almuhtada.org – Membaca al-Qu’an merupakan salah satu bentuk ibadah yang mulia. Setiap huruf yang dibaca akan bernilai ibadah di sisi Allah SWT. Lebih daripada itu, lantunan ayat suci al-Qur’an dapat menjadi tali penguat spiritual antara manusia dengan sang pencipta.
Esensi membaca al-Qur’an tidak hanya berhenti pada lantunannya saja. Esensi sejati dari membaca Al-Qur’an terletak pada bagaimana seorang muslim memahami, menghayati, dan mengamalkan kandungannya dalam kehidupan sehari-hari.
Berdoa kepada Allah Setelah Membaca Al-Qur’an
Membaca doa setelah membaca atau mengkhatamkan Al-Qur’an adalah kebiasaan para sahabat dan tabi’in.
Tradisi ini lahir dari praktik para sahabat dan ulama salaf sebagai bentuk mengambil keberkahan dan melestarikan waktu-waktu baik untuk berdoa setelah menyelesaikan ibadah yang mulia, seperti membaca Al-Qur’an.
Doa yang dilangitkan bisa berisi permohonan agar diberi pemahaman yang mendalam terhadap ayat-ayat suci, keteguhan iman, serta hidayah untuk mengamalkan isi Al-Qur’an dalam perilaku dan keputusan hidup.
Dengan berdoa, seorang muslim menegaskan bahwa membaca Al-Qur’an tidak hanya untuk bacaan, tetapi juga untuk menguatkan hubungan dengan Allah.
Tadabbur: Merenungkan Makna dalam Setiap Ayat
Tadabbur adalah langkah penting setelah membaca. Setiap ayat Al-Qur’an mengandung hikmah dan pelajaran yang relevan dengan kehidupan manusia. Tadabbur bisa bermakna sama dengan literasi.
Praktik tadabbur berupa perenungan makna dan kandungan ayat yang dibaca. Efek samping dari praktik ini adalah hati menjadi lebih hidup, pikiran lebih jernih, dan iman semakin kokoh.
Selain itu, tadabbur membantu seseorang menjadikan Al-Qur’an bukan hanya bacaan harian, tetapi pedoman yang membimbing arah hidupnya dalam menghadapi berbagai tantangan.
Mengamalkan Isi Al-Qur’an dalam Kehidupan Sehari-hari
Membaca tanpa mengamalkan bagaikan memiliki cahaya namun tidak menerangi jalan. Sebagaimana dengan kata pepatah, ilmu yang tidak diamalkan bagai pohon yang tak berbuah.
Al-Qur’an mengajarkan kepada manusia mengenai nilai-nilai universal seperti kesabaran, kejujuran, kasih sayang, dan keadilan.
Misalnya, setelah membaca ayat tentang sabar, seorang muslim seyogyanya berusaha menahan amarah dan bersikap tenang dalam menghadapi cobaan. Inilah wujud nyata pengamalan bacaan yang membawa keberkahan.
Mengajarkan dan Menyebarkan Ilmu dari Al-Qur’an
Menyampaikan ilmu dari Al-Qur’an, sekecil apa pun, termasuk amal jariyah. Rasulullah SAW bersabda, “Sampaikanlah dariku walaupun hanya satu ayat.” (HR. Bukhari No. 3461).
Hadis ini mendorong bagi setiap muslim untuk menyampaikan ilmu, pesan, atau ayat Al-Qur’an yang diketahui, meskipun hanya sedikit.
Pesan yang dibawa adalah semangat dakwah dan berbagi kebaikan, walau yang dimiliki sederhana.
Hadis ini juga menunjukkan bahwa kewajiban menyampaikan tidak terbatas hanya pada para ulama, tetapi setiap orang bisa menyebarkan kebaikan sesuai kapasitasnya.
Bershalawat dan Berdzikir sebagai Penutup
“Barangsiapa bershalawat kepadaku satu kali, Allah akan bershalawat untuknya sepuluh kali, menghapus sepuluh dosanya, dan mengangkat derajatnya sepuluh tingkatan.” (HR. An-Nasa’i).
Kelanjutan dari pendapat Imam As-Syafi’i yang menegaskan membaca Al-Qur’an adalah dzikir paling afdhal, dijelaskan oleh ulama besar Syafi’iyah setelahnya serta didukung oleh ulama Al-Azhar Mesir.
Membaca, memahami, dan merenungi Al-Qur’an merupakan dzikir yang terbaik karena ia merupakan kalamullah, dan pendapat ini juga diyakini oleh Syekh Abdul Aziz As-Syahawi. []Lailia Lutfi Fathin











