almuhtada.org – Fenomena melayat jenazah saat ini menjadi hal yang hangat dibicarakan terutama di media sosial. Saat sedang berduka, para pelayat yang datang bukan menghibur, justru menginterogasi dengan pertanyaan, “Sakit apa? Kenapa bisa sakit? Kronologinya gimana?”.
Maksud hati mungkin baik, ingin menunjukkan perhatian. Namun, pertanyaan seperti itu justru bisa berdampak negatif kepada keluarga yang sedang berduka. Tak jarang, sampai ada pula yang berkomentar asal seperti, “Nanti juga ada penggantinya,” yang membuat hati semakin sakit.
Padahal, Islam sendiri telah memberikan pedomen yang jelas tentang bagaimana seharusnya seorang muslim bertakziyah, yaitu menghadirkan doa, menghibur, serta meringankan beban keluarga yang ditinggalkan.
Nah, berikut beberapa adab melayat yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW:
- Membaca Istirja’ dan doa untuk diri sendiri
Sebelum melangkah ke rumah duka, adab pertama dimulai dari diri sendiri saat pertama kali mendengar kabar duka. Lisan kita dianjurkan untuk mengucapkan kalimat istirja’, yaitu:
إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ
“Sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali.” (QS. Al-Baqarah: 156).
2. Manghibur dan meringankan kesedihan keluarga
Takziyah harus menjadi kesempatan untuk menguatkan keluarga yang ditinggalkan, bukan menjadi ajang memperbincangkan detail kematian.
Rasulullah SAW pernah bersabda kepada keluarga yang berduka:
إِنَّ لِلَّهِ مَا أَخَذَ وَلَهُ مَا أَعْطَى وَكُلُّ شَيْءٍ عِنْدَهُ بِأَجَلٍ مُسَمًّى فَلْتَصْبِرْ وَلْتَحْتَسِبْ “
“Sesungguhnya milik Allah apa yang Dia ambil, dan milik-Nya pula apa yang Dia berikan. Setiap sesuatu di sisi-Nya sudah ada batas waktunya. Maka hendaklah engkau bersabar dan mengharap pahala.” (HR. al-Bukhari).
3. Membantu kebutuhan keluarga yang berduka
Adab takziyah yang sering dilupakan adalah membantu. Di beberapa tempat, keluarga yang berduka justru sibuk menyiapkan makanan dan minuman untuk para pelayat. Padahal seharusnya terbalik, para pelayatlah yang membantu keluarga yang berduka.
Rasulullah pernah bersabda setelah wafatnya Ja’far bin Abi Thalib:
«إِنَّ آلَ جَعْفَرٍ قَدْ شُغِلُوا بِشَأْنِ مَيِّتِهِمْ فَاصْنَعُوا لَهُمْ طَعَامًا»
“Sesungguhnya keluarga Ja‘far sedang sibuk dengan urusan musibah mereka, maka buatkanlah makanan untuk mereka.” (HR. Ibnu Majah).
Maka bantulah keluarga yang berduka, sekecil apapun bantuan akan sangat berarti. Contohnya membawakan makanan, mengirim air mineral, menawarkan bantuan menjaga anak-anak, dll.
4. Mengiringi jenazah hingga ke pemakaman
Puncak dari takziyah adalah partisipasi aktif dalam prosesi pengurusan jenazah. Yaitu menghadiri salat jenazah dan mengantarkan hingga ke liang kubur. Rasulullah SAW bersabda:
«مَنْ شَهِدَ الْجَنَازَةَ حَتَّى يُصَلِّيَ فَلَهُ قِيرَاطٌ، وَمَنْ شَهِدَ حَتَّى تُدْفَنَ كَانَ لَهُ قِيرَاطَانِ». قِيلَ: وَمَا الْقِيرَاطَانِ؟ قَالَ: «مِثْلُ الْجَبَلَيْنِ الْعَظِيمَيْنِ»
“Barangsiapa menghadiri jenazah hingga ikut menyalatkannya, maka baginya pahala satu qirath. Dan barangsiapa menghadirinya hingga dimakamkan, maka baginya dua qirath.” Ditanyakan, “Apakah dua qirath itu?” Beliau menjawab: “Seperti dua gunung besar.” (HR. al-Bukhari no. 1240, Muslim no. 1570).
Pada akhirnya, adab bertakziyah adalah tentang empati. Posisikan diri kita di posisi keluarga yang berduka. Apa yang mereka butuhkan bukanlah pertanyaan detail, melainkan doa yang tulus, kehadiran yang menenangkan, dan bantuan yang meringankan.
Mari kita ubah kebiasaan lama dan mulai mempraktikkan adab takziyah yang lebih elegan dan menyejukkan. [] Raffi Wizdaan Albari