almuhtada.org – Pertemuan antara air tawar dari sungai dan air asin dari laut merupakan salah satu keajaiban alam yang sering menarik perhatian para ilmuwan. Meski kedua jenis air ini bersentuhan, keduanya tidak dapat bercampur secara sempurna. Fenomena ini bukan hal baru, sebab Al-Qur’an telah menyebutkannya jauh sebelum sains modern melakukan penelitian mendalam. Dua ayat yang menegaskan hal ini adalah QS. Al-Furqan: 53 dan QS. Ar-Rahman: 19–20.
Dalam QS. Al-Furqan: 53, Allah berfirman:
وَهُوَ الَّذِيْ مَرَجَ الْبَحْرَيْنِ هٰذَا عَذْبٌ فُرَاتٌ وَّهٰذَا مِلْحٌ اُجَاجٌۚ وَجَعَلَ بَيْنَهُمَا بَرْزَخًا وَّحِجْرًا مَّحْجُوْرًا
Artinya:“Dan Dialah yang membiarkan dua laut mengalir berdampingan; yang satu tawar lagi segar, dan yang lain asin lagi pahit; dan Dia jadikan antara keduanya batas (barzakh) dan dinding yang tidak dapat ditembus.”
Ayat ini menggambarkan bahwa Allah menciptakan dua perairan berbeda sifat: satu sangat segar dan tawar, sedangkan yang lainnya asin dan pahit. Meski bersentuhan langsung, Allah meletakkan barzakh, yaitu pembatas yang menjaga agar keduanya tidak bercampur total. Barzakh ini bukan tembok fisik, tetapi sistem alam yang halus dan stabil.
Selanjutnya, dalam QS. Ar-Rahman: 19–20, Allah menegaskan kembali:
مَرَجَ الۡبَحۡرَيۡنِ يَلۡتَقِيٰنِۙبَيۡنَهُمَا بَرۡزَخٌ لَّا يَبۡغِيٰنِۚ
Artinya:“Dia membiarkan dua laut mengalir yang keduanya kemudian bertemu. Antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui oleh masing-masing.”
Dua ayat ini secara konsisten menggambarkan adanya pembatas alami antara air asin dan air tawar, yang menghalangi pencampuran total meski tampak bersatu.
Dari sudut pandang sains, fenomena ini dijelaskan melalui konsep halocline, yakni lapisan pembatas berdasarkan perbedaan kadar garam (salinitas). Air asin lebih padat dan berat dibanding air tawar sehingga keduanya membentuk lapisan terpisah. Selain itu, perbedaan suhu, tekanan, dan arus turut memperkuat stratifikasi ini, menciptakan zona yang tidak mudah bercampur. Hal ini dapat diamati di beberapa wilayah dunia, seperti Teluk Alaska dan Selat Gibraltar, di mana batas antara dua air tampak jelas berbeda warna.Fenomena barzakh menunjukkan bahwa alam bekerja melalui aturan yang sangat rinci. Air tawar dari sungai memiliki peran penting dalam ekosistem darat, sedangkan air laut menopang kehidupan ribuan spesies laut. Dengan adanya pemisahan alami ini, ekosistem tetap stabil dan tidak saling merusak.
Dari sisi spiritual, ayat-ayat tersebut mengingatkan manusia tentang kebesaran Allah dalam mengatur alam semesta. Al-Qur’an tidak hanya memberi petunjuk akhlak dan hukum, tetapi juga memuat tanda-tanda kekuasaan Allah yang dapat diteliti oleh manusia. Ketidaktercampurannya air asin dan air tawar menjadi bukti bahwa alam berjalan sesuai dengan ketentuan Sang Pencipta, dan setiap ciptaan memiliki fungsi dan keseimbangannya.
Fenomena ini mendorong manusia untuk merenung, meneliti, dan mensyukuri betapa telitinya Allah mengatur seluruh ciptaan-Nya. Dua laut bertemu, namun tetap berbeda itulah keajaiban yang diabadikan dalam Al-Qur’an dan dibuktikan oleh ilmu pengetahuan modern. [] Syukron Yuli Yanto











