Almuhtada.org – Setiap manusia tak luput dari yang namanya cobaan atau ujian dalam hidupnya, bahkan semua pernah mengalamnya. Entah itu cobaan dalam keluarga, anak, harta, kesehatan, pekerjaan, sekolah, dan sebagainya. Allah SWT berfirman:
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun”. Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka Itulah orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS. Al Baqarah: 155-157).
Ujian bukan hanya berupa kesedihan atau kemudharatan, namun ujian juga bisa berupa kesenangan atau kebahagiaan.
Namun perlu diketahui juga, Allah memberikan kita ujian bukanlah untuk menyengsarakan kita tapi untuk melihat kemampuan kita apakah kita sanggup atau tidak dan juga untuk mengetahui kadar keimanan kita.
Misalnya, orang yang diberikan Allah kekayaan apakah orang tersebut menggunakan harta yang dimilikinya di jalan yang tepat atau malah digunakan di jalan yang tersesat. Tersesat di sini maksudnya adalah menggunakannya pada hal yang tidak baik.
Allah swt.berfirman:
o ٱلَّذِيْ خَلَقَ الْمَوْتَ وَا لْحَيٰوةَ لِيَبْلُوَكُمْ اَيُّكُمْ اَحْسَنُ عَمَلًا ۗ وَهُوَ الْعَزِيْزُ الْغَفُوْرُ oتَبٰرَكَ الَّذِيْ بِيَدِهِ الْمُلْكُ ۖ وَهُوَ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرُ
“Maha Suci Allah yang menguasai (segala) kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu, yang menciptakan mati dan hidup, untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa, Maha Pengampun,”. (QS. Al-Mulk 67: Ayat 1-2)
Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa Allah menciptakan manusia untuk diuji supaya mengetahui kadar keimanan di dalam diri setiap mereka.
Bahkan Nabi Muhammad SAW bersabda:
“Sungguh, besarnya pahala bersamaan dengan besarnya cobaan. Apabila Allah mencintai suatu kaum, Dia akan menguji mereka. Barangsiapa yang rela, maka baginya ridha-Nya, dan barang siapa yang benci, maka ia akan mendapatkan kebencian-Nya,” (HR. At Tirmidzi).
Dalam menghadapi ujian atau cobaan, setiap orang meyikapinya dengan cara yang berbeda-beda. Ada yang sabar dan menerimanya dengan lapang dada, mengeluh, mencaci maki keadaan, ridho, bersyukur, pasrah, bahkan marah.
Menurut Syaikh Al-‘Allamah Al-Utsaimin, keadaan manusia dalam menghadapi cobaan terbagi menjadi empat tingkatan, yaitu marah, sabar, ridho, dan syukur.
1. Marah
Marah bisa dengan ucapan, perbuatan atau dengan hati seakan dia murka atas apa yang Allah takdirkan dan ini yang sering menjerumuskan pelakunya kepada kekufuran.
Perilaku ini juga menunjukkan bahwa kadar keimanan seseorang terhadap Tuhannya masih jauh dan kurangnya rasa syukur terhadap apa yang terjadi.
2. Sabar
Kesabaran kita juga akan bertambah dengan adanya ujian yang kita terima. Dengan kita bersabar, seiring berjalannya waktu kita akan merasa terbiasa menyelesaikan masalah dan Allah akan menaikkan derajat kita.
3. Ridho
Ini tingkatan yang lebih tinggi dia menganggap nikmat dan cobaan tidak ada bedanya. Ridho yaitu mempercayai dengan sungguh-sungguh bahwa apa yang menimpa kita baik suka maupun duka adalah yang terbaik menurut Allah swt..
4. Syukur
Ini yang paling utama dia bersyukur atas cobaan yang menimpa dirinya sehingga dia nikmati cobaan itu dan menjadikannya sebagai ladang pahala dan penggugur dosa. Bahkan ketika kita bersyukur Allah akan menambah nikmat yang diberikan kepada kita. Allah swt. berfirman:
“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”. (QS. Ibrahim: 7). [] Alya Rosadiana
Editor: Mohammad Rizal Ardiansyah