Takut Ibadahmu Bagian Riya’? Kamu Harus Tahu! Inilah Hal yang Jarang Orang Sadari dari Riya’

riya' dalam beribadah
Gambar ilustrasi riya' dalam beribadah (Freepik.com - Almuhtada.org)

Almuhtada.org – Baik buruknya segala amal perbuatan manusia tergantung pada niatnya. Islam mengajarkan kepada kita semua bahwa peran niat sangatlah dijunjung tinggi adanya.

Dapat kita lihat bersama bahwa sebagian besar kitab-kitab yang dikarang para ulama terdahulu, selalu diawali dengan bab niat.

Contohnya, ada pada kitab Arba’in An-Nawawi yang berisi 42 hadis karangan Imam An-Nawawi. Hadist pertama diawali dengan hadis sahih tentang niat sebagai berikut.

عَنْ أَمِيرِ المُؤمِنينَ أَبي حَفْصٍ عُمَرَ بْنِ الخَطَّابِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: «إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ، وَإنَّمَا لِكُلِّ امْرِىءٍ مَا نَوَى، فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلى اللهِ وَرَسُوله فَهِجْرتُهُ إلى اللهِ وَرَسُوُله، وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيْبُهَا أَو امْرأَةٍ يَنْكِحُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلى مَا هَاجَرَ إلَيْهِ» رواه إماما المحدثين أبو عبدالله محمد بن إسماعيل بن إبراهيم بن المغيرة بن بَرْدِزْبَه البخاري، وأبو الحسين مسلم بن الحجَّاج ين مسلم القشيري النيسابوري، في صحيحيهما اللَذين هما أصح الكتب المصنفة.

Artinya: Dari Amirul Mukminin Abu Hafsh ‘Umar bin Khatab r.a. berkata: “Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya amal itu tergantung pada niatnya dan setiap orang mendapat balasan sesuai dengan niatnya. Maka barangsiapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, dan barangsiapa yang hijrahnya kepada dunia yang ingin diraih atau kepada wanita yang ingin dinikahi maka ia akan menuju pada apa yang ia hijrahkan.” (H.R. Bukhari dan Muslim).

Baca Juga:  Pentingnya Berzikir kepada Allah SWT Bagi Umat Islam

Dari hadis di atas kita bisa belajar bahwa nilai kualitas amal kita ditentukan dari niatnya. Manusia akan mendapatkan sesuatu di dunia ini juga karena niatnya.

Jika ia berniat ingin mengumpulkan harta, maka ia bisa dapatkan hal itu. Jika ia berniat ingin menikahi suatu wanita, tentu ia juga dapat memilikinya.

Namun yang terpenting dari itu semua, jika ia benar-benar tulus melakukan suatu amal salih karena Allah, ia akan mendapatkan apapun yang jauh lebih indah dari yang kebanyakan manusia pikirkan, yakni cintanya Allah.

Fungsi Niat

Niat memiliki dua fungsi utama yang diajarkan di dalam Islam yakni sebagai berikut.

  1. Membedakan Suatu Ibadah dengan Ibadah Lain atau Kebiasaan

Maksudnya bagaimana?

Misal kita ambil contoh ada sesorang yang ketiduran di saat waktu zuhur hingga terbangun pada waktu asar. Setelah terbangun, tentu ia akan melakukan salat zuhur kemudian dilanjut salat asar.

Dapat dilihat jumlah raka’at keduanya sama-sama empat raka’at. Dari gerakan yang dilakukan juga sama demikian. Maka, yang membedakan pelaksanaan kedua salat tersebut yakni hanya dari niatnya.

Niat juga bisa untuk membedakan suatu ibadah dengan suatu kebiasaan. Misalkan ada seorang wanita yang memiliki kebiasaan mandi dengan meratakan air ke seluruh tubuh seperti halnya mandi wajib.

Ketika ia selesai dari haidnya, iapun mandi wajib. Dengan ia berniat mandi wajib, ia dinilai melakukan ibadah yakni mandi wajib bukan seperti halnya mandi yang ia biasa lakukan meskipun ada kesamaan dalam runtutan pelaksanaannya.

