Almuhtada.org – Kisah ini adalah kisah dari salah satu ulama kalangan Bani Israil yang terkenal dengan kealimannya. Ini terjadi ketika agama islam belum disyiarkan di zaman Bani Israil.
Ulama tersebut di kenal tak pernah melakukan dosa sekecil apapun. Banyak dari masyarakat Bani Israil terkagum kagum akan kealiman ulama ini, sampai sampai banyak orang mengira sang ulama pasti masuk surga. Bahkan malaikat pun kagum akan kesolehannya.
Hidup dari sang ulama hanya tertuju untuk beribadah Allah SWT. Ulama ini sembahyang dan menetap di kuilnya, tempat dia menetap dan mengingat Allah SWT. Kuil tersebut memiliki 2 lantai, lantai 1 untuk tempat ia tinggal dan lantai 2 untuk dia beribadah.
Melihat hal ini tentunya setan tak segan untuk selalu menggodanya, sesuai dengan janjinya untuk selalu menyesatkan manusia. Dalam kisah ini selama 70 tahun, setan tak bosan untuk menggoda sang ulama. Tapi usaha dari setan dan iblis selalu gagal.
Namun pada suatu ketika, ada 3 orang pemuda datang menemui sang ulama untuk menitipkan adik perempuan sekandungnya. Mereka percaya penuh akan alim ulama ini dan mempercayainya untuk menjaga sang adik, disaat ketiganya ikut berperang.
Mendengar permintaan dari ketiga pemuda tentunya sang ulama menolak dengan alasan takut menimbulkan fitnah di masyarakat. Perempun dan laki laki yang tak memiliki hubungan tinggal di satu atap bukanlah hal yang etis.
Tapi ketiga saudara tidak tau lagi kepada siapa mereka harus menitipkan adik perempuan sekandungnya. Ketiganya mendesak dan memohon kepada sang ulama sekali lagi untuk menjaga sang adik, karena mereka tau adiknya akan baik baik saja jika di titipkan kepada sang ulama.
Dengan beberapa desakan tersebut akhirnya sang ulama mau dengan syarat si perempuan tak boleh keluar sama sekali agar tidak timbul fitnah. Mereka pun sepakat dan ketiga pria tersebut memberikan uang untuk biaya makan adik perempuannya dan pamit kepada sang ulama untuk menjalankan tugas mereka.
Di hari selanjutnya, sang ulama pergi ke pasar dan membeli makan untuk si perempuan. Sesampainya di kuil, sang Ulama mengetuk pintu,menaruh makanan di depan pintu, dan kemudian meninggalkannya.
Ia tidak menunggu si perempuan untuk membuka pintu dan tidak mau membuat kontak dengan si perempuan karena khawatir akan terjerat nafsu. Hal tersebut terjadi begitu lama, namun ketiga saudara dari si perempuan tak kunjung datang.
Disini syaitan pun mempunyai ide dan memberikan bisikan bisikan kepada sang ulama. Hal tersebut menimbulkan kekhawatiran dari sang ulama. Ia takut si perempuan merasa kesepian di kamar karena tidak pernah bertemu siapapun bahkan tak pernah sekalipun keluar dari ruangannya.
Suatu ketika sang Ulama pun mencoba untuk memberikan salam kepada si perempuan. Ia menunggu sampai si perempuan membukakan pintu dan mengambil makanannya. Setelah si perempuan membuka pintu, ia pun melihat rupa sang gadis yang Nampak terlihat baik baik saja. Sang ulama kemudian pergi meninggalkannya.
Disini setan ternyata sudah mencapai tahap selangkah demi selangkah untuk menyesatkan si setan. Keesokan harinya, lagi lagi setan berbisik kepada sang ulama ‘kau jangan hanya melihatnya saja bertanyalah pada si gadis siapa tau dia butuh sesuatu dan malu untuk mengatakannya padamu’.
Dan pada keesokan harinya, sang ulama kembali mengantar kan makanan, tapi berbeda dengan hari hari sebelumnya. Kali ini sang ulama berani untuk melanjutkan obrolan dengan si perempuan.
Sang ulama pun mulai bertanya beberapa hal pada si perempuan hingga seiring berjalannya waktu, hubungan keduanya menjadi semakin dekat. Hingga pada suatu hari terjadilah perzinahan keduanya, bahkan perzinahan ini terjadi setiap hari setiap sang alim mengantarkan makanan untuk si perempuan. [] Nailatuz Zahro
Editor: Mohammad Rizal Ardiansyah