almuhtada.org – Pernahkah kalian merasa kebiasaan yang kalian lakukan dianggap lebay oleh masyarakat Indonesia, sederhana seperti menolak menggunakan plastik. Ironisnya, kebiasaan ini justru sering dicibir dan dianggap sebagai “sok”, “lebay”, atau bahkan dianggap sebagai gaya. Padahal, hal sederhana yang kita lakukan bisa jadi salah satu upaya untuk menyelamatkan lingkungan.
Daripada kita terus merasa salah paham, yuk kita ketahui apa saja 7 kebaisaan yang sering dianggap lebay. Siapa tahu, kamu juga termasuk yang pernah melakukannya tapi justru dianggap aneh oleh lingkunganmu!
- Menolak Kantong Plastik saat Belanja
Pernah ga, ketika menolak menggunakan plastik di pasar (terutama pasar tradisional) sering dianggap tidak sopan. Ada yang beranggapan bahwa menerima sesuatu (plastik) adalah bagian dari tata krama, dan pamali apabila kita menolaknya. Padahal, membawa tas belanja sendiri adalah bentuk kepedulian sederhana tapi berdampak bagi lingkungan.
Faktanya kantong plastik menjadi salah satu penyumbang sampah plastik terbesar di Indonesia. Sebesar 40% dari total keseluruhan limbah plastik di Indonesia (Source: Making Oceans Plastic Free 2017).
- Memakai Baju Lama
Banyak orang menilai gaya hidup seseorang dari seberapa sering orang itu membeli/memakai baju baru. Momen lebaran contohnya, terkadang menjadi ajang “pamer” baju baru sehingga membuat orang yang tidak memakai baju baru seolah dianggap tidak mengikuti trend, tidak memiliki gaya, dan lainnya.
Padahal, kalau pakaian yang kita kenakan masih layak pakai, tidak ada salahnya tetap menggunakan pakaian tersebut. Nabi Muhammad SAW sendiri, dalam salah salah satu hadist nya mencontohkan untuk memakai pakaian terbaik – Ingat! Terbaik bukan Terbaru.
Faktanya, menurut data dari Kementrian Lingkungan hidup dan Kehutanan (KLHK) tahun 2023, sampah tekstil menyumbang 2,87% dari total komposisi sampah nasional atau sebesar 1,75 ton dari total sampah nasional rata-rata 70 ton per tahun.
- Membawa Botol Minum Sendiri
Ketika kita membawa tumbler kemana-mana, saat makan, ke mall, atau ke tempat lain, mungkin ada beberapa komentar yang lebih kurang seperti ini “ngirit ya?”, “kenapa ga beli aja”, “ribet banget bawa tumbler”, dan lainnya. Padahal, membawa botol minum sendiri juga merupakan salah satu langkah paling mudah untuk mengurangi konsumsi botol plastik sekali pakai.
Lebih dari itu, air kemasan dalam botol plastik ternyata mengandung partikel mikroplastik yang bisa masuk ke dalam tubuh kita dan berbahaya. Data dari penelitian yang dilakukan Supriyo (2023) menunjukkan bahwa partikel ditemukan pada air kemasan botol 500ml sebanyak 97 partikel dan seberat 0,0136 gr. Meskipun kecil, tetap hal ini berbahaya, ya!
- Memilah Sampah
Kebiasaan memilah sampah organik dan anorganik sering dianggap sia-sia karena “toh nanti juga nyampur di tempat sampah umum”. Padahal, kebiasaan memilah sampah di rumah bisa mempermudah proses daur ulang sampah di tahap berikutnya.
Dengan kita memilah sampah, kita sudah membantu mengurangi beban tempat pembuangan akhir (TPA). Ini adalah bagian dari sistem yang lebih besar -dimulai dari rumah, hingga efeknya bisa menyentuh seluruh rantai pengelolaan sampah di kota.
- Menolak Sedotan Plastik
Menolak menggunakan sedotan plastik seringkali dianggap tindakan yang lebay dan berlebihan, karena toh cuma buat minum. Meskipun terlihat sepele, penggunaan sedotan plastik memiliki dampak yang besar terhadap pencemaran lingkungan.
Sedotan memang kecil dan seringkali dianggap remeh oleh banyak orang. Tetapi bayangkan, jika jutaan orang memakainya setiap hari. Menurut data Divers Clean Action, pemakaian sedotan plastik di Indonesia setiap harinya mencapai 93 juta yang berasal dari restoran, minuman kemasan, dan sumber lainnya.
- Membawa Tempat Makan Sendiri
Sebagian dari kita mungkin pernah merasakan omongan dari orang lain seperti “ngapain bawa makanan sendiri?” atau “mau jadi aktivis lingkungan?” dan semacamnya.
Akan tetapi, di balik ribetnya membawa bekal, hal ini bisa mengurangi penggunaan styrofoam dan plastik berlapis minyak yang sulit didaur ulang. Styrofoam merupakan salah satu jenis sampah residu yang tidak bisa didaur ulang dan hanya akan menumpuk di TPA.
- Membahas Isu Lingkungan
Membicarakan perihal sampah di tongkrongan atau ke teman-teman seringkali membuat kita dibilang “si paling”. Padahal, ngobrol santai tentang isu lingkungan bisa menjadi cara paling efektif untuk menanamkan kesadaran peduli lingkungan secara perlahan tapi konsisten.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa metode diskusi, terutama teknik debat informal, memiliki pengaruh signifikan dalam meningkatkan penguasaan konsep dan kesadaran siswa terhadap isu lingkungan. Selain itu, metode ini juga meningkatkan interaksi sosial dan motivasi belajar, yang berpotensi berdampak jangka panjang terhadap perilaku ramah lingkungan. Jadi, daripada diam-diam peduli sendirian, lebih baik ngajak teman diskusi dan berbagi wawasan—karena perubahan besar selalu dimulai dari percakapan kecil.
Jadi, Masih Mau Bilang “Sok Go Green”?
Ternyata, banyak hal yang kita anggap remeh justru bisa berdampak besar bagi lingkungan. Yang dibutuhkan hanya konsistensi dan keberanian untuk tetap melakukannya meski dianggap aneh. Jangan khawatir dicibir, karena bumi lebih butuh tindakan nyata ketimbang komentar nyinyir.
Yuk, teruskan kebiasaan baikmu dan ajak lebih banyak orang untuk ikut peduli. Karena menyelamatkan bumi bukan tentang jadi sempurna, tapi tentang jadi sadar dan mau berubah, satu langkah kecil setiap hari. [] Raffi Wizdaan Albari
Editor : Juliana Setefani Usaini