Mengapa Hanya Ada Hari Santri, Bukan Hari Kiai?

Peringatan Hari Santri Nasional
Peringatan Hari Santri Nasional (pp.attanwir - Almuhtada.org)

Almuhtada.org – Ketika pada tanggal 10 november diperingati sebagai hari pahlawan, tanggal 22 oktober menjadi hari bersejarah terkhusus bagi para santri dan ulama.

Pada tanggal tersebut diperingatti sebagai Hari Santri Nasional. Hal itu untuk mengenang jasa santri dan ulama yang memiliki peran penting dalam berjuang merebut tanah air dan kekuasaan dari para penjajah.

Ulama dan para kiai memiliki peran penting dalam mewujudkan kemerdekaan,perjuangan serta komitmen nasionalisme mampu melepaskan bumi pertiwi dari cegkrama para penjajah.

Pada saat kemerdekaan Indonesia yang masih seumur jagung,namun sudah kembali dihantui penjajahan. Tentara sekutu berniat kembali untuk menguasai wilayah indoensia dibawah komando inggris yang diboncengi nederlandsch-indische civil administration berdalih ingin mengambil alih kekuasaan dari jepang,namun sebenarnya mereka berhasrat kembali menjajah tanah air.

Dalam situasi pelik para ulama melakukan siding pada tanggal 21 dan 22 oktoberr 1948 yang dipimpin langsung oleh Hadrotus  Syekh Kyai Hasyim Asy’ari menghasilkan jihad resolusi bagi umat islam dan rakyat Indonesia yang dihadapkan pilihan mati syahid atau hidup sebagai bangsa yang terjajah.

Kemudian dihari-hari berikutnya resolusi jihad mendorong keterlibatan santri untuk ikut serta dalam pertempuran pada tanggal 10 november 1945.

Hari resolusi jihad menandakan ketegasan kalangan santri untuk tulus berjuang hanya mengharapkan ridho Allah SWT.

Satri kini mendapat tempat hukum bagi negara pada tanggal 15 oktober 2015  yang bertempatkan dimasjid istiqlal Jakarta telah dikeluarkan keputusan presiden nomor 22 tahun 2015 yang menetapkan bahwa hari santri jatuh pada tanggal 22 oktober

Baca Juga:  Tahukah Kalian Kebiasaan Unik di Pesantren? Simak Berikut Ini!

Sampai disini pasti sobat almuhtada bertanya-tanya kan?kenapa harus ada hari santri? Padahal yang memploklamirkan resolusi jihad adalah kyai Hasyim Asy’ari?

Oke simak baik-baik ya sobat !

Hadrotus Syaikh Kyai Hasyim Asy’ari adalah pendiri pondok pesantren tebu ireng yang terletak dijombang,jawa timur,beliau juga merupakan pendiri jami’yah Nahdlatul Ulama

Tonggak dari pada awal diadakannya hari santri adalah karena semangat resolusi jihad yang terjadi pada tanggal 22 oktober,yang harus diperingati semestinya adalah siapa yang menggerakan dan siapa yang menggelorakan kemerdekaan pada waktu itu tetapi yang muncul pada saat ini namanya adalah HARI SANTRI

Hal ini menunjukan bahwasannya setiap kyai pasti pernah nyantri dan setiap kyai dia pernah menjadi santri kyainya ketika ia masih berada dipondok pesantren

Semua kyai pasti pernah menjadi santri,dan dia adalah santri bagi kyainya ,yang pastinya disebut hari santri ini menunjukan bahwasannya seorang kyai pun adalah santri.

KH.Hasyim  Asy’ari mondok dipondok pesantren bangkalan asuhan dari pada kyai kholil bangkalan bertahun-tahun beliau mondok disana setelah beliau mondok dibangkalan,kemudian setelah beliau pulang beliau mendirikan pondok pesantren tebuireng,kemudian setelah beliau mendirikan pondok pesantren tebu ireng,kemudian mbah kholil bangkalan kemudian ikut ke tebu ireng dan mengaji didepan kyai hasyim asy’ari.

kyai hasyim asy’ari sempat kaget dan berkata ‘’panjenengan adalah guru saya,kenapa saat ini panjenengan justru mengaji kepada saya?’’ kemudian dijawab oleh kyai kholil bangkalan ‘’seng biyen yo wes biyen,kamu dulu mondok ditempat saya,saat ini aku ingin belajar kepada kamu’’

cerita lain berasal dari KH.Abdul Karim,muasis pondok pesantren lirboyo,beliau  merupakan kakak kelas dari kyai hasyim asy’ari,kh.abdul karim ketika ingin pulang beliau mampir dahulu kerumah kyai hasyim asy’ari dengan kurung waktu empat sampai lima tahun lamanya.

Baca Juga:  Inilah Kebenaran Fir’aun dalam Al-Qur'an yang Harus Kamu Tahu! | Simak Penjelasan Berikut Ini

Beliau juga ikut mengaji didepan kyai hasyim asy’ari,ketika kyai hasyim asy’ari ada masalah-masalah nahwy dan juga shorof beliau bertanyanya kepada kh.abdul karim.

Ini merupakan satu tradisi ulama pada zaman dahulu yaitu mmeperbanyak guru,memperbanyak sanad,serta tidak ada rasa gengsi ,tidak ada rasa takabur didalam hatinya ketika berbicara masalah ilmu.

Sikap beliau ini patut dijadikan contoh yang harus diterapkan pada diri santri dizaman ini,sebab dizaman ini sikap tersebut sudah mulai pudar dalam tradisi nahdatul ulama.

Mari kita sebagai para santri untuk selalu mengaji dan memperbanyak ilmu karena yang dinamakan nahdlatul ulama,itu berdiri diatas tradisi. [] Juliana setefani usaini

Editor: Mohammad Rizal Ardiansyah

Related Posts

Latest Post