Almuhtada.org – Allah Subhanahu Wa Ta’ala telah memerintahkan umat muslim untuk senantiasa menjalankan perintah dan menjauhi larangan-Nya.
Hal tersebut merupakan salah satu ketentuan Allah yang tidak mungkin berubah. Bahkan, Allah sampai mentahdzir (memperingatkan) kepada siapapun yang melanggarnya.
Dalam kehidupan, Allah Subhanahu Wa Ta’ala pasti akan memberikan berbagai cobaan dan ujian pada umat-Nya. Tentunya, hal tersebut ada alasannya. Sebagai umat muslim, sudah seharusnya menerima dengan lapang dada.
Dari Abu Hurairah berkata: Rasulullah SAW bersabda, “Ujian senantiasa menimpa orang mukmin pada diri, anak dan hartanya hingga ia bertemu Allah dengan tidak membawa satu kesalahan pun atasnya.” (HR Tirmidzi).
Dari hadits di atas, dapat disimpulkan bahwa ujian merupakan sunnatullah dengan tujuan untuk membersihkan kesalahan (dosa) yang berlaku pada semua umat muslim yang telah menyatakan dirinya beriman, sebagaimana firman Allah dalam Surah Al-‘Ankabut ayat 2,
أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لا يُفْتَنُون
“Apakah manusia itu mengira bahwasanya mereka akan dibiarkan begitu saja setelah mengucapkan ‘Kami beriman’ sementara mereka tidak akan mendapatkan cobaan dan ujian” (QS. Al-‘Ankabut:2)
Ayat di atas menjelaskan bahwa semua manusia yang menyatakan dirinya beriman, pasti akan Allah berikan cobaan dan ujian yang bermacam-macam bentuknya. Baik dalam hal kesehatan, ekonomi, atau keluarga.
Namun, ada diantara umat muslim yang melanggar perintah dan melakukan larangan Allah Subhanahu Wa Ta’ala, justru Allah biarkan, tidak menghukumnya dan Allah berikan kesenangan serta kenikmatan dalam hidupnya. Hal inilah yang disebut istidraj.
Istidraj berasal dari kata dalam bahasa Arab, yaitu “daraja” yang artinya naik dari satu tingkatan ke tingkatan berikutnya. Secara istilah, Istidraj berarti hukuman berwujud kenikmatan. Istidraj juga bisa dikatakan sebagai ujian, tetapi orang yang mengalami tidak menyadari dirinya sedang diuji karena ujian tersebut berupa kesenangan dunia.
Dari ‘Uqbah bin ‘Amir radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa sallam bersabda, “Bila kamu melihat Allah memberi pada hamba dari (perkara) dunia yang diinginkannya, padahal dia terus berada dalam kemaksiatan kepada-Nya, maka (ketahuilah) bahwa hal itu adalah istidraj (jebakan berupa nikmat yang disegerakan) dari Allah.” (HR. Ahmad)
Orang yang istidraj, mereka tidak beribadah, meminum khamr, bakhil, berzina, bahkan ahli maksiat tetapi Allah berikan limpahan rezeki, umur yang panjang, kesehatan dan kenikmatan dunia sampai kelak pada waktunya, Allah SWT mencabut kenikmatannya. Allah SWT berfirman dalam surah Al-An’am ayat 44,
فَلَمَّا نَسُوْا مَا ذُكِّرُوْا بِهٖ فَتَحْنَا عَلَيْهِمْ اَبْوَابَ كُلِّ شَيْءٍۗ حَتّٰٓى اِذَا فَرِحُوْا بِمَآ اُوْتُوْٓا اَخَذْنٰهُمْ بَغْتَةً فَاِذَا هُمْ مُّبْلِسُوْنَ
“Maka ketika mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami pun membukakan semua pintu (kesenangan) untuk mereka. Sehingga ketika mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka secara tiba-tiba, maka ketika itu mereka terdiam putus asa.”
Berdasarkan ayat di atas, sudah sepantasnya bagi umat muslim untuk bersyukur jika Allah masih memberikan ujian dan cobaan. Itu tandanya Allah masih sayang pada umat-Nya dan ingin menghapus dosa yang sudah diperbuatnya.
Namun sebaliknya, berhati-hatilah jika seorang muslim tidak menerima cobaan dan selalu diberi kenikmatan oleh Allah padahal dia tidak menjalankan perintah dan menjauhi larangan-Nya, karena bisa saja Allah sudah mencabut rahmat dari orang tersebut. Seperti inilah yang harus dikhawatirkan umat muslim sebagai tanda dari istidraj.
Tanda kenikmatan yang diberikan Allah tersebut sesungguhnya bukan merupakan kebaikan, tetapi agar bertambahnya dosa mereka dan nantinya akan datang azab Allah yang pedih.
Banyak orang yang tiba-tiba terkena penyakit lalu meninggal dalam keadaan yang kurang baik. Ada yang koma sampai berhari-hari dan diberi sakit yang luar biasa oleh Allah. Disitulah Allah memberikan hukumannya.
Orang yang istidraj akan mendapatkan balasan dari Allah, bisa di dunia atau di akhirat kelak. Maka waspadalah karena banyak orang yang terjebak dalam istidraj.
Mereka merasa kenikmatan yang didapatkan adalah anugerah dan istidraj seringkali membuat manusia lupa kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala, bahkan merasa tidak membutuhkan-Nya lagi. [] Assyahla Hafidzah
Editor: Mohammad Rizal Ardiansyah