Apa Perbedaan Rasa Kagum, Suka dan Cinta? Berikut Penjelasannya!

Ilustrasi laki-laki dan perempuan yang sedang berpikir (Freepik.com - Almuhtada.org)

almuhtada.org – Perasaan adalah sesuatu yang abstrak, dan tidak bisa diukur secara pasti, apalagi ditentukan oleh rumus yang mutlak. Namun, dalam menjalani kehidupan sosial, terutama dalam hubungan antarmanusia, sering kali kita dihadapkan pada kebingungan, kita bertanya-tanya apakah ini cinta, hanya sekedar suka, atau sekedar rasa kagum?

Sebenarnya, tidak ada garis tegas yang bisa memisahkan ketiganya. Cinta, suka, dan kagum berada dalam spektrum yang sama yaitu sama-sama lahir dari hati, namun dengan kedalaman dan konsekuensi yang berbeda. Ketiganya bisa hadir bersamaan, bisa pula berganti-ganti seiring waktu. Namun, mengidentifikasi ketiganya tetap penting. Bukan untuk menghakimi perasaan itu benar atau salah, tapi agar kita tahu bagaimana harus bersikap, dan tidak salah dalam mengambil keputusan.

Kagum, mungkin bisa dikatakan perasaan ini yang datang pertama kali. Ia tumbuh dari jarak, dengan melihat seseorang memiliki sesuatu yang kita anggap istimewa. Entah itu kepintaran, kepribadian, prestasi, atau sekadar cara mereka membawa diri. Kagum tidak selalu membutuhkan kedekatan, bahkan bisa hadir hanya dari kejauhan. Karena itu pula, rasa kagum seringkali tak menuntut timbal balik.

Suka, adalah langkah lebih dekat. Ketika kita mulai merasa nyaman, ingin lebih sering bersama, dan ada keinginan untuk mengenal lebih dalam. Suka bisa jadi lebih personal dari kagum. Tapi, suka pun belum tentu berujung pada cinta. Suka masih bisa memudar ketika kita melihat sisi lain dari seseorang yang tak sesuai dengan harapan kita.

Baca Juga:  Cinta Dalam Diam: Keindahan di Balik Keheningan Hati

Cinta, jika perasaan ini memang benar-benar hadir, maka ini adalah perasaan yang lebih utuh. Ia bukan hanya soal kenyamanan atau kekaguman, tapi juga kesediaan untuk bertumbuh bersama, menghadapi kekurangan, dan tetap memilih seseorang meski tahu sisi lemahnya. Cinta bukan sekadar perasaan, tapi juga komitmen.

Namun kembali lagi, semua ini hanya upaya untuk mengenali perasaan yang sejatinya hanya bisa dipahami oleh diri kita sendiri. Setiap orang punya definisi dan pengalaman yang berbeda dalam merasakannya.

Karena itu, yang terpenting bukan memaksakan definisi, tapi jujur pada diri sendiri. Mengidentifikasi perasaan yang hadir adalah bentuk tanggung jawab pada diri agar tidak terburu-buru, tidak gegabah, dan tidak menyakiti, baik diri sendiri maupun orang lain.

Perasaan boleh abstrak, tapi sikap harus nyata. [Deya Sofia]

Related Posts

Latest Post