Kebebasan Manusia

Oleh:

Rayyen Al-Khair

Akal dan budi pekerti adalah anugrah dari yang maha kuasa yang diberikan kepada manusia modern. Dua hal inilah yang membuat ras homosapiens lebih unggul dan menjadi pemimpin di muka bumi. Akal dan budi pekerti kemudian menjadi gerigi penggerak peradaban kaum manusia di muka bumi. kedua hal inilah yang mengundang inovasi-inovasi dalam kehidupan manusia. Mulai dari inovasi yang berdampak kecil seperti pakaian dan arsitektur hingga ke ranah yang lebih besar seperti bioteknologi. Berpikir dan bertindak adalah hak asasi yang dimiliki setiap manusia yang tak bisa diambil atau dihalangi oleh perorangan maupun sebuah institusi seperti negara namun ia harus sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku di masyarakat.

Praktik pelarangan berpikir dan bertindak pernah terjadi di berbagai belahan dunia bahkan ada yang masih berjalan hingga saat ini. Yang paling terkenal adalah penanaman dogma agama oleh gereja pada abad kegelapan di benua biru. Pada saat itu gereja memiliki supremasi diatas raja dan memiliki legitimasi atas keputusan agama dan bernegara. Demi menjaga legitimasi ini, mereka melarang segala bentuk tindakan yang bertentangan dengan kehendak gereja saat itu yang akhirnya menghambat perkembangan ilmu pengetahuan saat itu. Akibatnya masyarakat nya takut jika hal yang mereka usung bertentangan dengan kehendak gereja.

Tidak hanya gereja saja namun, negara yang sistem pemerintahannya monarki absolut seperti prancis juga melarang kebebasan berpikir dan bertindak saat itu.Singkat cerita lahirlah pemikiran yang tidak puas dengan kondisi saat itu dan ingin mengadakan perubahan seperti Imanuel Kant. Ia memiliki semboyan yang kemudian hari menumbangkan tirani kerajaan di negrinya sendiri yaitu “sapere aude” yang artinya beranilah berpikir sendiri. Semboyan ini yang nantinya akan meruntuhkan supremasi gereja dan melahirkan inovasi di berbagai bidang ilmu pengetahuan. Kemudian negara dibentuk untuk mengakomodir kepentingan dan hak-hak rakyat. Dengan runtuhnya dogma gereja dan absolutisme raja saat itu negara-negara di benua biru berkembang pesat hingga saat ini.

Baca Juga:  Sisi Positif dibalik Pandemi Covid-19

Banyak yang berkata bahwasanya kemajuan peradaban tersebut disebabkan oleh adanya kebebasan berpikir dan bependapat. Namun apa hakikat kebebasan itu sendiri ? Apakah ia adalah bebas dari segala macam perbudakan ? Apakah ia bebas untuk berpikir dan bependapat tanpa dihalangi, dipaksa atau dilarang oleh perorangan maupun sebuah institusi ? Atau bebas itu adalah keadaan dimana kita tidak dibebani atau terikat sesuatu dalam melakukan apapun ?

Sejatinya orang menyuarakan kebebasan untuk keadilan.Karena, pihak yang menyuarakan biasanya adalah yang mengalami ketidakadilan atau melihat ketidakadilan. Namun, apa definisi adil dalam konteks kebebasan ? Apakah kemudian semua orang dapat mendifinisikan keadilan menurut masing-masing sebagai bentuk dari kebebasan ? Lalu bagaimana jika keadilan yang didefinisikan oleh setiap orang berbeda dan kemudian menimbulkan benturan ? Jika seperti ini maka definisi kebebasan tidak terukur dan nantinya dapat dipakai untuk sesuatu yang bertolak belakang dengan keadilan itu sendiri.

Saya hendak mengambil contoh kebebasan dari benua yang lantang menggemakan kebebasan. Misal seseorang menuntut dirinya untuk bebas “bergaul” dengan Lawan jenis sedangkan mereka tidak memiliki ikatan yang sah baik yang diatur agama maupun konstitusi. Atau lebih parahnya lagi dia menuntut untuk bergaul dengan sejenisnya dan berdalih atas kebebasan dan keadilan. Namun, jika ia ditanya apabila ibunya atau anak perempuannya mengalami hal yang sama yang dilakukan oleh orang lain dengan dalih kebebasan apakah ia bisa menerimanya ? Lalu bagaimana jika perempuan yang telah ia gauli atau pihak lain yang terikat dengan perempuan tersebut ternyata tidak menerimanya ? Apakah ini yang dimaksud kebebasan ? Tidak terikat apapun dan bebas melakukan apapun atas dasar hak asasi ? Jika ini yang dimaksud maka, kebebasan yang seperti ini rawan di gunakan sebagai legitimasi perbuatan yang merugikan dan cenderung mengedepankan hawa nafsu pribadi. Sejatinya ini bukanlah kebebasan manusia yang berpikir seperti ini bukanlah manusia yang merdeka akalnya namun diperbudak hawa nafsu.

Baca Juga:  Hipnotis Desain

Lalu seperti apa kebebasan itu ? Negara dan agama yang paling kuat mengatur definisi kebebasan. Menurut negara kepentingan perorangan tidak boleh bertentangan dengan nilai dan norma yang berlaku di masyarakat sedangkan agama mengarahkan hidup manusia sesuai dengan kehendak tuhan. Mana yang lebih utama menurut agama atau negara ? nilai kesopanan dan kesusilaan bisa berubah perlahan-lahan tidak dengan agama bisa dibilang kebenaran yang ada pada masyarakat itu relatif tidak halnya pada agama. Saya tidak berkata bahwa kita harus menjalankan negara dengan dasar agama namun, perlu ada peraturan yang berasal dari agama karena kita bukan negara sekuler dan pancasila menolak paham sekuler. Mengapa kita tidak memberi ruang bagi sekulerisme ? Seperti yang telah saya katakan bahwa pemahaman tentang kesusilaan dan kesopanan dapat bergeser karena suatu proses yang dinamakan perubahan sosial. Kembali ke pembahasan mengenai kebebasan. Menurut agama saya kebebasan adalah ketika kita tidak mendahulukan hawa nafsu, tidak mengkultuskan jabatan,harta dan nilai sosial lainya serta membebaskan diri dari kekhawatiran rezeki yang pasti diberi. Dengan begini definisi kebebasan lebih terukur dan tidak bisa dimanipulasi untuk kepentingansemata.

Penulis adalah Santri Pesantren Riset Al-Muhtada dan Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang

Related Posts

Latest Post