Almuhtada.org – Allah menciptakan malam bukan hanya untuk mengistirahatkan raga, tapi juga untuk mengistirahatkan hati dan pikiran kita.
Dan Allah memberikan nikmat yaitu kita dapat merasakan kenikmatan beristirahat, beristirahat baik raga maupun pikiran kita, maksud dari istirahat raga seperti tidur, sedangkan istirahat pikiran dan hati yaitu Allah memberikan waktu atau kesempatan bagi kita untuk menenangkan hati dan juga pikiran.
‘Lelah hayati’, istilah kekinian tentang kondisi jiwa-raga, hati-pikiran yang kehabisan energi karena suatu hal, bahkan hingga putus asa.
Manfaatkan istirahat malam kita, karena, “Allah-lah yang menjadikan malam untukmu agar kamu beristirahat padanya.” (Ghafir: 61). Kadang ada yang masih terbawa pikiran hingga sulit tidur. Ini menandakan kurangnya tawakal kita kepada Allah.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
وَّجَعَلْنَا نَوْمَكُمْ سُبَا تًا
“dan Kami menjadikan tidurmu untuk istirahat,” (QS. An-Naba’ 78: Ayat 9)
Sesungguhnya semua urusan ada di dalam genggaman-Nya, bahkan hanya di satu jari-Nya. “Allah memegang langit di atas satu jari, dan seluruh bumi dengan satu jari,… lantas berkata ‘Akulah Sang Raja.’“ (al-Bukhari: 6864).
“Ya Tuhan kami, hanya kepada Engkau kami bertawakal dan hanya kepada Engkau kami bertobat.” (Al-Mumtahanah: 4). Semoga esok bangun dalam keadaan segar dan bersemangat.
Allah menciptakan malam juga untuk menghentikan kita dari fokus duniawi, dan juga dari perilaku buruk kita. Allah Maha Baik yang sangat memperhatikan terhadap kebutuhan hamba-Nya, dimana Allah memberikan waktu malam untuk manusia agar merenung dan berhenti dari seringnya fokus duniawi saja.
Allah ingin agar hamba-Nya bisa menghentikan dari fokus duniawi saja, dimana kita perlu untuk lebih memperhatikan terhadap akhirat yaitu memperbanyak mengingat dan beribadah kepada Allah SWT.
Mungkin di satu hari kita seharian ‘kemrungsung’ (cemas sehingga terburu-buru dan gak sabaran) terhadap suatu hal.
Belum lagi ada kejadian-kejadian tak terduga lain; di jalan, di kantor, di kantin atau di tempat umum lain yang memicu kita khilaf lisan dan perbuatan. Atau sebaliknya, hari itu dunia begitu memukau hingga kita terjatuh ke dalam kemaksiatan.
Bersyukur kita bahwa Allah mengakhirkan siang menjadi malam agar kita bisa mengambil hikmah. “Dan Dia (pula) yang menjadikan malam dan siang silih berganti bagi orang yang ingin mengambil pelajaran atau yang ingin bersyukur.” (Al-Furqan: 62).
Keheningan malam juga membantu kita untuk ‘pause’, mengingat kefanaan dunia. “Perbanyaklah mengingat sesuatu yang dapat menghancurkan kenikmatan, yaitu kematian.” (Ibnu Majah: 4248). Semoga Allah memberi kita taufiq agar pagi ini kita terbangun lebih beriman dan bertakwa. [] Puan Sukowati
Editor: Mohammad Rizal Ardiansyah