  1. Membedakan Tujuan Beribadah
Baca Juga:  Macam-Macam Hukum Menikah Dalam Islam

Apakah Anda melakukan suatu ibadah karena Allah atau justru malah karena manusia? Pertanyaan tersebut dijawab dengan fungsi niat yang kedua yaitu membedakan tujuan beribadah.

Imam Ibnu Rajab atau yang biasa dikenal dengan Imam Hambali pernah menyatakan tentang perbuatan amal yang dilakukan seseorang selain Allah itu terbagi menjadi tiga macam.

  1. Seluruh dari rangkaian amal ibadahnya itu sama sekali selain karena Allah.

Orang yang melakukan suatu amal dengan hal tersebut, maka ia sama sekali tidak mendapatkan pahala darinya.

  1. Rangkaian amalnya ada yang dilakukan karena Allah dan ada karena selain Allah dan termasuk riya’.

Jika dari awal beribadah berniat karena Allah dan selain karena Allah secara bersamaan maka pahalanya juga dianggap hangus dan hal tersebut merupakan bagian dari syirik kecil. Sebagaimana hadis qudsi berikut.

عن أبي هريرة رضي الله عنه مرفوعا: “قال تعالى : أنا أغنى الشركاء عن الشرك؛ من عمل عملا أشرك معي فيه غيري تركتُه وشِرْكَه”.

Artinya: Abu Hurairah -raḍiyallāhu ‘anhu- meriwayatkan secara marfū’: Allah -Ta’ālā- berfirman, “Aku paling tidak butuh pada semua sekutu. Siapa yang beramal dengan mempersekutukan diri-Ku dalam amalnya, maka Aku tinggalkan dia bersama sekutunya.” 

(H.R. Muslim)

Misalkan ada seseorang yang ia berniat pada awalnya karena Allah, kemudian di dalam pertengahan amal itu berubah niatnya karena selain manusia. Maka yang demikian itu diterima amal salihnya hanya selama ia masih berniat karena Allah.

  1. Karena Allah dan tujuan lain di dunia namun bukan bagian dari riya’
Baca Juga:  Pengertian, Rukun, Syarat, dan Ketentuan Ibadah Haji

Misalkan ada orang yang ingin berpuasa karena Allah. Di samping itu, ia juga ada maksud lain daripada puasanya yakni karena ingin diet. Yang demikian itu, pahalanya diterima namun tidak sebesar orang yang berniat puasa karena Allah.

Perlu diingat saudaraku, banyak sekali orang mengira bahwasanya riya’ itu hanya sebatas dimaknai melakukan sesuatu ibadah karena manusia. Padahal meninggalkan ibadah karena manusia juga termasuk bagian dari riya’.

Misalkan ada seseorang yang ingin melakukan amal salih, seperti salat sunah, membaca Al-Qur’an, atau puasa. Namun, tiba-tiba ia tidak jadi melaksanakan ibadahnya karena ada teman yang sedang melihatnya sehingga takut untuk dibilang riya’. Ketahuilah dengan orang itu meninggalkan ibadahnya karena manusia, maka itu pun merupakan bagian dari tindakan riya’.

Mungkin sebagian kita sering merasakan haus pujian atau rasa riya’ di tengah-tengah ibadah kita. Golongan orang-orang demikian yang ia tetap berperang dan melawan perasaannya agar selalu berniat karena Allah hingga amalnya tuntas, para ulama mengategorikan amalnya itu diterima dan tidak dikategorikan sebagi riya’.

Allah Maha Mengetahui setiap hal dari hambanya dan Allah Maha Baik yang selalu mau mengampuni banyak sekali dosa-dosa manusia jika ia bertobat. Allah mengajarkan kepada kita semua untuk semangat dalam beribadah untuk-Nya dan selalu berprasangka baik kepada-Nya. [] Syukron Ma’mun

Editor: Mohammad Rizal Ardiansyah

Related Posts

Latest Post