almuhtada.org-Hampir semua orang memiliki kesibukan masing-masing, entah itu sekolah, kuliah, kerja, urusan rumah tangga, atau bahkan kegiatan organisasi.
Terkadang menganggap 24 jam sehari itu tidak cukup. Tetapi di balik semua itu, kesibukan sebenarnya bisa menjadi anugerah jikalau kita memiliki mindset yang positif.
Dalam Islam, Allah sudah mengingatkan kita dalam firman-Nya sebagai berikut:
فَإِذَا فَرَغْتَ فَانصَبْ
وَإِلَى رَبِّكَ فَارْغَبْ
Artinya : “Maka apabila engkau telah selesai (dari satu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain), dan hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap.”
Artinya, kesibukan adalah bagian dari hidup, dan yang penting adalah bagaimana kita menjalaninya dengan hati yang lapang.
Mindset positif bukan berarti kita harus selalu bahagia atau pura-pura menjadi kuat.
Mindset positif itu tentang cara kita memandang sebuah situasi. Misalnya, ketika tugas menumpuk, kita bisa memilih untuk melihatnya sebagai peluang belajar, bukan beban semata.
Dalam Islam, kita diajarkan husnudzan yaitu berbaik sangka kepada Allah. Percaya bahwa setiap kesibukan yang datang adalah cara Allah melatih kita jadi pribadi yang lebih sabar, lebih disiplin, dan lebih kuat.
Rasulullah SAW pernah bersabda, “Sungguh menakjubkan urusan seorang mukmin, karena semua urusannya adalah baik” Jadi, bahkan di tengah kesibukan, kita tetap bisa melihat sisi baiknya.
Cara paling sederhana untuk menjaga mindset positif adalah dengan menata prioritas.
Kita semua memiliki banyak agenda, jangan sampai shalat lima waktu kita terlewat. Bayangkan, shalat itu seperti tombol “reset” yang bikin hati lebih tenang.
Setelah shalat, kita bisa kembali fokus dan semangat. Dalam konsep Islam, ini disebut tartibul aulawiyat (menyusun prioritas hidup).
Jadi, meski sibuk, kita tetap tahu mana yang paling penting untuk dikerjakan lebih dulu.
Selain itu, jangan lupa untuk menjaga tubuh dan pikiran. Kesibukan sering membuat kita lupa makan sehat, kurang tidur, atau bahkan jarang olahraga.
Padahal Nabi SAW bersabda, “Mukmin yang kuat lebih dicintai Allah daripada mukmin yang lemah.”
Kuat di sini bukan cuma fisik, tapi juga mental dan iman. Kalau kita sehat, pikiran jadi lebih jernih, mood lebih stabil, dan kita bisa menghadapi kesibukan dengan lebih ringan.
Kemudian, memiliki lingkungan yang mendukung juga sangat penting. Teman-teman yang positif bisa membangun semangat kita.
Dalam hadits, Nabi SAW mengibaratkan teman yang baik seperti penjual minyak wangi, walaupun kita tidak membeli pasti kecipratan harum.
Jadi, kalau kita dikelilingi orang-orang yang produktif dan semangat beribadah, kita juga akan ikut termotivasi untuk lebih positif dan disiplin.
Hal lain yang tidak kalah penting adalah bersyukur. Kadang kita terlalu fokus sama lelahnya, sampai lupa bahwa sibuk itu tanda kita masih diberi kesempatan produktif.
Ada orang yang berharap bisa sesibuk kita, tapi justru sedang sakit atau kondisinya yang memang tidak memiliki pekerjaan.
Dengan bersyukur, beban rasanya jadi lebih ringan. Kita pun bisa mengubah setiap aktivitas jadi ladang pahala dengan niat yang benar.
Misalnya, niat belajar karena Allah, niat kerja untuk menafkahi keluarga, atau niat berorganisasi untuk menebar manfaat.
Kemudian, dikala kita ingin didengarkan oleh orang lain tetapi kita juga jangan berasumsi orang lain tidak mau mendengarkan kamu.
Bisa jadi, orang lain juga ingin memiliki ketenangan yang tidak perlu kita tahu.
Sebaik-baik mengadu hanya kepada Allah. Kita tidak perlu membukanya ke manusia.
Wajar saja jika kita butuh teman curhat, nongkrong, atau teman berbincang tetapi carilah orang yang benar-benar memahami kamu.
Pandangan orang lain ke kita itu berbeda, jadi jangan seenaknya kita bercerita yang tidak bermanfaat tanpa batas.
Jadi, kesimpulannya, membangun mindset positif di tengah kesibukan itu bukan berarti kita harus selalu senyum dan tidak boleh mengeluh.
Justru kita boleh capek, mengeluh, mengadu, boleh juga istirahat, harus tetap ingat tujuan hidup kita mencari ridha Allah.
Kalau kita sudah niatkan semua kesibukan karena Allah, setiap langkah jadi bernilai ibadah.
Jadi, daripada mengeluh, lebih baik kita syukuri dan nikmati prosesnya. Kesibukan bukan penghalang untuk bahagia, tapi justru bisa jadi jalan kita mendekat kepada Allah. []Najwa Khofifahtul Azizah