Almuhtada.org – Setiap manusia dalam perjalanan hidupnya senantiasa dihadapkan pada ketentuan-ketentuan Allah baik ketentuan yang kita harapkan maupun tidak.
Seyogianya, kita harus ridha terhadap semua ketentuan Allah. Ridha artinya menerima keadaan yang telah terjadi pada diri kita dengan keyakinan ada kebaikan di dalamnya.
Atau dalam bahasa sederhananya, kita yakin dengan sepenuh hati dan pikiran bahwa tiap takdir yang Allah berikan pasti memberikan hikmah dan pembelajaran dalam hidup.
Namun realitanya, terkadang kita protes terhadap takdir yang sudah terjadi. Kita merasa tidak terima ketentuan tersebut ditimpakan dalam hidup kita.
Sikap ini sebagai tanda bahwa kita belum bisa menerima segala ketentuan yang Allah telah berikan. Tentunya, sikap ini muncul apabila takdir yang dijatuhkan adalah yang tidak sesuai dengan yang kita harapkan.
Perlu diakui bahwa hal tersebut memang membutuhkan waktu yang tidak sedikit untuk betul-betul menerima. Terpenting adalah terus berproses dengan baik dalam rangka penerimaan takdir Allah dengan ridha.
Ustadz Hanan Attaki menyampaikan bahwa orang yang paling beruntung di akhir hayatnya adalah adalah orang yang ridha. Allah berfirman dalam Al-Qur’an Surah Al Fajr ayat 27-29 yang artinya, “Wahai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dalam posisi ridha dan diridhai”. Pada ayat ini menurut beliau, Allah memanggil orang-orang yang ridha ketika dicabut nyawanya dengan panggilan ”jiwa yang tenang”.
Padahal kita tahu sakaratul maut adalah keadaan yang sangat sulit. Namun, ada orang yang beruntung disaat keadaan itu yakni mereka yang Allah panggil dengan sebutan jiwa yang tenang.
Artinya, orang itu bersikap ridha dalam menjalani kehidupannya. Mereka menerima atas ketentuan-ketentuan yang telah digariskan oleh Allah.
Lawan dari ridha adalah kufur. Kufur yang dimaksud dalam konteks ini adalah kufur ridha. Mereka protes atas segala ketentuan yang diberikan oleh Allah.
Sehingga, apabila hidupnya dihabiskan dengan terus protes dan mempertanyakan segala ketentuan Allah, maka ketika akhir hayatnya mereka akan menjadi orang yang gelisah dan tersiksa saat sakaratul maut.
Sehingga kita ketahui bahwa salah satu keutamaan dan keistimewaan ridha adalah melahirkan rasa tenang di hati dan tuma’ninah. Hati kita akan terasa senang dan bahagia. Pertanyaan selanjutnya bagaimana kita bisa bersikap tenang dan senang dengan ridha ini?
Lebih lanjut disampaikan oleh Ustadz Hanan Attaki, beliau menyampaikan caranya adalah berprasangka baik sama Allah. Berprasangka baik sama Allah caranya dengan meyakini bahwa segala ketentuan yang Allah berikan pasti terdapat kebaikan-kebaikan di dalamnya.
Kebaikan yang membawa kita terbentuk menjadi pribadi yang lebih baik dengan belajar atas apa-apa yang sudah terjadi. Karena dalam diri kita yakin bahwa Allah tidak akan menghakimi dan mendzolimi hambanya sendiri.
Pasti ditiap ketentuan dan takdir yang Allah berikan kepada kita, terselinap kebaikan yang penuh makna untuk kita ambil sebagai pembelajaran dalam hidup.
Jadi, ketika ada suatu ketentuan Allah yang menurut kita adalah sesuatu yang tidak diinginkan tetapi terjadi dalam hidup dan kita ingin bersikap ridha,
katakan saja pada diri kita bahwa semoga ada kebaikan-kebaikan atas ketentuan ini. Sikap ini sebagai bentuk berprangka baik kepada Allah.
Dan Allah itu persis seperti apa yang kita prasangkakan, Allah katakan dalam Hadits Qudsi bahwa ”Aku tergantung prasangka hambaku kepadaku. Apabila engkau berprangsaka baik kepadaku, maka engkau akan mendapatkan apa yang engkau prasangkakan”. [] Maulana Junaedi
Editor: Mohammad Rizal Ardiansyah