Almuhtada.org – Perjalanan seseorang dalam mencari ilmu tentu tak luput dengan bertemu teman-teman seperjuangan. Mereka ialah orang-orang yang sama-sama berjuang belajar, mengasah otak, dan menempa diri di kawah candradimuka agar bisa sama-sama menjadi insan yang bemanfaat bagi sesamanya sesuai ilmu yang telah dipelajari.
Belajar dalam berbagai bidang keilmuan baik itu ilmu duniawi atau ilmu ukhrawi adalah sebuah keniscayaan, yang terpenting adalah niat dalam mencari ilmu untuk mengharap ridho Allah. Salah satu bentuk upaya berjuang mendapatkan ilmu adalah dengan memenuhi hak-hak teman seperjuangan dalam mencari ilmu.
Terdapat beberapa hal yang sangat penting diketahui para pelajar, mahasiswa, atau santri dalam pemenuhan hak-hak teman seperjuangan yang dijelaskan dalam kitab Washoya Al-Aba’ Lil Abna’ yang dikarang oleh Syeikh Muhammad Syakir. Simak dan renungkan pesan-pesan berikut.
Yang pertama adalah berbagi tempat duduk dengan senang hati kepada teman. Artinya adalah di kala sedang dalam suatu majelis ilmu atau ta’lim seyogyanya sebagai teman kita saling memberikan tempat duduk bagi teman kita yang belum mendapatkannya atau bahkan dalam posisi yang sempit. Kenapa hal seremeh ini perlu menjadi perhatian bersama?
Karena ketika kita mengabaikan teman kita dalam hal tempat duduk tersebut atau bahkan mempersempit tempat duduk teman kita, itu bisa menimbulkan rasa tersinggung dalam hati, kebencian, bahkan perkara-perkara buruk lain. Menjadi teman yang peka adalah penting sifatnya bagi pencari ilmu.
يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا إِذَا قِيْلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوْا فِى الْمَجَالِسِ فَافْسَحُوْا يَفْسَحِ اللّٰهُ لَكُمْ ۖ وَإِذَا قِيْلَ انْشُزُوْا فَانْشُزُوْا يَرْفَعِ اللّٰهُ الَّذِيْنَ آمَنُوْا مِنْكُمْ وَالَّذِيْنَ أُوْتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ ۚ وَاللّٰهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرٌ
“Wahai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu, “Berlapang-lapanglah dalam majlis”, maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan, “Berdirilah kamu”, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan” (QS. Al-Mujadalah:11)
Yang kedua adalah tidak meremehkan pertanyaan dari teman kepada seorang guru atas ketidaktahuannya. Seorang pencari ilmu tentu memiliki kemampuan intelektual yang berbeda-beda. Maka tingkat pemahaman antara murid satu dengan murid yang lain tentu berbeda pula.
Sebagai teman yang baik, tidaklah pantas bagi kita untuk melontarkan kalimat yang berarti menganggap remeh ketika terdapat teman yang bertanya dan kita tahu jawaban atas pertanyaan tersebut.
Cukup kita menghargai pertanyaan tersebut dan mendengarkan penjelasan guru dengan tujuan mendapatkan informasi-informasi lain yang tidak kita ketahui.
Yang ketiga adalah mendengarkan bersama teman dengan seksama penjelasan guru atas pertanyaan teman. Janganlah sesekali kita mempersempit diri dan teman-teman kita di jalan ilmu.
Kala ada pertanyaan yang terucap dari seorang teman kepada guru, maka dengarkanlah bersama penjelasan guru tersebut agar mendapatkan kebaikan.
Berkaitan dengan poin kedua dan ketiga ini, Imam Abu Hanifah pernah ditanya, “Bagaimana kamu bisa sampai pada ilmu yang telah kamu capai ?“. Imam Abu Hanifah menjawab, “Aku tidak kikir dalam memberikan faidah dan aku tidak gengsi untuk mengambil faidah“.
Selanjutnya adalah memeberikan kenyamanan di asrama. Poin keempat ini ditujukan bagi pencari ilmu yang tinggal bersama di asrama, pondok pesantren, atau penginapan lain.
Karena hidup bersama satu atap, maka anggaplah temanmu sebagai saudaramu. Berikan kenyamanan kepada mereka sebagaimana kita menginginkan kenyamanan untuk diri sendiri.
Ketika mereka tidur janganlah ganggu dengan suara-suara yang dapat membangunkan mereka. Baik itu suara musik, percakapan dengan teman lain, bahkan suara kita dalam mengulang pelajaran.
Tatkala kita bangun awal di waktu subuh, maka bangunkanlah teman-teman kita dengan ramah. Ajaklah mereka sholat berjamaah karena sesungguhnya shalat berjamaah itu lebih utama daripada sahalat sendiri.
Yang kelima adalah saling tolong-menolong dengan teman dalam kebaikan. Ketika menjumpai teman kita yang kesusahan dalam beberapa aktivitas dan mereka meminta bantuan kita, maka senangkanlah hati kita dalam membantu mereka.
Dalam memberikan bantuan tersebut, hendaknya kita tidak menunjukkan bahwa kita ahli dalam hal yang teman kita tidak bisa itu. Itu merupakan bentuk romantis kepada teman dengan saling membantu dan tidak menyombongkan diri dalam keahlian. Rasulullah SAW pernah bersabda.
الْمُؤْمِنُ لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا
“Orang mukmi terhadap orang mukmin lainnya seperti bangunan (kokoh) yang mana sebagiannya menguatkan sebagian lainnya“.
Demikianlah beberapa hak teman seperjuangan dalam mencari ilmu yang wajib kita tunaikan. Pesan-pesan yang penulis rangkum berdasarkan sumber kitab Washoya Al-Aba’ Lil Abna semoga bermanfaat. Aamiin Yaa Rabbal Aalamiin. [] M. Afif Kurniawan
Editor: Mohammad Rizal Ardiansyah