Healing Bukan Sekadar Liburan: Memahami Makna Pemulihan Mental yang Sebenarnya

Ilustrasi gambar transformasi ulat menjadi kupu-kupu yang cantik karena memberi waktu saat menjadi kepompong (pinterest.com-almuhtada.org)

almuhtada.org – Dalam beberapa tahun terakhir, istilah healing semakin populer di kalangan anak muda. Saat stres karena pekerjaan, kuliah, atau hubungan sosial, banyak orang langsung berkata, “Aku butuh healing!”.

Biasanya, healing diartikan sebagai liburan ke tempat yang tenang, staycation, atau sekadar nongkrong untuk melepas penat. Namun, benarkah healing hanya sebatas itu?

Apa Itu Healing Sebenarnya?

Secara sederhana, healing berarti proses penyembuhan yang bukan hanya fisik, tapi juga emosional dan mental. Sayangnya, makna healing kini sering bergeser menjadi sekadar pelarian sementara.

Liburan atau bersenang-senang tentu boleh, tapi itu belum tentu menyembuhkan. Banyak orang pergi jauh, tapi hatinya tetap sesak karena belum benar-benar menghadapi akar dari kelelahan batinnya.

Healing sejati bukan soal ke mana kita pergi, tapi bagaimana kita mengenal diri sendiri.

Proses ini melibatkan kejujuran terhadap perasaan yang sedang dialami baik itu sedih, marah, kecewa, atau lelah, dan memberi waktu bagi diri untuk menerimanya tanpa menghakimi.

Lalu, Mengapa Banyak Orang Butuh Healing?

Kehidupan modern sering kali menuntut kita untuk terus produktif dan terlihat baik-baik saja.

Media sosial pun membuat semua orang tampak bahagia, padahal tidak selalu begitu. Tekanan seperti ini membuat banyak orang akhirnya mengalami stres, kecemasan, dan kelelahan mental (burnout).

Karena itu, keinginan untuk healing muncul sebagai bentuk perlawanan terhadap rutinitas yang melelahkan.

Baca Juga:  Representasi Makna melalui Bahasa: "Karena Nila Setitik Rusak Susu Sebelanga"

Namun, tanpa pemahaman yang benar, healing bisa berubah menjadi pelarian singkat, bukan pemulihan yang sesungguhnya.

Healing sejati tidak selalu butuh biaya besar atau tempat yang jauh. Ada banyak cara sederhana untuk memulihkan diri, seperti:

  • Tidur yang cukup dan berkualitas.
  • Membatasi penggunaan media sosial untuk sementara.
  • Melakukan aktivitas yang menenangkan seperti membaca, menulis, atau berjalan santai.
  • Berbicara dengan orang yang dipercaya atau profesional (konselor/psikolog).
  • Menerima diri sendiri tanpa tekanan untuk selalu bahagia.

Kunci utama healing adalah kesadaran dan penerimaan diri.

Saat kita berani mengakui bahwa kita lelah, kita sebenarnya sudah memulai proses penyembuhan.

Healing bukan sekadar liburan atau hiburan sesaat.

Ia adalah proses memahami diri, menerima luka, dan memberi waktu bagi jiwa untuk pulih.

Tidak apa-apa untuk berhenti sejenak, tidak apa-apa tidak selalu kuat, dan tidak apa-apa untuk memilih diam sejenak dari hiruk pikuk dunia. Karena pada akhirnya, healing bukan tentang seberapa jauh kamu pergi, tapi seberapa dalam kamu mengenal dirimu sendiri. [] Isna Wahyu

 

Related Posts

Latest Post