Almuhtada.org – Nabi Muhammad adalah nabi terakhir yang diutus Allah ke muka bumi ini, beliau lahir pada tanggal 12 Rabiul Awal tahun gajah.
Beliau dilahirkan di utus Allah untuk memperbaiki akhlaq umat manusia dan menjadi rahmat bagi seluruh alam sesuai dengan firman Allah dalam surat Al-Ahzab ayat 21 :
لَّقَدۡ كَانَ لَكُمۡ فِي رَسُولِ ٱللَّهِ أُسۡوَةٌ حَسَنَةٞ لِّمَن كَانَ يَرۡجُواْ ٱللَّهَ وَٱلۡيَوۡمَ ٱلۡأٓخِرَ وَذَكَرَ ٱللَّهَ كَثِيرٗا [ الأحزاب:21]
Artinya:
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. [Al Ahzab:21]
Pada bulan Rabiul awal para umat muslim terbiasa merayakan peringatan hari kelahiran nabi Muhammad di setiap tahunnya.
Tetapi mengapa pada umunya manusia diperingati hanya saat kematiannya sedangkan Rasulullah setelah wafat pun tetap diperingati hari lahirnya?
Manusia memiliki kebiasaan apa yang menurutnya membahagiakan akan dirayakan atau diperingati. Kelahiran Rasulullah adalah saat yang sangat membahagiakan bahkan saat itu pun hewan, tumbuhan, dan makhluk lain pun ikut merasakan kebahagiaan itu.
Dan pada saat hari wafatnya Rasulullah manusia sangatlah bersedih bahkan hingga sang sahabat nabi pun ada yang tidak percaya mengenai meninggalnya wafatnya nabi yang juga merupakan manusia biasa.
Lalu, untuk manusia biasa lainnya pada hari kematiannya hanya akan disebutkan apa-apa yang baik pada diri orang yang meninggal sesuai dengan hadis yang diriwayatkan oleh Sayyidah Aisyah
عن عائشة رضي الله عنها لا تسبوا الأموات؛ فإنهم قد أفضوا إلى ما قدموا
Dari Aisyah raḍiyallāhu ‘anhā meriwayatkan: “Janganlah kalian mencela orang-orang yang telah meninggal, karena sesungguhnya mereka telah mendapatkan (balasan) yang telah mereka kerjakan.” (HR. Bukhari)
Sehingga pada saat kematian manusia akan terlihat kebaikannya dan tertutup semua keburukannya. Jadi, pada hari kematiannya lah manusia biasa akan diperingati. Dan pada saat itu juga ,manusia didoakan untuk mendapat ampunan dan kebahagiaan di akhirat nanti. [] Shofiyatul Afiyah
Editor: Mohammad Rizal Ardiansyah