Sulit Memaafkan Orang Lain? Mari Belajar Melalui Kisah Nabi Yusuf a.s

Ilustrasi memaafkan orang lain (freepik.com – almuhtada)

almuhtada.org – Manusia, makhluk ciptaan Allah Swt. yang tak luput dari melakukan kesalahan. Baik itu dilakukan secara sengaja maupun tidak disengaja. Namun, terkadang memaafkan menjadi hal yang sulit untuk dilakukan, terlebih lagi jika merasa banyak dirugikan.

Sebagai mahkluk sosial, manusia tentu tidak dapat hidup sendiri. Selain bergantung kepada Allah Swt., manusia juga bergantung kepada manusia lainnya. Setiap kehidupan yang dijalani, akan ada banyak interaksi di dalamnya. Dalam berinteraksi, akan ditemukan satu atau dua kesalahan yang terjadi. Di situlah pentingnya memaafkan.

Sebagai manusia beriman kita harus mudah memaafkan orang lain. Allah Swt. saja yang menciptakan mudah memaafkan, apalagi kita yang hanya sebagai seorang hamba.

Mengenai memaafkan, kita bisa mengambil pelajaran dari kisah nabi Yusuf a.s. Meski saudara-saudaranya sudah melakukan perbuatan yang buruk, tetapi tidak ada dendam yang tertanam dalam diri beliau.

Sepenggal Kisah Nabi Yusuf a.s

Nabi Yusuf merupakan putra dari nabi Ya’kub a.s. Beliau menjadi anak kesayangan nabi Ya’kub a.s. Hal itu membuat saudara-saudaranya merasa iri kepada nabi Yusuf.

Akibat rasa iri yang meneyelimuti, saudara-saudara nabi Yusuf berencana untuk membuangnya. Kisah ini diceritakan dalam surah Yusuf.

Kala itu, saudara-saudara nabi yusuf meminta izin kepada nabi Ya’kub a.s untuk mengajaknya bermain. Namun, sesampainya di sana, mereka malah berbuat zalim kepada nabi Yusuf a.s. Mereka memasukannya ke dalan sumur. Sebelumnya, mereka sempat menyiksa nabi Yusuf a.s dan melepas bajunya.

Baca Juga:  Besarnya Keutamaan Membaca Sayyidul Istighfar

Ketika sampai di rumah, mereka mengatakan kepada nabi Ya’kub a.s bahwa nabi Yusuf sudah meninggal karena dimakan oleh serigala dengan membawa baju yang dipakainya saat itu.

Beberapa waktu kemudian, nabi Yusuf ditemukan oleh Musyafir dan dijual sebagai hamba sahaya. Banyak lika-liku kehidupan yang dilalui oleh Yusuf. Hingga pada akhirnya, ia menjabat sebagai orang penting di Mesir. Saat sukses itulah, Yusuf dipertemukan kembali dengan saudara-saudaranya yang meminta bantuan.

Pada saat saudara-saudaranya meminta bantuan, tidak sekali pun beliau menyinggung perbuatan yang telah dilakukan oleh mereka. Justru beliau sangat ikhlas menolong

Pelajaran yang Bisa Dipetik

Meski perbuatan yang dilakukan oleh saudara-saudaranya sangat buruk, tetapi nabi Yusuf a.s sama sekali tidak menyimpan dendam. Malah beliau mendoakan agar dosa-dosa saudaranya diampuni.

Sebagaimana dalam surah Yusuf ayat 92;

قَالَ لَا تَثْرِيْبَ عَلَيْكُمُ الْيَوْمَۗ يَغْفِرُ اللّٰهُ لَكُمْۖ وَهُوَ اَرْحَمُ الرّٰحِمِيْنَ (٩٢)

Artinya: “Dia (Yusuf) berkata, “Pada hari ini tidak ada cercaan terhadap kamu, mudah-mudahan Allah mengampuni kamu. Dan Dia Maha Penyayang di antara para penyayang.” (QS. Yusuf: 92)

Dari ayat tersebut, kita dapat mengambil dua pelajaran tentang memaafkan.

  1. Maaf tanpa syarat

Begitu nabi Yusuf dipertemukan kembali dengan saudara-saudaranya, nabi Yusuf tidak menunggu mereka untuk meminta maaf.  Beliau justru memaafkan lebih dulu dengan hati yang lapang dan bukan karena terpaksa.

  1. Tidak mengungkit masa lalu
Baca Juga:  Menemukan Makna dalam Kisah Tukang Cukur dan Orang Bijak,Kedekatan dengan Allah dalam Kehidupan Sehari-Hari

Setelah dipertemukan kembali dengan saudara-saudaranya, nabi Yusuf a.s sama sekali tidak mengungkit apa yang telah dilakukan saudara-saudaranya di masa lalu. Beliau malah berkata ‘Tidak ada celaan atas kalian hari ini. Semoga Allah mengampuni kalian’. Sangat luar biasa sekali bukan.

Jadi, pada intinya kita sebagai manusia harus bisa memaafkan orang lain, meski itu tidak mudah. Jangan sampai dendam menyelimuti diri kita ya. [] Nayla Syarifa

 

 

 

 

Related Posts

Latest Post