Almuhtada.org – Rasyid Ridho merupakan salah satu murid kesayangan dari Muhammad Abduh. Ia merupakan putra asli kelahrian kota Al-Qolamun yang lair pada tahun 1865 Masehi. Sebuah wilayah yang terletak di kawasan Lebanon. Jika di lihat dari segi nasab, Muhammad Rasyid merupakan keturun Rasulullah dari jalur sayyid Husain. .
Sejak kecil, Muhammad Rasyid terkenal sebagai pribadi yang sangat mencintai ilmu pengetahuan, ia menghabiskan waktu kecilnya untuk belajar Al-Qur’an, menulis, membaca dan berhitung serta ilmu pengetahuana lainya di sebuah sekolah tradisional yang berada di Al Qolamun.
Setelah lulus dari sekolah tradisonal, ia keemudian melanjutkan studinya di sebuah sekolah Islam Negeri yang berada di Kota Lebanon untuk memperdalam ilmu pengetahuan dan ilmu-ilmu umum lainya.
Di sekolah negeri inilah Muhammad Rasyid mendalami berbagai macam ilmu pengetahuan modern, yang nantinya kana berpengaruh banyak terhadap pemikiran-pemikiran yang beliau sampaikan.
Selama ini, kita mengenal Rasyid Ridho sebagai tokoh pembaharu dalam dunia Islam. Pemikiranya banyak menyumbangkan kemajuan dalam Islam terutama dalam bidang ilmu pengetahuan.
Berikut adalah pemikiran atau ide-ide pembaharuan yang dibawakan oleh Rasyid Ridho dalam mengembangkan ajaran Islam yang kaffah:
- Kembali Ke Ajaran Islam yang Kaffah
Salah satu pemikiran Rasyid Ridho untuk mengembalikan ajaran Islam agar sesuai dengan Al-Qur’an dan Hadist, beliau mengkritik amalan-amalan yang dianggap bid’ah yang seringkali dilakukan umat Islam.
Ia memiliki pandangan bahwasanya hal inilah yang membuat umat Islam terkungkung dan tidak bisa bangkit untuk bangkit lebih maju membangun sebuah peradaban.
Ide dan pemikiran yang beliau sampaikan pada dasarnya tidak jauh beda dengan apa yang telah disampaikan oleh para guru-guru terdahulunya yakni Muhammad Abduh dan Al-Afghani.
Menurut ia, ajaran Islam telah banyak dimasuki bid’ah yang merugikan bagi perkembangan dan kemajuan umat.
Menurut Rasyid Ridha, di antara bid’ah-bid’ah itu ialah pendapat bahwa dalam Islam terdapat ajaran kekuatan batin yang membuat pemiliknya dapat memperoleh segala apa yang dikehendakinya.
Bid’ah lain yang ditentang keras oleh Rasyid Ridha ialah ajaran syekh
syekh tarekat tentang tidak pentignya hidup duniawi, tentang tawakkal, dan tentang pujaan dan kepatuhan berlebih-lebihan pada syekh dan wali.
Umat, demikian menurut Rasyid Ridha, harus dibawa kembali kepada ajaran Islam yang sebenarnya, murni dari segala bid’ah.
Islam murni itu sederhana sekali, sederhana dalam ibadat dan sederhana dalam muamalatnya. Yang meruwetkan ajaran Islam, adalah justru sunah-sunah yang ditambahkan hingga mengkaburkan antara wajib dan sunnah.
- Pembaruan dalam Berijtihad.
Salah satu pemikiran atau ide yang digagas oleh Muhammad Rasyid adalah tentang kedudukan akal yang dipandang sebagai suatu hal yang harus ditempatkan dalam posisi atas.
Hal ini didasarkan pada anggapan bahwasanya penggunaan akal lah yang nantinya dapat menafsirkan berbagai ajaran atau ilmu pengetahuan yang nantinya dapat bermanfaat bagi umat secara keseluruhan.
Secara garis besar ia tidak terlalu mempersoalkan ijtihad dalam masalah ibadah. Karena pada dasarnya di dalam Al-Qur’an dan Hadist tidak semua dijelaskan secara tegas atau gamblang. Oleh karena itu diperlukan akal untuk menafsirkan hal itu.
Menurut ia peradaban agama Islam akan jauh lebih maju jika diimbangi dengan ilmu pengetahuan dan teknologi yang diciptakan dari hasil akal dan karya umat manusia itu sendiri.
Jika umat Islam mau memahami konteks dan arti firman Allah dan Hadist nabi secara kaffah dapat dipastikan bahwasanya ilmu pengetahuan akan jauh lebih maju.
Ajaran agama Islam sangat beriringan dengan ilmu pengetahuan yang dapat memajukan sebuah peradaban. [] Ridwan
Editor: Mohammad Rizal Ardiansyah