Almuhtada.org – Sebagai makhluk yang diciptakan, pertanyaan-pertanyaan mengenai bagaimana alam semesta ini terbentuk tentu pernah terbayang-bayang di dalam pikiran manusia. Meski pikiran itu hanya sebatas lewat belaka.
Munculnya pemikiran mengenai bagaimana asal usul alam semesta terbentuk sudah menjadi fokus utama perdebatan dan refleksi intelektual sepanjang sejarah peradaban manusia.
Awal mula terbentuknya alam semesta telah banyak dikembangkan oleh berbagai budaya, agama, dan tradisi filosofis. Mereka mengembangkan konsepsi terhadap asal mula alam semesta dan isinya muncul.
Al Farabi, salah seorang tokoh Filsuf muslim terkemuka dari abad ke-9 menyatakan bahwa alam semesta ini terbentuk dari satu sumber tunggal, yakni Tuhan .
Pemikiran manusia zaman ini, condong beranggapan pada penjelasan mengenai awal mula pembentukan alam semesta ini didapatkan dari ilmu bidang sains. Padahal, segala ilmu di dunia ini selalu berkaitan dengan Al-Qur’an.
Banyak ayat Al-Qur’an yang menjelaskan mengenai penciptaan alam semesta. Adanya alam semesta ini pada dasarnya adalah bukti bahwa Allah swt itu nyata, karena alam semesta akan ada jika ada yang menciptakan. Sebagaimana dalam Al-Qur’an surah Al- Baqarah ayat 17 dijelaskan:
بَدِيْعُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۗ وَاِذَا قَضٰٓى اَمْرًا فَاِنَّمَا يَقُوْلُ لَهٗ كُنْ فَيَكُوْنُ
Artinya: (Allah) pencipta langit dan bumi. Apabila Dia hendak menetapkan sesuatu, Dia hanya berkata kepadanya, “Jadilah!” Maka, jadilah sesuatu itu (Q.S Al-baqarah (2), 117)
Ayat tersebut menegaskan kepada kita bahwa dibalik sesuatu yang diciptakan, tentu ada yang menciptakan. Allah, sebagai pencipta menegaskan bahwa adanya alam semesta tidak lain karena Allah berkehendak untuk menciptakannya.
Banyak ayat di Al-Qur’an yang menjelaskan bagaimana semesta itu terbentuk. Makna dalam ayat yang dijelaskan dalam Al-Qur’an pun berbeda-beda, tergantung dengan konsep yang dibahas.
Meski konsep pembahasan yang dibahas berbeda, tetap mengacu pada makna yang sama. Dalam surah Ali’ Imran ayat 190 dan 191 dijelaskan:
اِنَّ فِيْ خَلْقِ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ وَاخْتِلَافِ الَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَاٰيٰتٍ لِّاُولِى الْاَلْبَابِۙ الَّذِيْنَ يَذْكُرُوْنَ اللّٰهَ قِيَامًا وَّقُعُوْدًا وَّعَلٰى جُنُوْبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُوْنَ فِيْ خَلْقِ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۚ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هٰذَا بَاطِلًاۚ سُبْحٰنَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
Artinya: Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi serta pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk, atau dalam keadaan berbaring, dan memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), “Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia. Maha Suci Engkau. Lindungilah kami dari azab neraka (Q.S Ali’ Imran 190-191).
Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa Allah mempunyai kekuasaan terhadap penciptaan alam semesta, yakni langit dan bumi. Melalui dua ayat ini perlu kita ketahui bersama bahwa Allah berhak terhadap penciptaan segala hal yang berkaitan dengan apa yang ada dalam alam semesta. []Nayla Syarifa