Hafalan yang Hilang Bukan Tanda Gagal, melainkan Tanda Kamu Harus Mengulang

Seorang anak laki laki berusaha menghafal alqur’an (pinterest.com-almuhtada.org)

Almuhtada.org – Menghafal Al-Qur’an bukanlah perjalanan yang mudah. Banyak yang memulainya dengan semangat tinggi, namun perlahan merasa lelah ketika ayat tak kunjung menempel di ingatan.

Ada yang mengulang puluhan kali, tetapi tetap lupa di bagian tertentu. Ada pula yang merasa dirinya tidak berbakat.

Pada titik inilah seseorang sering merasa putus asa dan mulai mempertanyakan kemampuan dirinya sendiri.

Namun, ada sebuah kisah lembut yang mengingatkan bahwa kesulitan bukan tanda kegagalan.

Saat seorang anak mengadu kepada ayahnya tentang betapa beratnya menghafal Al-Qur’an, sang ayah tidak menegurnya, tidak pula menyalahkan.

Sebaliknya, ia memberikan nasihat sederhana namun mampu menyentuh hati siapapun yang sedang berjuang dalam dunia tahfiz.

Dalam kisah tersebut, sang ayah berkata kepada anaknya:

“Wahai anakku, tahukah engkau… sebagaimana besi yang keras dapat luluh oleh panasnya api, dibakar berulang-ulang, ditempa berkali-kali dengan palu… begitu pula Al-Qur’an, ia akan menjadi mudah dihafal jika engkau terus mengulang-ulang membacanya.”

Perumpamaan ini menggambarkan bahwa tidak ada benda yang terlalu keras untuk dibentuk, sebagaimana tidak ada hati yang terlalu sulit untuk menerima Al-Qur’an.

Yang membuat sesuatu berubah adalah pengulangan, bukan sekali dua kali mencoba.

Besi yang tampak kokoh pun akhirnya lentur karena ditempa tanpa henti.

Begitu pula hafalan kita, ia muncul dari kesabaran, bukan dari kecerdasan semata.

Penghafal Al-Qur’an yang kuat hafalannya bukanlah orang yang paling cerdas, tetapi yang paling tekun.

Baca Juga:  Trend Kata Gaul Kekinian

Ayat yang terus diulang akan melekat, satu demi satu, hingga menjadi bagian dari diri seseorang.

Dan semakin sering diulang, semakin besar pula keberkahan yang Allah bukakan dalam dadanya.

Banyak ulama, santri tahfiz, hingga psikolog pendidikan sepakat bahwa repetition atau pengulangan adalah fondasi dalam proses menghafal.

Dalam Al-Qur’an sendiri, Allah berfirman:

وَلَقَدْ يَسَّرْنَا الْقُرْاٰنَ لِلذِّكْرِ فَهَلْ مِنْ مُّدَّكِرٍ ۝١٧

“Sungguh, Kami benar-benar telah memudahkan Al-Qur’an sebagai pelajaran. Maka, adakah orang yang mau mengambil pelajaran?” (QS. Al-Qamar: 17)

Kemudahan ini hadir bukan tanpa usaha. Kemudahan itu datang ketika seseorang mau kembali, mengulang, dan memperbaiki hafalannya setiap hari.

Bahkan para huffaz mengatakan:
“Hafalan itu seperti unta jika tidak diikat, ia akan kabur.”

Artinya, hafalan harus dirawat secara terus-menerus. Jika tidak diulang, ia akan hilang pelan-pelan.

Namun jika dijaga, ia akan menguat dan menjadi pondasi hidup yang kokoh.

Banyak yang merasa dirinya tidak berbakat menghafal. Ada yang lambat, ada yang mudah lupa, ada pula yang hafal pagi hari namun hilang sore harinya.

Padahal, semua itu adalah bagian alami dari proses belajar. Tidak ada penghafal Al-Qur’an yang tidak pernah lupa. Bahkan para ulama besar pun menjaga hafalan mereka dengan mengulang setiap hari.

Kesulitan menghafal bukan tanda bahwa seseorang tidak cocok menjadi hafiz.

Justru, kesulitan itulah yang membuat pahala menghafal semakin besar. Semakin sulit sesuatu dilakukan, semakin besar balasan yang Allah berikan.

Baca Juga:  Kesuksesan Itu tergantung Dengan Diri Kita Sendiri Yang Menentukan!

Karena itu, jangan menyerah hanya karena lambat. Jangan berhenti hanya karena sering lupa.

Yang penting bukan seberapa cepat kamu menghafal, tetapi seberapa istiqamah kamu menjaganya.

Jika hari ini hafalanmu terasa berat, ingatlah nasihat ayah dalam kisah tadi.

Besi saja bisa luluh oleh sentuhan api dan pukulan palu, maka hatimu pun pasti bisa luluh oleh lembutnya ayat-ayat Al-Qur’an.

Kamu hanya perlu mengulang, lalu mengulang kembali, hingga Al-Qur’an perlahan menyatu dengan ingatan dan kehidupanmu.

Teruslah mengulang, teruslah belajar, dan yakinlah bahwa Al-Qur’an akan datang kepadamu jika kamu terus mendekatinya.[Fitri Novita Sari]

Related Posts

Latest Post