Mengapa Allah Bersumpah dengan Waktu Subuh dan Sepuluh Hari Dzulhijjah?

Ilustrasi Al - Qur'an (pinterest.com - almuhtada.org)

almuhtada.org – Di antara bentuk penegasan paling kuat dalam Al-Qur’an adalah sumpah yang Allah ucapkan terhadap sesuatu. Allah tidak bersumpah kecuali atas hal-hal yang memiliki kemuliaan dan kedudukan tinggi dalam pandangan-Nya. Maka, ketika di awal Surah Al-Fajr Allah berfirman:

وَالْفَجْرِۙ

Demi waktu fajar

وَلَيَالٍ عَشْرٍۙ

demi malam yang sepuluh

(QS. Al-Fajr: 1–2)

Kalimat ini mengandung isyarat yang sangat penting. Banyak ulama tafsir menjelaskan bahwa “fajar” yang dimaksud adalah waktu Subuh, sedangkan “sepuluh malam” merujuk pada sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah. Dua waktu ini memiliki tempat khusus dalam agama, dan keutamaannya sangat layak untuk direnungi lebih dalam.

Demi Waktu Fajar

Waktu Subuh merupakan awal dari segala aktivitas harian manusia. Dalam Surah Al-Isra’ ayat 78, Allah menyebutkan bahwa shalat Subuh disaksikan oleh para malaikat. Ini menunjukkan bahwa Subuh bukan sekadar permulaan pagi, melainkan waktu istimewa yang dihiasi dengan kesaksian makhluk Allah yang taat. Keistimewaan waktu Subuh juga dikenal sebagai waktu turunnya keberkahan.

Banyak riwayat dan pengalaman ulama salaf menunjukkan bahwa menjaga Subuh bukan hanya membawa ketenangan spiritual, tetapi juga berdampak pada kemudahan rezeki, kejernihan hati, dan kekuatan langkah dalam menjalani hari. Maka ketika Allah bersumpah dengan “fajar”, itu bukan hanya bentuk pemuliaan terhadap waktu tertentu, tetapi juga pengingat akan kesempatan besar yang hadir setiap pagi. Sebuah kesempatan untuk mendekat, memohon, dan memulai hari dalam ridha-Nya.

Baca Juga:  Ternyata Ini Dia Alasan Mengapa Hukum Dilarangnya Meminum Khamr (Minuman Keras) Dalam Islam dilakukan Secara Bertahap

Demi malam yang sepuluh

Sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah adalah hari-hari yang dipenuhi keutamaan. Dalam hadits riwayat Bukhari, Rasulullah SAW bersabda:

“Tidak ada hari-hari yang amal saleh di dalamnya lebih dicintai Allah daripada sepuluh hari ini (Dzulhijjah).”

Hari-hari ini mencakup berbagai momen ibadah besar: puasa sunnah, shalat malam, dzikir, hari Arafah, kurban, hingga Idul Adha. Banyak ulama menyebut bahwa sepuluh hari ini adalah waktu paling utama dalam satu tahun bagi umat Islam, bahkan lebih utama dari sepuluh malam terakhir di bulan Ramadhan dalam aspek keumuman amal.

Sumpah Allah atas “sepuluh malam” dalam Surah Al-Fajr menjadi bentuk penguatan atas nilai tinggi hari-hari ini. Sebuah penanda bahwa waktu tersebut layak diisi dengan amalan yang lebih serius dan kesadaran yang lebih penuh. Ketika Allah bersumpah atas sesuatu, itu adalah bentuk seruan agar manusia memperhatikan dan memaknainya dengan sungguh-sungguh. Waktu Subuh dan sepuluh hari Dzulhijjah bukan hanya rutinitas kalender atau jam harian. Di balik itu, ada rahmat, berkah, dan pintu amal yang terbuka luas bagi siapa saja yang ingin meraihnya.

Merenungi sumpah ini bukan berarti menunjukkan bahwa umat Islam telah lalai. Justru sebaliknya, dengan memahami maknanya, kita dapat semakin menghargai setiap waktu yang Allah agungkan. Kita diajak untuk menyambutnya dengan hati yang siap dan ibadah yang lebih bermakna. Allah tidak bersumpah atas hal yang biasa.

Baca Juga:  Baca dua surat ini! Bacaan dalam dua rakaat shalat sebelum subuh

Maka ketika Subuh dan sepuluh hari Dzulhijjah disebut secara khusus, itu adalah tanda keagungan yang layak direnungkan. Menghidupkan Subuh dengan kesadaran, dan memaknai hari-hari awal Dzulhijjah dengan amal saleh, adalah salah satu bentuk penghormatan terhadap waktu yang Allah muliakan.Tanpa perlu menunggu momen besar, dua waktu ini adalah pengingat bahwa dalam kehidupan sehari-hari pun, ada peluang luar biasa untuk mendekatkan diri pada-Nya. [] Adinda Aulia

Related Posts

Latest Post