Cara Allah Menyembuhkan Hati Hambanya Yang Terluka

Ilustrasi seseorang yang sedang terluka (Freepik.com- Almuhtada.org)

Al Muhtada.org – Setiap manusia pasti pernah merasakan sakit hati, pengkhianatan, trauma, rasa sedih, kehilangan dan ketakutan dalam hidupnya. Kondisi ini tidak dapat dipungkiri karena kita sendiri adalah makhluk yang diciptakan dengan perasaan.

Pada kondisi seperti itu biasanya kita akan mencari banyak jalan untuk menyembuhkan hati yang terluka. Entah itu dengan menciptakan kesenangan, menghabiskan waktu sendirian, mencari teman untuk bersandar dan lain sebagainya.

Bahkan tak jarang sebagian orang yang selalu bersedih dalam hidupnya mencari kesenangan melalui jalan yang salah. Tentu hal ini perlu diingatkan, perlu disembuhkan dengan obat yang seharusnya jangan sampai ada orang-orang disekitar kita atau kerabat kita merasakan kesedihan yang berlarut sampai tenggelam di lautan yang gelap.

Kita mungkin tidak pernah bisa merasakan persis seperti apa rasa sedih, rasa trauma, rasa kehilangan, rasa ketakutan yang dialami orang lain. Karena proses yang kita lalui berbeda-beda, tapi ada satu hal yang bisa dilakukan seorang muslim ketika ditimpa perasaan-perasaan negatif tersebut. Yakni dengan keyakinan pada Allah SWT.

Selayaknya Allah menciptakan rasa sedih maka tentu Allah pun pasti memberikan penawarnya. Ingatkah kalian dengan kisah Ibu Nabi Musa?

Ketika beliau melahirkan Nabi Musa di Zaman Fir’aun yang sedang gila-gilaan membunuh bayi laki-laki yang baru lahir, membuat hati Ibu Nabi Musa penuh ketakutan dengan kekhawatiran. Zaman dimana tidak ada rasa aman bagi ibu yang baru melahirkan putranya.

Baca Juga:  Cara Mengatasi Kecemasan Dalam Al-Quran

Perasaan takut dan cemas pun menyelimuti hati sang Ibu Nabi, beliau penuh kebingungan bagaimana caranya agar bisa menyelamatkan bayinya. Pikirannya berkecamuk, anatara harus memilih melepaskan bayinya agar selamat atau tetap memeluknya meski nanti keduanya tidak akan selamat dari tangan Fir’aun.

Ditengah kebingungan itu, Allah memberikan kekuatan bagi ibu Nabi Musa memantapkan hati untuk menghanyutkan bayinya yang baru lahir ke sungai. Bisa dibayangkan bukan? Bagiamana ketakutan. Kekhawatiran dan rasa trauma itu menjadi satu.

Ibu mana yang tega membiarkan bayinya diluar sana sendirian, tidak pernah tahu akankah dengan cara tersebut bayinya selamat atau tidak dari kejaran fiaraun. Tapi Allah mengatakan bahwa ia telah menguatkan hati Ibu Nabi Musa, seperti yang dikatakan-Nya dalam Al-Quran:

وَأَصْبَحَ فُؤَادُ أُمِّ مُوسَىٰ فَارِغًا ۖ إِنْ كَادَتْ لَتُبْدِي بِهِ لَوْلَا أَنْ رَبَطْنَا عَلَىٰ قَلْبِهَا لِتَكُونَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ

Dan hati ibu Musa menjadi kosong. Sungguh, hampir saja dia menyatakannya (rahasia tentang Musa), seandainya tidak Kami teguhkan hatinya, agar dia termasuk orang-orang yang beriman (kepada janji Allah). (QS. AL-Qashas : 10)

Penggalan surah tersebut menunjukkan kondisi Ibu Nabi Musa setelah menghayutkan anaknya, hatinya menjadi kosong dan pikirannya tak tentu arah. Ini menunjukkan pengalaman traumatis yang luar biasa. Sampai pada titik dimana sang Ibu hampir saja berteriak bahwa anaknya telah dihanyutkan, tetapi kemudian Allah menyelatkan keduanya.

Baca Juga:  Beginilah Cara Allah Mengabulkan Doa

Dengan cara memberikan keteguhan hati dan ketenangan pikiran dalam jiwanya, sehingga Sang Ibu tidak jadi berteriak. Dari kisah ini kita bisa mengambil ibrah bahwasanya Allah akan menguatkan jiwa-jiwa yang bersedih selama di hati mereka ada keyakinan yang kuat pada pertolongan Allah SWT.

Keyakinan yang kuat tersebut bisa menjadi cahaya penolong bagi hati yang sedang terluka. Penawar bagi jiwa yang sakit dan meneguhkan jiwa yang lemah. Oleh karena itu, mari kita kuatkan lagi keyakinan pada Allah SWT, sehingga pengalaman berat yang kita rasakan bisa terasa ringan. Ingatlah bahwa Allah itu dekat dan menyayangi hamba-hambanya yang beriman.

“Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan” (QS. Al-Insyirah: 6)

Selain itu kita bisa menyembuhkan hati yang terluka melalui kata maaf dan doa

“Maka maafkanlah dengan cara yang baik” (QS. Al-Hijr: 85).

Memaafkan adalah bentuk pembebasan diri dari hal negatif yang menggerogoti hati. Maka perbanyaklah maaf untuk diri sendiri, untuk orang yang menyakiti, dan untuk segala hal buruk yang terjadi.

Dan terakhir mintalah pertolongan hanya padanya

“Hasbunallah wa ni’mal wakil” (Cukuplah Allah menjadi penolong kami, dan Dia adalah sebaik-baik pelindung). Wallahu’alam bishowab []Andhika Putri Maulani

 

 

Related Posts

Latest Post