Dampak Covid-19 Terhadap Pendidikan

Oleh:

Moh. Naelul Arzak

            Menyebarnya wabah virus corona atau yang lebih dikenal dengani stilah Covid-19 (Corona Virus dieases-19) yang menyebar dengan sangat cepat membuat berbagai aktivitas manusia menjadi terhambat, salah satu sebabnya adalah diberlakukannya kebijakan social distancing yang diharapkan seluruh lapisan masyarakat dari segala usia untuk menerapkan pembatasan interaksi sosial. Bukannya tidak ada alternatif lain, namun untuk saat ini metode ini paling efektif untuk menghambat pertumbuhan virus semakin meningkat. Disisi lain pemberlakuan kebijakan sosial distancing berakibat fatal pada roda kehidupan manusia, diantaranya adalah tersendatnya pertumbuhan ekonomi, baik untuk negara maupun seluruh lapisan masyarakat sangat terasa dampaknya. Dimana pemenuhan kebutuhan pokok manusia menjadi masalah yang tak dapat dihindari. Sebab berbagai sektor ekonomi terpaksa ditutup sementara sehingga masyarakat yang notabeya adalah seorang pegawai/ buruh harus menerima keputusan untuk meninggalkan pekerjaannya sementara.

Selain itu pendidikan turut terdampak dalam kebijakann yaini, yang mana seharusnya siswa/ mahasiswa melakukan kegiatan belajar mengajar di lingkungan sekolah/ universitas dialihkan untuk melaksanakannya secara daring di rumah. Tentunya hal ini bukanlah hal yang mudah untuk diterapkan secara keseluruhan meskipun sebenarnya siswa/ mahasiswa telah dibekali tentang metode daring ini. Lantas faktor-faktor yang menjadi penghambat berjalannya proses pembelajaran daring menurut penulis antara lain:

  1. Permasalahan sarana dan prasarana

Sarana dan prasarana menjadi suatu hal yang penting dalam proses pembelajaran secara daring, dimana tidak seluruh siswa/ mahasiswa memliki perangkat yang menunjang aktivitas pembelajaran secara daring. Salah satunya ialah perangkat komputer atau laptop tidak semua dimiliki oleh setiap siswa/ mahasiswa. Meskipun tidak terlalu menjadi kendala bagi mahasiswa sebab sebagian besar mahasiswa memilikinya namun jika dibandingkan dengan siswa yang masih duduk di bangku dasar atau lanjutan pertama hanya sebagian kecil dari mereka yang memiliki. Karena selama ini pun kebutuhan yang menunjang pembelajaran siswa ialah sarana prasarana yang disediakan sekolah bukan milik pribadi.

  1. Penguasaan teknologi
Baca Juga:  Kritik atas Kemanusiaan dari Tragedi Konflik Palestina-Israel Menggunakan Konsep ‘adl dan Ihsan

Ketersediaan teknologi tidak berarti apabila penguasaanya dalam mengelola teknologi tersebut masih rendah. Masalah ini biasanya terjadi pada guru/ pengajar senior yang notabenya lebih sering menggunakan metode manual daripada digital, dan terpaksa harus memulai belajar menggunakan metode digital. Namun dari rendahnya penguasaan teknologi ini menjadikan terbatasnya penyampaian materi kepada anak didiknya yang berakibat siswa/ mahasiswa cenderung bosan karena terbatasnya variasi pembelajaran, yang mana siswa/ mahasiswa dirumah tanpa didampingi secara langsung oleh guru/ dosen.

  1. Jaringan internet

Tidak bisa dipungkiri bahwa internet adalah unsur yang sangat penting, tanpa internet maka pembelajaran secara daring tidak dapat terlaksana. Kendala ketersediaan internet tersebut oleh para siswa/ mahasiswa, biasanya sebab letak tempat tinggal yang sulit mendapatkan akses internet yang baik, dalam hal ini sinyal internet menjadi kunci dapatkah siswa/ mahasiswa mengakses pembelajaran daring atau tidak. Selain itu untuk mendapatkan akses internet tidaklah murah, kuota yang dibeli perlu anggaran/ biaya yang menguras kantong siswa/ mahasiswa. Maka dari itu tidak heran apabila banyak mahasiswa/ wali murid menyampaikan keluhanya kepada instansi sekolah/ universitas terkait. Sebenarnya penanganan masalah jaringan internet ini sudah mulai dilakukan namun belum adanya pemerataan yang baik dan ada juga akses yang diberikan terbatas hanya pada situs yang diizinkan.

