Almuhtada.org – Dalam dunia yang serba digital, hampir setiap orang memiliki akun media sosial. Dari pagi hingga malam, kita menggulir layar (scroll) untuk melihat kabar, hiburan, atau sekadar mengisi waktu luang. Namun, sebagai seorang Muslim, penting untuk merenung: apakah aktivitas di media sosial kita bernilai pahala, atau justru sebaliknya?
Allah berfirman:
وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهٖ عِلْمٌۗ اِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ اُولٰۤىِٕكَ كَانَ عَنْهُ مَسْـُٔوْلًا ٣٦
engkau mengikuti sesuatu yang tidak kauketahui. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, semua itu akan diminta pertanggungjawabannya. (QS. Al-Isra: 36)
Berikut ini beberapa hal yang bisa kalian perhatikan saat bermedia sosial:
- Jangan Asal membagikan, Pastikan Kebenaran
Salah satu adab utama dalam bermedia sosial adalah tidak asal menyebarkan informasi. Dalam Islam, menyampaikan berita palsu atau hoaks termasuk dalam dosa besar. Nabi Muhammad SAW bersabda:
Rasulullah shollallahu alaihi wasallam bersabda:
كَفَى بِالْمَرْءِ كَذِبًا أَنْ يُحَدِّثَ بِكُلِّ مَا سَمِعَ
Cukuplah seorang dinilai sebagai pendusta jika ia menceritakan semua yang ia dengar (H.R Muslim dalam Muqoddimah Shahihnya)
Maka dari itu, sebelum membagikan berita, pastikan sumbernya valid dan tidak merugikan pihak lain.
- Hindari Ghibah dan Ujaran Kebencian
Media sosial sering jadi tempat melampiaskan emosi negatif. Padahal, ghibah (menggunjing), fitnah, dan ujaran kebencian tetap terhitung dosa meski dilakukan secara digital.
“Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata baik atau diam.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Hadist ini menekankan pentingnya menjaga ucapan. Jika seseorang tidak bisa mengucapkan sesuatu yang baik, lebih baik ia diam. Hadits ini menjadi pengingat bahwa ucapan kita mencerminkan iman dan kualitas ibadah kita. Maka dari itu,Sebelum menulis komentar pedas atau menyindir seseorang, pikirkan Kembali apakah kalimat ini bisa kalian pertanggungjawabkan di hadapan Allah?
- Berdakwah melalui jempol
Di era digital ini, berdakwah tidak selalu di atas mimbar. Cukup dengan jempol, kita bisa ikut menyebarkan kebaikan. Satu postingan yang berisi kutipan ayat Al-Qur’an, cerita inspiratif, atau bahkan pengalaman pribadi yang menguatkan, bisa jadi pengingat berharga buat orang lain.
Mungkin kita merasa “ah, siapa aku?” Tapi percayalah, hidayah itu bisa datang dari mana saja, termasuk dari postingan sederhana yang kita bagikan. Bisa jadi, ada seseorang yang sedang down, lalu baca postingan kita, dan hatinya jadi lebih tenang. Cukup mulai dari yang kecil yaitu dengan menjaga tulisan, pilih yang positif, dan sebarkan yang bermanfaat. Selama niatnya lurus, insyaAllah ada nilai dakwah di setiap jari yang bergerak.
Media sosial adalah alat. Ia bisa membawa kita kepada pahala atau kepada dosa, tergantung bagaimana kita menggunakannya. Jangan biarkan tangan yang kita gunakan untuk scroll setiap hari justru menjadi saksi atas kelalaian kita. Sebaliknya, jadikan media sosial sebagai ladang amal di mana setiap like, share, dan posting menjadi bagian dari catatan amal kebaikan di sisi Allah. []Fitri Novita sari
Editor : Aulia Cassanova