Larangan Politik Identitas, Apakah Relevan dengan Ajaran Islam?

Politik Identitas
Gambar Ilustrasi Politik Identitas (Freepik.com - Almuhtada.org)

Almuhtada.org – Isu-isu politik kerap kali menjadi topik pembicaraan yang hangat di kalangan masyarakat, apalagi jika sudah mendekati tahun-tahun pemilu, di mana estafet kepemimpinan akan beralih pada pemimpin yang telah terpilih melalui demokrasi.

Sebagai umat Islam kita diperintahkan untuk bijak dan cerdas dalam memilih seorang pemimpin, karena siapapun yang terpilih menjadi pemimpin selanjutnya akan mengemban amanah dan tugas yang amat berat, bahkan kinerja selama memimpin juga akan dipertanggungjawabkan di akhirat kelak.

Akhir-akhir ini marak sekali doktrin yang melarang adanya politik identitas, tapi membahas hal tersebut sebenarnya apa yang dimaksud dengan politik identitas?, praktisnya, politik identitas adalah kegiatan politik yang berdasarkan identitas individu baik dari etnis, ras, suku, hingga agama.

Lantas apakah politik identitas murni dilarang? Dan apakah relevan dalam ajaran Islam?, sebelumnya perlu diperhatikan bahwa memilih pemimpin harus dilihat dari aspek kualitas dan kebijakan yang ditawarkan ketika ia terpilih menjadi pemimpin (visi dan misi), namun yang dimaksud dalam politik identitas adalah memilih pemimpin berdasarkan yang satu identitas dengan kita, bukan berdasarkan kualitas yang dimiliki.

Hal tersebut memang patut dievaluasi, karena akan menimbulkan sikap fanatisme hingga radikalisasi. Tapi ketika kita menoleh pada syariat Islam, dalam Al-Qur’an surat Ali Imran ayat 28 Allah berfirman :

لَا يَتَّخِذِ الۡمُؤۡمِنُوۡنَ الۡكٰفِرِيۡنَ اَوۡلِيَآءَ مِنۡ دُوۡنِ الۡمُؤۡمِنِيۡنَ‌ۚ وَمَنۡ يَّفۡعَلۡ ذٰ لِكَ فَلَيۡسَ مِنَ اللّٰهِ فِىۡ شَىۡءٍ اِلَّاۤ اَنۡ تَتَّقُوۡا مِنۡهُمۡ تُقٰٮةً  ؕ وَيُحَذِّرُكُمُ اللّٰهُ نَفۡسَهٗ‌ ؕوَاِلَى اللّٰهِ الۡمَصِيۡرُ

Baca Juga:  Menyoal Kesenjangan Sosial bagi Perempuan

Artinya : “Janganlah orang-orang mukmin mengambil orang-orang kafir menjadi wali (pemimpin) dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Barang siapa berbuat demikian, niscaya lepaslah ia dari pertolongan Allah, kecuali karena (siasat) memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari mereka. Dan Allah memperingatkan kamu terhadap diri (siksa)-Nya. Dan hanya kepada Allah kamu kembali.”

Oleh karena itu kita sebagai umat muslim yang mana dalam agama kita segala sesuatunya telah diatur dalam Al-Qur’an dan hadits, harus senantiasa menjalankan perintah Allah tak terkecuali mengenai memilih pemimpin. Wallahu ‘alam bisshowaab. [] Hanum Salsabila

Editor: Mohammad Rizal Ardiansyah

Related Posts

Latest Post