Selain beberapa kendala diatas, selanjutya yang perlu diperhatikan adalah keefektifan metode sistem daring yang mana faktor keberhasilan dari pembelajaran sistem daring adalah peran masing-masing pihak terkait. Sekolah sebagai pihak yang memfasilitasi antara pengajar dan yang diajar diharapkan mampu memberikan kinerja yang baik. Fasilitas tersebut bisa berupa aplikasi belajar daring yang dirancang sebaik mungkin agar efektivitas pembelajaran daring dapat tercapai. Kemudian guru, sebagai pembimbing serta sebagai pengajar yang diharapkan mampu memberikan variasi model pembelajaran yang menarik, tidak serta-merta hanya memberikan tugas yang membebani siswa/ mahasiswa tanpa pembimbimgan dan arahan yang baik dalam menyampaikan sebuah materi pembelajaran dan baiknya bila ada forum diskusi yang membahas tuntas tentang materi pembelajaran yang disampaikan. Kemudian siswa, keaktifan siswa/ mahasiswa juga menjadi kunci suksesnya sebuah pembelajaran daring, ditentukan dari seberapa besar kesadaran siswa/ mahasiswa dalam belajar secara mandiri, pemahaman, dan dalam menyelesaikan tugas-tugasnya dengan baik. Tidak bisa dipungkiri bahwa orang tua juga berperan besar dalam pendidikan anak-anaknya. Orang tua harus belajar mengawasi serta memastikan anak-anaknya agar senantiasa belajar, tidak lagi ada istilah bahwa yang bertanggungjawab atas pendidikan siswa/ mahasiswa hanyalah sekolah/ universitas, pola pikir seperti ini seharusnya diubah karena peran penting pendidikan tanggungjawab orang tua juga, apalagi dengan kondisi sekarang yang diharuskan belajar dari rumah. Selain pihak yang sifatnya umum dalam lingkungan akademik, pemerintah sebagai pusat penyelengara sistem pendidikan nasional sangat berperan penting, bagaimana pemerintah menyikapi wabah covid-19 dengan upaya pembelajaran daring dan segala metode-metode yang disesuaikan dengan keadaan melalui kebijakan-kebijakan yang dibuat serta didukung dengan fasilitas-fasilitas yang menyokong lembaga pendidikan. Dimunginkan bahwa sistem pembelajaran daring akan berlanjut perihal negara-negara maju pun sudah sejak lama melaksanakan pembelajaran daring, dan di Indonesia sendiri juga sudah bukanlah hal yang asing sebab sudah dikenalkan sebelumnya di semua lembaga pendidikan dan tingkat kemelekan teknologi yang cenderung tinggi di era sekarang.

Baca Juga:  Jihad? Apakah Semua Berkewajiban?

Besar harapan semua pihak dapat megoreksi kekurangan masing-masing dan berusaha untuk memperbaiki demi mencapai tujuan pendidikan nasional. Karena bagaimanapun pendidikan adalah sesuatu yang seharusnya fleksibel seperti apa yang disampaikan oleh menteri pendidikan dan kebudayaan sekarang Nadiem Makarim, “Di era industri digital saat ini, ilmu pengetahuan memang penting. Namun ada hal yang lain yang jauh lebih penting, yakni kreativitas, kolaborasi, dan komunikasi. Sayangnya hal tersebut kerap luput dari kurikulum pendidikan.”.Maka dari itu setiap pihak terkait diharapkan memberikan solusi yang terbaik dan tepat terutama dikondisi pandemi covid-19 yang sedang terjadi demi tujuan pendidikan nasional.

Penulis merupakan Mahasantri Pesantren Riset Al-Muhtada dan Mahasiswa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang.

 

Daftar Pustaka

Andhika Prasetyo. 2019. Sistem Pendidikan Harus Fleksibel di https://m.mediaindonesia.com/read/detail/274505-sistem-pendidikan-harus-fleksibel (di akses pada 26 April).

Related Posts

Latest Post