Almuhtada.org – Takabur atau sombong merupakan salah satu sifat yang tercela. Orang yang sombong akan merasa bahwa dirinya lebih mulia, lebih hebat, dan lebih sempurna daripada orang lain. Orang yang memiliki sifat ini berada dalam kondisi bahaya yang amat besar. Pasalnya, Allah Swt akan melaknat atau mengazab orang yang bersikap sombong.
Pastinya semua umat Islam pernah mendengar kisah Nabi Adam a.s, Hawa, dan iblis yang dikeluarkan oleh Allah Swt dari surga akibat kesalahan yang mereka perbuat.
Nabi Adam dan Hawa melanggar larangan Allah Swt, yaitu memakan buah khuldi. Sedangkan iblis berbuat dosa karena tidak menaati perintah Allah Swt untuk bersujud kepada Nabi Adam a.s. Perlu diketahui bahwa sujud yang dimaksud ini bukan seperti ketika sedang sholat, melainkan sujud penghormatan.
Akibat kesalahan yang dilakukan tersebut, mereka dihukum oleh Allah Swt dengan dikeluarkan dari surga. Walau demikian, Nabi Adam AS dan Hawa mendapat ampunan dari Allah Swt. Sedangkan iblis tidak diampuni oleh Allah Swt bahkan dilaknat hingga hari kiamat kelak.
Hal ini karena Nabi Adam dan Hawa hanya melanggar aturan syari’at yang telah ditetapkan, yakni memakan buah khuldi. Setelah sadar akan kesalahannya itu, mereka langsung bertaubat.
Beda halnya dengan iblis yang tidak mau sujud kepada Nabi Adam karena menganggap dirinya lebih mulia. Iblis diciptakan dari bara api sedangkan Adam diciptakan dari tanah.
Atas kesombongannya tersebut serta keengganannya untuk bertaubat, Allah Swt pun melaknatnya beserta keturunannya hingga akhir zaman kelak.
Dalam sebuah hadits qudsi yang diriwayatkan oleh Abu Dawud dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu bahwa Rasulullah Saw pernah bersabda :
قال الله عز وجل : والكبرياء ردائيْ، والعظمة إِزاري، فمن نازعني واحدا منهما قذفته في النار
Artinya: Kesombongan itu selendang-Ku dan keagungan adalah busana-Ku. Barang siapa yang merebut salah satunya dari-Ku, maka Aku lemparkan ia ke dalam neraka.
Dari hadits tersebut, Allah Swt menegaskan bahwa sifat kesombongan dan keagungan hanya melekat pada wujud-Nya semata. Tidak ada satu makhluk pun yang boleh mengambil atau memiliki kedua sifat tersebut. Jika tidak, Allah Swt akan melemparkannya ke dalam neraka.
Dalam kitab Ta’limul Muta’alim, ada sebuah syair indah sarat akan makna mendalam mengenai sifat takabur.
وَالۡكِبۡرِياءُ لِرَبِّنَا صِفَةٌ بِهِ >< مَخۡصُوصَةٌ فَتَجَنَّبَنۡهَا وَاتَّقِي
Artinya : Kesombongan merupakan sifat khusus pada Tuhan kita, maka jauhilah (sifat tersebut) dan berlindunglah kepada-Nya (dari sifat tersebut).
Syair tersebut semakin menegaskan bahwa sifat sombong itu hanyalah milik Allah Swt. Oleh karena itu, setiap umat Islam harus menjauhi sifat sombong di dalam hatinya dan meminta perlindungan Allah Swt dari buruknya sifat tersebut.
Ajaran Islam mengenai larangan untuk tidak bersikap sombong ternyata telah merasuk ke dalam jiwa masyarakat Jawa. Ada suatu pepatah Jawa yang berisi nasihat kehidupan, yaitu Adigang Adigung Adiguna. Adigang yang berarti kekuatan, Adigung artinya kekuasaan, dan Adiguna berarti kecerdasan.
Nasihat tersebut memiliki makna mendalam bahwa manusia tidak boleh menyombongkan diri atas kenikmatan berupa kekuatan, kekuasaan, dan kecerdasan yang telah diberikan oleh Allah Swt kepadanya.
Pasalnya, semuanya itu hanyalah titipan dari Sang Pencipta yang nantinya akan diambil kembali bahkan dimintai pertanggungjawaban di akhirat kelak, sehingga tidak ada yang patut disombongkan. Oleh karena itu, ketiga hal tersebut harus dimanfaatkan secara baik dan bijak.
Jika memiliki ilmu, maka harus diamalkan serta diajarkan kepada orang lain. Jika mempunyai harta, maka harus diinfakkan dan disedahkan, misalnya untuk pembangunan pondok pesantren dan madrasah diniyah. Jika memiliki kekuasaan/kedudukan, maka harus dipergunakan untuk mengakomodir berbagai kepentingan yang menyangkut kemaslahatan umat manusia serta tegaknya syiar-syiar Islam.
Sebagai seorang muslim, sudah seyogyanya umat Islam menanggalkan sifat sombong dalam dirinya dengan menanamkan sifat tawadhu’ atau rendah hati. Rendah hati merupakan sikap menyadari keterbatasan kemampuan pada dirinya sendiri sehingga di hatinya tidak timbul rasa sombong.
Sifat tersebut tidak bisa muncul dengan sendirinya. Perlunya pembiasaan diri dengan menerapkan tingkat laku yang adhap ashor, seperti
- Merasa hina dan meyakini bahwa yang mulia hanyalah AllahSwt.
- Merasa fakir,selalu membutuhkan dan Allah Swt lah Yang Maha Kaya Raya.
- Merasa bodoh dan hanya AllahSwt Yang Maha Mengetahui.
- Merasa lemah dan hanya AllahSwt Yang Maha Kuat.
Oleh karena itu, seluruh umat Islam senantiasa meminta pertolongan Allah Swt agar dijauhkan dari sifat takabur serta ditetapkan hatinya dengan sifat tawadhu’. Karena dengan kerendahan hati, akan mampu menghantarkan manusia menuju derajat yang luhur. Sebaliknya, kesombongan akan menjerumuskannya ke dalam jurang kehinaan.[] Mohammad Khollaqul Alim
Editor: Mohammad Rizal Ardiansyah