Taubatnya Seorang Pembunuh, Diterima atau Ditolak?

Diterimanya Taubat Seorang Pembunuh
Gambar Ilustrasi Diterimanya Taubat Seorang Pembunuh (Pinterest - Almuhtada.org)

Almuhtada.org – Dari Abi Sa’id Al-Hudri ra, Rasulullah SAW menceritakan bahwa pada zaman sebelum kalian, terdapat seorang lelaki yang telah mengambil nyawa 99 orang.

Lalu, lelaki tersebut mencari tahu di mana bisa menemui seorang ulama. Ia disarankan untuk menemui seorang Rahib, dan setelah mendapatkan informasi tersebut, lelaki tersebut mencari Rahib tersebut.

Setibanya di sana, ia mengakui perbuatannya yang mengerikan, bahwa ia telah mencabut nyawa dari 99 orang, dan bertanya apakah masih ada peluang baginya untuk bertaubat.

Rahib tersebut memberikan jawaban bahwa tidak ada kesempatan lagi baginya untuk bertaubat. Tanpa ragu, lelaki tersebut langsung membunuh Rahib tersebut, sehingga jumlah korban yang dibuatnya menjadi 100 orang.

Lalu, lelaki itu bertanya lagi di mana orang yang paling berilmu di dunia ini. Dia menyatakan, “Saya telah menjadi penyebab kematian 100 orang.

Apakah masih ada kesempatan baginya untuk bertaubat?” Orang berilmu itu menjawab, “Tentu saja, tidak ada yang dapat menghalangimu untuk bertaubat. Sekarang, pergilah ke kota itu karena di sana banyak orang yang taat kepada Allah. Bergabunglah dengan mereka dalam ibadah, dan lebih baik jangan kembali ke daerahmu lagi, karena daerahmu dipenuhi dengan perbuatan dosa.” S

etelah mendengar nasihat tersebut, lelaki itu berangkat menuju kota tersebut untuk beribadah. Namun, secara tiba-tiba, di tengah perjalanan, ia meninggal dunia.

Baca Juga:  Bagaimana Pajak dalam Islam? Bolehkah?

Maka, timbul perbedaan pendapat antara Malaikat Rahmat dan Malaikat Azab, mereka berselisih untuk menetapkan siapa yang berhak mengatur takdir orang ini.

Malaikat Rahmat menyatakan, “Dia telah mendatangi kami untuk menghadap Allah Yang Maha Tinggi.” Sementara itu, Malaikat Azab berpendapat, “Dia tidak pernah berbuat baik sama sekali.” Akhirnya, seorang malaikat muncul dalam wujud manusia.

Kedua malaikat tersebut kemudian menunjuknya sebagai hakim. Malaikat yang terakhir tersebut mengatakan, “Sekarang, ukur jarak antara tempat ia berada dan tujuan yang akan dicapainya. Tentukan mana di antara dua daerah itu yang lebih dekat.”

Jarak diukur, dan terbukti lebih dekat dengan kota yang dituju. Oleh karena itu, Malaikat Rahmatlah yang mengambil alih kendali.

Rasulullah SAW menjelaskan bahwa bagi seorang mukmin, ketika ia melakukan dosa, di hatinya akan timbul bintik hitam.

Namun, apabila ia bertaubat, meninggalkan dosa, memohon ampun kepada Allah (serta mengucapkan istighfar), hatinya akan bersinar kembali.

Akan tetapi, jika ia tidak bertaubat dan terus melakukan dosa, bintik hitam tersebut akan bertambah, menyelimuti hatinya. Keadaan ini disebut sebagai arran, yang dijelaskan oleh Allah dalam kitab suci-Nya. [] Eri Marsa Dwi

Editor: Mohammad Rizal Ardiansyah

Related Posts

Latest Post