Tetap Objektif di Era Disrupsi

Ilustrasi yang menggambarkan tentang menganalisa dan crosscheck berita yang ada. (freepik.com - almuhtada.org)

almuhtada.org – Era disrupsi ditandai oleh perubahan yang cepat, masif, dan tak jarang menggeser tatanan lama menjadi sesuatu yang sama sekali baru.

Transformasi digital, hadirnya kecerdasan buatan, hingga cara baru dalam bekerja, belajar, dan berinteraksi sosial adalah gambaran nyata dari fenomena ini. Dalam situasi yang penuh ketidakpastian, satu hal yang semakin langka namun justru semakin dibutuhkan adalah sikap objektif.

Baca Juga:  Dimensi Kebersihan dalam Islam: Analisis Hadis dan Implementasinya dalam Kehidupan Modern
Mengapa Objektivitas Penting?

Objektivitas berarti kemampuan untuk menilai suatu hal berdasarkan fakta, data, dan rasionalitas, bukan semata-mata pada opini atau emosi sesaat. Di tengah arus informasi yang berlimpah, banjir hoaks, serta polarisasi sosial yang tajam, objektivitas menjadi kompas yang menuntun kita agar tidak terseret arus bias dan manipulasi.

Tanpa objektivitas, keputusan yang diambil bisa keliru, penuh prasangka, bahkan berpotensi menimbulkan kerugian jangka panjang. Misalnya, seorang pemimpin yang lebih mengutamakan opini populer ketimbang analisis data berisiko salah langkah dalam menentukan kebijakan.

Tantangan Menjaga Objektivitas

Menjadi objektif bukan perkara mudah. Ada beberapa tantangan nyata di era disrupsi:

  1. Ledakan informasi – Kecepatan informasi sering kali mengalahkan ketepatan. Kita mudah tergoda membagikan sesuatu sebelum memverifikasi.
  2. Echo chamber digital – Algoritma media sosial membuat kita hanya melihat informasi yang sejalan dengan pandangan pribadi, sehingga bias makin menguat.
  3. Dominasi emosi – Narasi berbasis emosi sering lebih viral dibanding data yang objektif, sehingga publik mudah terpengaruh oleh sentimen.
Cara Menjaga Objektivitas

Meski penuh tantangan, objektivitas bisa dilatih dan dijaga. Beberapa langkah yang dapat dilakukan antara lain:

  1. Berpijak pada data: Biasakan mengecek kebenaran informasi melalui sumber yang kredibel sebelum menarik kesimpulan.
  2. Menyadari bias pribadi: Setiap orang memiliki sudut pandang terbatas. Dengan menyadarinya, kita lebih terbuka menerima perspektif lain.
  3. Mengutamakan logika, bukan emosi: Emosi boleh hadir, tetapi jangan dijadikan dasar utama dalam pengambilan keputusan.
  4. Menghargai perbedaan: Diskusi yang sehat menuntut kita mendengar dan menimbang pandangan berbeda, bukan sekadar mencari pembenaran diri.

Objektivitas adalah keterampilan sekaligus sikap mental yang semakin bernilai di era disrupsi. Ia membuat kita lebih bijak dalam mengambil keputusan, lebih tahan terhadap manipulasi informasi, dan lebih siap menghadapi perubahan. Di tengah derasnya arus transformasi, objektivitas ibarat jangkar yang menjaga kita tetap tegak, rasional, dan adil dalam menilai setiap persoalan. [Ahmad Firman Syah]

 

Related Posts

Latest Post