Menaklukkan Amarah: Seni Mengontrol Emosi dalam Pandangan Islam

Kuat bukan berarti mampu mengalahkan orang lain, tapi mampu mengalahkan amarah dalam diri sendiri.freepik.co

Almuhtada.org – Emosi adalah bagian dari fitrah manusia. Allah SWT menciptakan manusia dengan akal, hati, dan perasaan.

Marah, kecewa, sedih, dan gembira merupakan emosi yang wajar.

Namun, Islam mengajarkan bahwa kendali diri adalah kunci dari akhlak yang mulia. Mengendalikan emosi, terutama amarah, adalah bentuk kekuatan sejati dalam pandangan Islam.

Amarah yang tidak terkendali dapat merusak hubungan, menyulut konflik, dan menjerumuskan seseorang pada tindakan yang disesali.

Dalam hadis riwayat Bukhari, Rasulullah SAW bersabda:

“Orang yang kuat bukanlah yang pandai bergulat, tetapi orang yang kuat adalah yang dapat menguasai dirinya saat marah.”(HR. Bukhari)

Hadis ini menekankan bahwa kekuatan sejati bukan terletak pada fisik, melainkan pada kemampuan mengendalikan emosi.

Seseorang yang mampu meredam marah ketika diprovokasi memiliki kedudukan mulia di sisi Allah.

Baca Juga:  Seburuk Apa Pun Dirimu, Allah Selalu Membuka Pintu Ampunan

Berikut langkah-langkah mengontrol emosi menurut ajaran islam

1. Berlindung kepada Allah

Ketika emosi memuncak, Rasulullah SAW mengajarkan untuk membaca:

“A’udzu billahi minasy syaithanir rajiim”

(Aku berlindung kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk)

Amarah sering kali datang dari bisikan setan yang ingin merusak akhlak dan hubungan antar manusia.

Dengan membaca doa ini, kita menyadari bahwa mengontrol emosi adalah bagian dari jihad melawan hawa nafsu.

2. Diam saat marah

Rasulullah SAW bersabda:

“Jika salah seorang dari kalian marah, maka diamlah.” (HR. Ahmad)

Berbicara saat emosi memuncak sering kali menimbulkan kata-kata yang menyakitkan dan sulit ditarik kembali.

Diam bukan berarti kalah, tapi langkah bijak untuk menahan diri agar tidak bertindak gegabah.

3. Mengubah posisi

Dalam hadits lain, Rasulullah SAW bersabda:

“Jika salah satu dari kalian marah dalam keadaan berdiri, maka duduklah. Jika belum reda juga, maka berbaringlah.” (HR. Ahmad)

Mengubah posisi tubuh merupakan cara fisik untuk menurunkan intensitas emosi. Saat tubuh rileks, pikiran pun lebih mudah diajak berpikir jernih.

4. Berwudhu atau mandi

Amarah bagaikan api yang membakar. Air adalah penyejuk terbaik. Maka Rasulullah SAW bersabda:

“Sesungguhnya marah itu berasal dari setan, dan setan diciptakan dari api. Maka padamkanlah dengan air.” (HR. Abu Dawud)

Berwudhu atau mandi saat emosi memuncak bisa menjadi cara efektif untuk menenangkan diri secara spiritual dan psikologis.

5. Perbanyak zikir dan istighfar

Dengan memperbanyak zikir dan istighfar, hati menjadi lebih lembut.

Membaca “Astaghfirullah” (Aku memohon ampun kepada Allah) secara berulang-ulang saat marah bisa mengingatkan kita bahwa kesabaran adalah bentuk ketaatan kepada Allah.

6. Mengembangkan kesabaran

Allah SWT berfirman:

“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga… yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa. Yaitu orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan kesalahan orang lain.” (QS. Ali Imran: 133-134)

Ayat ini mengajarkan bahwa orang yang mampu menahan amarah dan memaafkan termasuk golongan orang bertakwa yang dijanjikan surga.

Mengendalikan emosi bukanlah hal mudah, tetapi bukan pula hal mustahil. Islam menyediakan tuntunan yang lembut dan aplikatif agar hati kita tetap tenang, pikiran jernih, dan akhlak terjaga.

Ingatlah bahwa setiap emosi yang kita tahan dengan niat karena Allah, akan diganti dengan pahala yang besar dan hati yang damai.

Jadikan setiap ledakan emosi sebagai kesempatan untuk lebih mengenal diri sendiri dan memperbaiki hubungan kita dengan Allah.

Sebab, ketenangan sejati bukan berasal dari dunia luar, melainkan dari jiwa yang tunduk dan berserah kepada-Nya. Semoga bermanfaat!

Related Posts

Latest Post