Makna Waktu dan Penyesalan dalam Islam, Yuk Simak!

Ilustrasi waktu yang terus berjalan (Freepik.com-Almuhtada.org)

almuhtada.org – Pernah nggak sih kamu merasa zonk di akhir hari? Niatnya mau produktif, eh, tahu-tahu sudah malam dan kamu cuma habis scroll media sosial.

Atau mungkin kamu ingat salah ngomong ke teman dan rasanya ingin putar waktu buat tarik omongan itu.

Itulah penyesalan level receh.

Tapi dalam Islam, ada satu level penyesalan yang jauh lebih ngeri, misalnya penyesalan “game over” saat semua waktu kita sudah habis.

Yuk, kita bedah kenapa waktu jadi harta karun paling mahal.

Paragraf 1: Sumpah Allah Demi Waktu

Saking pentingnya waktu, Allah SWT nggak main-main.

Dalam Al-Qur’an, Allah sampai bersumpah berkali-kali menggunakan penanda waktu.

Yang paling terkenal tentu saja Surah Al-‘Asr: “Wal-‘Asr” (Demi masa/waktu).

Para ulama menjelaskan, kalau Allah sudah bersumpah atas sesuatu, itu artinya hal tersebut punya nilai yang luar biasa besar.

Sumpah ini kayak “lampu merah” yang menyala terang, ngasih tahu kita, “Hei, perhatikan waktumu! Kalau kamu nggak pakai buat kebaikan dan iman, kamu dijamin rugi.”

Paragraf 2: Waktu adalah Modal (yang Nggak Bisa Di-Top Up)

Coba bayangkan hidup ini kayak kamu dikasih modal bisnis triliunan rupiah, tapi ada satu syarat: modal itu harus habis dalam 24 jam.

Setiap detik yang lewat, modalmu berkurang.

Dalam Islam, modal itu adalah waktu.

Waktu bukan cuma “uang” (time is money), tetapi waktu adalah “hidup” itu sendiri.

Baca Juga:  Jangan Habiskan Waktumu untuk Hal yang Tidak Penting

Setiap detik yang kita pakai buat nonton hal nggak berguna, gosip, atau melamun kosong, itu adalah modal akhirat yang sedang kita bakar sia-sia.

Dan yang paling bikin deg-degan, modal ini nggak bisa di-top up atau “pinjam dulu seratus” sama malaikat.

Paragraf 3: “Spoiler” Penyesalan Terbesar

Al-Qur’an sudah memberi kita banyak spoiler tentang penyesalan terbesar umat manusia.

Nanti di akhirat, akan ada banyak banget yang memohon, “Ya Rabb, kembalikan aku (ke dunia) sebentar saja, agar aku bisa bersedekah dan beramal saleh.” (QS. Al-Munafiqun: 10).

Mereka nggak minta istana, nggak minta jadi raja, mereka cuma minta satu: WAKTU.

Mereka sadar kalau sedetik saja di dunia bisa dipakai untuk beristighfar atau bersedekah yang nilainya abadi.

Sayangnya, saat itu, jawabannya adalah “tidak”.

Inilah “FOMO” (Fear of Missing Out) yang sesungguhnya.

Paragraf 4: Regret yang Produktif vs Regret yang Basi

Islam sebenarnya nggak melarang kita menyesal.

Justru, penyesalan (dalam bahasa Arab disebut nadam) adalah salah satu rukun utama dari taubat (tobat).

Tapi ini penyesalan yang produktif.

Bukan penyesalan yang bikin kita galau di pojokan kamar sambil dengerin lagu sedih.

Penyesalan yang Islami itu adalah “Aduh, aku salah! Aku nyesel banget buang waktu kemarin.

Oke, mulai detik ini aku harus berubah!” Penyesalan ini jadi bensin untuk tancap gas berbuat baik, bukan jadi rem yang bikin kita berhenti bergerak.

Baca Juga:  Simak! Cara Menghabiskan Waktu Menuju Akhirat Bagi Umat Islam

Paragraf 5: Mumpung Masih “Online”

Kabar baiknya? Selama kita masih bisa baca artikel ini dan masih bernapas, kita masih “online”.

Game kita belum selesai. Nabi Muhammad SAW pernah memberi nasihat emas: “Manfaatkan lima sebelum datang lima.” Yaitu, masa mudamu sebelum tuamu, sehatmu sebelum sakitmu, kayamu sebelum miskinmu, waktu luangmu sebelum sibukmu, dan hidupmu sebelum matimu.

Ini bukan sekadar motivasi, tapi ini adalah strategi manajemen waktu paling jitu.

Jangan tunggu sampai kita jadi orang yang memohon “balikin aku sebentar,” tapi jadilah orang yang “mumpung masih ada waktu, gaspol!”[]Raffi Widzan Albari

Related Posts

Latest Post