk meningkatkan konsentrasi dan fokus saat beribadah.
Bagi Gus Baha, integrasi antara budaya minum kopi dan praktik keagamaan merupakan langkah untuk memperkaya pengalaman spiritual umat Islam. Dia memperhatikan fenomena di mana banyak jamaah, terutama saat khutbah Jum’at, sering mengalami kesulitan untuk tetap fokus dan terjaga.
Dengan meminum kopi sebelum atau saat beribadah, Gus Baha percaya bahwa ini dapat membantu menghindari rasa ngantuk dan kurang fokus yang sering mengganggu.
Tradisi minum kopi sebelum atau saat kegiatan keagamaan tidak asing bagi sebagian besar warga Nahdliyin, terutama di pedesaan. Di banyak tempat, minuman seperti wedang kopi sering disajikan sebagai bagian dari upacara keagamaan atau kegiatan sosial lainnya.
Gus Baha melihat potensi besar dalam praktik ini untuk membantu umat Islam dalam memperoleh manfaat maksimal dari ibadah mereka, tidak hanya dalam hal konsentrasi tetapi juga dalam ketelitian dan penghormatan terhadap nilai-nilai budaya lokal.
Dalam pandangan Gus Baha, minum kopi sebelum atau saat beribadah bukan hanya tentang manfaat praktisnya, tetapi juga tentang memperkuat dan mempertahankan warisan budaya yang berharga dalam masyarakat.
Dengan menggabungkan antara minum kopi dan kegiatan ibadah, Gus Baha berharap dapat meningkatkan kualitas spiritual dan konsentrasi umat Islam, sambil tetap menghormati nilai-nilai tradisional yang mereka anut.
Peran kopi tidak hanya sebagai minuman yang memberikan kenikmatan dan energi, tetapi juga memiliki dimensi yang dalam dalam sejarah, kebudayaan, dan keagamaan.
Dari tradisi sufi hingga fatwa ulama, dan dari manfaat kesehatan hingga inovasi praktik ibadah, kopi terus menjadi elemen yang menarik dan berharga dalam kehidupan manusia modern. Wallahua’lam Bisshowab.
Ahmad Ali Murtadlo, Mahasiswa IAIN Kudus
Editor: Mohammad Rizal Ardiansyah